Di
sudut penghujung malam
Terdengar
lenguhan dendang penghuni malam
Seolah
berbisik membawa pesan
Tapi
entah apa
Hanya
seutas suara lenguhan lelah
Ibarat
rentetan peristiwa yang mengalir dari rahang sang waktu
Lantas
menepis
Bagai
laju kereta kencana yang berhias rindu
Di
tepi malam aku termangu dalam sunyi
Dengan
pikiran terbias kemelut
Kemelut
yang terus tersalut
Bagai
api amarah yang tak berhenti membara
Sementara
kaki langit berdiri kokoh
Di
antara sayap yang ganas
Namun
dendang penghuni malam
Terus
berbisik di telingaku
“Habisi...!!!”
“Sikat
saja, sebelum semua berlalu!”
Ku
pejamkan mata tak sanggup mendengar
Ku
sapu seisi jagad
Apa
yang kulihat
Hanya
seonggok tubuh letih seorang pengelana cinta
Terbaring
lesu tak berdaya
Didekap
letih yang malang melintang
Deru
nafas memburu
Dengkur
yang halus itu membuatku terlena
Nafas
yang menyiratkan sebuah harapan
Yang
tak kunjung tiba di depan mata
Iblis-iblis
menggerayangiku
Dengan
bisik-bisik nakal
Tapi
dendang para penghuni malam
Terus
berkumandang tanpa henti
Dengan
senandung yang mengerikan
Yang
membuatku terpaksa menatap langit
Yang
dihuni jutaan bintang
Simbol
keagungan Sang Pencipta
“Habisi...!!!”
“Sikat...!!!”
“Tunggu
apa lagi?”
“Malam
ini milikmu...!!!”
“Jangan
terlalu banyak pikir...!!!”
“Tidak.....!!!!!”
teriakku
Dan
dia terjaga dari lelapnya
Pusara Cinta
Andam
Dewi. Senin, 26 Mei 2008 Pukul 12.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar