BAB I
PENDAHULUAN
Keterampilan
menulis, merupakan salah satu komponen keterampilan berbahasa yang sangat
penting, meskipun keempatnya memiliki hubungan yang sangat erat yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Namun, keterampilan menulis dan keterampilan membaca
berbeda dengan keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Perbedaannya
terletak pada proses kreativitas yang diperlukan dalam keterampilan menulis dan
membaca. Seseorang yang membaca dan menulis memerlukan perhatian yang harus
benar-benar terfokus pada apa yang dibacanya agar ia bisa menangkap apa yang
disampaikan oleh penulis atau apa yang akan disampaikan pada pembaca.
Berbeda
dengan keterampilan berbicara dan mendengar/menyimak, meskipun membutuhkan
konsentrasi, tapi dengan adanya mimik dan lakon yang diperagakan oleh seorang
pembicara dan seorang penyimak atau pendengar bisa menangkap apa yang tersirat
tersebut.
A.
Latar
Belakang
Untuk
menjadi seorang penulis atau pengarang tentulah membutuhkan pengetahuan yang
sangat cukup dan berlebih malah. Karena jika kita memiliki pengetahuan yang
terbatas, maka akan susah menjadi seorang penulis atau pengarang. Masalah atau
topik yang akan kita tuliskan dan sajikan kepada pembaca tentunya tidak akan
sempurna.
Seorang
penulis tentunya memiliki tujuan dan tujuan itu tentu berbeda-beda, tujuan yang
seperti ini bisa kita golongkan ke dalam motivasi. Tujuan penulisan yang umum
juga ada dan inilah yang akan kita bahas dalam makalah ini.
Ide
atau gagasan tulisan juga menjadi hal yang sangat penting dibicarakan dalam
makalah ini, karena seorang penulis/pengarang perlu menentukan ide atau gagasan
tulisan/atau karangan yang akan dibuatnya dan penulis/pengarang harus tahu pada
siapa ia menyajikan bacaan tersebut. Selanjutnya adalah tentang sistem
penyajian tulisan/karangan juga agaknya perlu dibicarakan dalam makalah ini,
karena hal ini juga sangat perlu diketahui oleh setiap orang yang ingin
mempelajari dan menguasai keterampilan menulis.
B.
Batasan
Masalah
Sebuah
masalah yang dibicarakan, jika ingin masalah itu tidak mengambang ke masalah
lain dan secara tepat terfokus mungkin masalah tersebut akan dapat diselesaikan
dalam waktu yang dekat dengan identifikasi-identifikasi yang akurat. Untuk itu
penulis membuat batasan dalam makalah ini dan batasan-batasan masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
Pertama, tujuan menulis.
Ini akan menjadi sangat penting, jika kita ingin berhasil menulis dan segera
melejit ke angkasa dengan menyandang gelar penulis atau pengarang. Secara umum,
tujuan menulis ini ada beberapa poin yakni untuk menceritakan sesuatu, untuk
memberi petunjuk atau pengarahan, untuk menjelaskan sesuatu, untuk meyakinkan,
dan untuk merangkum.
Kedua, isi atau gagasan
tulisan. Hal ini tentunya tidak kalah penting dengan tujuan menulis. Jika
tujuan menulis dimungkinkan untuk tetap menjaga mood kita dalam menulis. Maka isi atau gagasan tulisan adalah
lanjutan dari tujuan menulis tadi. Setelah kita memiliki tujuan maka kita akan
menentukan isi atau gagasan tulisan yang akan kita buat dengan memperhatikan
keadaan pembaca kita. Ada pun sumber ide atau gagasan tulisan itu kita peroleh
dari hal-hal berikut ini, di antaranya pengalaman, pengamatan, khayalan atau
imajinasi, dan pendapat dan keyakinan.
Ketiga, sistem
penyajian. Hal ini merupakan lanjutan dari hal yang kedua di atas. Setelah kita
selesai menuangkan isi atau gagasan karangan/tulisan maka kita akan
menyajikannya dalam bentuk apa yang kita mau dan ini seharusnya disesuaikan
dengan jenis tulisan yang kita buat. Bentuk penyajian karangan/tulisan ada tiga
yaitu adalah sistem penyajian kronologis, sistem penyajian ruang, dan sistem
penyajian logis.
C.
Rumusan
Masalah
Dari
batasan-batasan masalah di atas, penulis pun merumuskan permasalahan sesuai
dengan batasan masalah di atas agar masalah yang dibuat dalam batasan di atas
tidak mengambang ke mana-mana lagi. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
Pertama, tujuan menulis.
Ini akan menjadi sangat penting, jika kita ingin berhasil menulis dan segera
melejit ke angkasa dengan menyandang gelar penulis atau pengarang. Secara umum,
tujuan menulis ini ada beberapa poin yakni untuk menceritakan sesuatu, untuk
memberi petunjuk atau pengarahan, untuk menjelaskan sesuatu, untuk meyakinkan,
dan untuk merangkum.
Kedua, isi atau gagasan
tulisan. Hal ini tentunya tidak kalah penting dengan tujuan menulis. Jika
tujuan menulis dimungkinkan untuk tetap menjaga mood kita dalam menulis. Maka isi atau gagasan tulisan adalah
lanjutan dari tujuan menulis tadi. Setelah kita memiliki tujuan maka kita akan
menentukan isi atau gagasan tulisan yang akan kita buat dengan memperhatikan
keadaan pembaca kita. Ada pun sumber ide atau gagasan tulisan itu kita peroleh
dari hal-hal berikut ini, di antaranya pengalaman, pengamatan, khayalan atau
imajinasi, dan pendapat dan keyakinan.
Ketiga, sistem
penyajian. Hal ini merupakan lanjutan dari hal yang kedua di atas. Setelah kita
selesai menuangkan isi atau gagasan karangan/tulisan maka kita akan
menyajikannya dalam bentuk apa yang kita mau dan ini seharusnya disesuaikan
dengan jenis tulisan yang kita buat. Bentuk penyajian karangan/tulisan ada tiga
yaitu adalah sistem penyajian kronologis, sistem penyajian ruang, dan sistem
penyajian logis.
D.
Tujuan
Penulisan
Dari
batasan dan rumusan masalah di atas, maka penulis pun memperoleh tujuan penulisan
makalah ini. karena pada umumnya batasan masalah dan rumusan masalah bisa
dijadikan sebagai tujuan dengan cakupan yang sama pula. Di antara tujuan
penulis dalam menulis makalah ini adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk mengetahui tujuan menulis, agar apa yang kita
bahas ini tidak seperti fiktif karena memiliki tujuan. Ini akan menjadi sangat
penting, jika kita ingin berhasil menulis dan segera melejit ke angkasa dengan
menyandang gelar penulis atau pengarang. Secara umum, tujuan menulis ini ada
beberapa poin yakni untuk menceritakan sesuatu, untuk memberi petunjuk atau
pengarahan, untuk menjelaskan sesuatu, untuk meyakinkan, dan untuk merangkum.
Kedua, untuk mengetahui
cara menentukan isi atau gagasan tulisan, agar tulisan ini juga tidak menjadi
fiktif belaka. Hal ini tentunya tidak kalah penting dengan tujuan menulis. Jika
tujuan menulis dimungkinkan untuk tetap menjaga mood kita dalam menulis. Maka isi atau gagasan tulisan adalah
lanjutan dari tujuan menulis tadi. Setelah kita memiliki tujuan maka kita akan
menentukan isi atau gagasan tulisan yang akan kita buat dengan memperhatikan
keadaan pembaca kita. Ada pun sumber ide atau gagasan tulisan itu kita peroleh
dari hal-hal berikut ini, di antaranya pengalaman, pengamatan, khayalan atau
imajinasi, dan pendapat dan keyakinan.
Ketiga, untuk mengetahui
sistem penyajian, agar lebih spesifiknya masalah yang penulis bahas dalam
makalah ini. Hal ini merupakan lanjutan dari hal yang kedua di atas. Setelah
kita selesai menuangkan isi atau gagasan karangan/tulisan maka kita akan
menyajikannya dalam bentuk apa yang kita mau dan ini seharusnya disesuaikan
dengan jenis tulisan yang kita buat. Bentuk penyajian karangan/tulisan ada tiga
yaitu adalah sistem penyajian kronologis, sistem penyajian ruang, dan sistem
penyajian logis.
*
* *
BAB II
KAJIAN TEORITIK
Menulis
merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang
tulisan. Dalam pengertian ini, menulis itu memiliki tiga aspek utama. Yang
pertama, adanya tujuan atau maksud tertentu yang hendak dicapai. Kedua, adanya
gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan. Ketiga, adanya sistem
pemindahan gagasan itu, yaitu berupa bahasa. Ketiganya akan di bahas dalam
makalah ini.
A.
TUJUAN
MENULIS
Setiap
orang tentu mempunyai niat atau maksud di dalam hati atau pikiran apa yang
ingin dicapainya dengan menulis. Niat dan maksud itulah yang dinamakan dengan
tujuan menulis. Kalau seseorang tidak memiliki tujuan untuk menulis, maka
seseorang itu tidak akan tahu menulis apa. Dengan tujuan itulah maka dengan
sendirinya berusaha memikirkan gagasan
atau ide yang ingin disampaikan dan dituangkan dalam karya tulis. Mengenal
tujuan merupakan langkah awal yang terpenting dalam menulis
1.
Untuk
Menceritakan Sesuatu
Setiap
orang memiliki pengalaman hidup. Di samping itu juga memiliki perasaan,
imajinasi dan intuisi. Semuanya itu ada dalam khazanah rohaniah setiap orang.
Pengalaman, pemikiran, imajinasi, perasaan, dan intuisi yang dimiliki pribadi
itu sebaiknya dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan.
Menceritakan
sesuatu kepada orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami orang
tersebut. Pembaca tahu apa yang diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis.
Dengan demikian, terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan.
2.
Untuk
Memberikan Petunjuk atau Pengarahan
Tujuan
menulis yang kedua adalah untuk memberikan petunjuk atau pengarahan. Bila
seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti,
seseorang itu sedang memberi petunjuk atau pengarahan.
Dalam
kehidupan sehari-hari, banyak kita jumpai tulisan yang tujuannya memberi
petunjuk atau pengarahan tentang sesuatu, misalnya cara belajar yang baik.
3.
Untuk
Menjelaskan Sesuatu
Apabila
kita menghadapi atau pembaca berbagai buku pelajaran sehari-hari, tentu kita
akan merasakan bahwa buku itu berisi
berbagai penjelasan. Apabila suatu kali kita menulis tentang manfaat
bela diri, maka tulisan kita dapat digolongkan
tulisan yang bertujuan menjelaskan sesuatu.
4.
Untuk
Meyakinkan
Adakalanya
orang menulis untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya
mengenai sesuatu. Mengapa orang perlu meyakinkan orang lain tentang
pandangan atau buah pikirannya? Karena
orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal. Suatu ketika, kita ingin
mengajak orang lain untuk percaya dengan pandangan kita karena kita merasa apa
yang kita pikirkan dan dilakukan
merupakan sesuatu yang benar.
5.
Untuk
Merangkum
Adakalanya
orang menulis untuk merangkumkan sesuatu. Tujuan menulis semacam ini, umumnya
dijumpai pada kalangan pelajar. Mereka merangkum bacaan yang panjang. Dengan
menuliskan rangkuman, berarti mereka
akan sangat tertolong dan sangat mudah
dalam mempelajari isi buku yang panjang dan tebal. Pada saat menghadapi
ujian , mereka hanya membaca rangkuman saja. Akan lebih mudah menguasai bahan
pelajaran dengan membaca rangkuman dibandingkan kalau tidak dirangkum.
Merangkum
sesuatu tidak saja dilakukan pada saat kita membaca, tetapi juga pada saat
mendengarkan sesuatu. Sering kali pula, orang merangkum apa yang dialaminya
sepanjang hari.
B.
ISI
ATAU GAGASAN TULISAN
1.
Pengalaman
Pengalaman
merupakan sumber topik pikiran yang paling penting. Pengalaman ini bersifat
fakta, sesuatu kenyataan hidup. Ini dapat menjadi renungan, bahan perbandingan
dan pengetahuan bagi pembaca apabila di tuliskan. Semua orang memiliki
aktivitas sendiri yang mungkin sama atau berbeda dengan orang lain. Kita
misalkan seorang peneliti yang hidup
dalam hutan bersama masyarakat primitif tentu mengalami pengalaman suka dan
duka. Semua itu, jika ditulis akan menjadi tulisan yang baik. Tulisan itu dapat
menambah pengetahuan pembaca mengenai
masyarakat terbelakang.
Pada
dasarnya, kita memiliki pengalaman langsung. Akan tetapi, kita juga memiliki
pengalaman tidak langsung, yaitu pengalaman yang kita ambil dari bacaan. Pada
saat kita membaca, kita memperoleh pengalaman orang lain, yang kemudian kita
cerna dan menjadi pengalaman tidak langsung.
Semua
pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung, dapat dijadikan sebagai bahan
baku sebuah tulisan. Hanya kita melakukan perenungan terlebih dahulu, apakah
pengalaman itu menarik atau tidak, bagi pembaca. Seleksi itu penting, karena
besar sekali kemungkinan pengalaman yang dialami itu merupakan pengalaman yang
umum dan biasa saja. Yang patut ditulis tentulah pengalaman yang bernilai dan
menarik bagi pembaca.
Karena
itu, rekam atau catatlah semua pengalaman hidup dalam buku harian atau buku
tersendiri. Di antara pengalaman itu, kalau ada yang istimewa, ganjil atau
menarik dapat dikembangkan menjadi tulisan yang baik dan bermutu tinggi. Karena
banyak para pengarang berangkat dan membesarkan nama sebagai pengarang lewat
buku harian
2.
Pengamatan
Banyak
hal kita alami langsung dalam hidup ini, tapi mungkin lebih banyak lagi yang tidak kita alami langsung, tetapi
dialami orang lain. Akan tetapi, karena kita menyaksikannya atau mengamati
pengalaman hidup orang lain, tentu dapat dijadikan bahan tulisan yang baik
juga.
Di
dalam lingkungan kita misalnya, banyak sekali sumber topik tulisan., asal kita
jeli melihatnya. Kita mungkin biasa melihat orang yang dengan seenaknya merusak
lingkungan hidup seperti melakukan penebangan hutan secara liar yang dapat
mengakibatkan banjir dan akhirnya menyengsarakan orang banyak yang tidak
bersalah.
Kita
juga melihat bagaimana di setiap kampung terdapat lintah darat yang
menghancurkan kehidupan penduduk. Kita juga dapat mengamati tentang berbagai
bentuk kesenian dan upacara adat yang ada di lingkungan kita. Agaknya inilah
yang perlu dan paling perlu. Dengan menulis hal semacam ini, kita bisa
melestarikan kebudayaan bangsa.
Banyak
sekali yang dapat dijadikan sebagai bahan tulisan. Tentu saja, semua itu kita
pilih yang paling baik, paling menarik, dan memiliki nilai pengetahuan. Dengan
membaca tulisan kita, hendaknya orang dapat memperoleh hal baru yang cukup
berkesan dan tidak bisa dilupakannya seumur hidupnya. Bahkan, lebih baik lagi
jika tulisan kita itu menimbulkan keinginan pula bagi orang lain untuk menulis,
inilah tujuan menulis yang mulia.
3.
Khayalan
atau Imajinasi
Manusia
memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia diberi Tuhan
kemampuan berkhayal atau berimajinasi. Dengan kemampuan itulah manusia
mempunyai cita-cita dan harapan. Setiap orang mengkhayalkan kehidupan dan masa
depan yang lebih baik dari hari sekarang. Dengan itulah manusia belajar
berusaha menimba ilmu.
Berkhayal
atau berimajinasi dimaksudkan menciptakan sesuatu dalam pikiran yang sebenarnya
hal itu tidak atau belum terjadi. Setiap orang boleh berkhayal apa saja dan
jadi apa saja. Apa yang kita khayalkan itu dapat kita tuliskan. Hanya, khayalan
itu tidak boleh ditulis ke dalam bentuk tulisan ilmiah, cara ini dapat
menyesatkan pembaca. Oleh sebab itu, apa yang kita khayalkan hanya bisa kita
tulis dalam bentuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi merupakan bentuk tulisan yang
isinya tentang sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Kita
juga memiliki kemampuan berkhayal. Tulisan yang akan kita hasilkan selain jadi
hiburan tentunya harus pula memiliki nilai-nilai luhur yang akan kita
sampaikan. Jangan hanya mengandalkan khayalan semata namun tidak memiliki
sesuatu yang akan dipetik darinya.
Hasil
imajinasi ini dapat dijadikan sebagai tulisan. Berarti, topik tulisan itu bisa
kita ciptakan sendiri dan inilah yang dinamakan sebagai profesional. Jika kita
telah profesional, ini bisa kita jadikan sebagai mata pencarian. Coba
bayangkan, mengkhayal saja bisa jadi bahan pencarian. Karena topik dari
khayalan itu tidak pernah habisnya.
4.
Pendapat
dan Keyakinan
Kemampuan
lain yang dimiliki manusia normal adalah kemampuan berpikir dan kemampuan
membedakan yang baik dan yang tidak
baik. Kemampuan itu menyebabkan manusia memiliki pendapat, pandangan dan
keyakinan tentang sesuatu. Setiap orang tentunya mempunyai pandangan tentang bagaimana
menempatkan diri dalam pergaulan.
Kemampuan
berpikir yang dapat menimbulkan
kemampuan menentukan sikap dan keyakinan itu, sangat membantu manusia
melakukan sesuatu untuk menunjang kehidupannya.
Harus
kita ketahui pula, bahwa biasanya pendapat dan keyakinan yang memiliki kualitas
tinggi adalah pendapat dan keyakinan yang diperoleh dari pengalaman hidup,
hasil melakukan pengamatan, hasil pendidikan, dan hasil membaca. Dengan cara
itu, kita akan kaya dengan pendapat dan keyakinan yang dapat dijadikan topik
tulisan.
Begitulah
empat hal yang merupakan sumber topik atau gagasan yang dapat dikuras sebagai
bahan baku tulisan. Yaitu pengalaman, pengamatan, khayalan, serta pendapat dan
keyakinan. Bahan baku tulisan ini tidak pernah habis dan tidak pernah kering.
Hanya, kita perlu melakukan seleksi dan menetapkan mana yang dipandang baik sebagai bahan tulisan.
Penulisan
topik perlu kita lakukan karena kita menulis untuk orang lain. Kalau topik yang
kita sajikan tidak menarik dan tidak mempunyai nilai, tentu saja tulisan itu
tidak akan dibaca orang. Pembaca sudah berhenti membaca karena tidak
mendapatkan apa-apa dari tulisan itu. Harus diingat, bahwa pembacalah yang akan
menjadi lahan kita jika kita menjadikan menulis sebagai mata pencaharian. Tanpa
adanya pembaca, maka tulisan kita tidak akan jadi sumber penghasilan.
Sebuah
tulisan yang berisi topik yang tidak menarik atau tidak berfaedah sering kali
tidak sampai kepada pembaca karena sudah tidak lulus seleksi dewan redaksi yang
akan memuat tulisan itu. Kalau hal ini terjadi, tentu saja menyedihkan. Jerih
payah menulis kita tidak terobati, yang diperoleh hanya kekecewaan. Oleh sebab
itu, setiap kali menulis dan memilih topik tulisan, lakukan itu dengan seksama.
Cara
melakukan seleksi topik, kita harus mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri
pada saat memilih topik yang baik di antara beberapa topik yang telah tersedia.
Pertanyaan itu kira-kira begini:
a. Apakah
topik ini sudah sering di tulis orang? Untuk menjawabnya, tentu kita harus
banyak membaca. Karena, dengan membaca kita bisa mengetahui seperti apa
khazanah tulisan yang disukai pembaca.
b. Apakah
saya tahu banyak tentang topik ini dibandingkan dengan pembaca? Untuk
menjawabnya, tentu kita harus benar-benar menguasai topik yang akan kita tulis
tersebut. Meskipun tulisan yang akan kita buat hanya fiktif belaka (bohongan)
hendaknya jangan ada kesan pembohongan yang sangat fatal. Pembaca tahu kalau
yang kita tulis itu fiksi adalah bohongan tetapi kesan yang kita timbulkan
jangan ada indikasi yang berlebihan.
c. Apakah
topik ini mampu menarik pembaca? Untuk menjawabnya, dengan melakukan jawaban
poin a akan terjawab juga. Karena dengan banyak membaca, misalnya dalam surat
kabar, kita akan tahu seperti apa selera pembaca.
d. Apakah
pembaca memperoleh sesuatu dari topik yang ingin kita sajikan? Untuk
menjawabnya, kita adakan pendalaman materi terhadap topik tersebut. Sudah
adakah hal-hal yang bernilai memberikan sesuatu yang berharga bagi pembaca.
e. Kalau
topik ini saya yakini bagus, apakah saya mampu menyajikan topik ini dalam
bentuk tulisan yang singkat dan padat? Untuk menjawabnya, kita harus membahas
topik tersebut dengan bahan yang cukup sehingga kita perlu juga membaca tentang
topik yang sama namun jangan kita terpengaruh dengan topik yang kita baca agar
jangan ada kesan plagiat.
C.
SISTEM
PENYAJIAN
Apabila
kita sudah tahu tujuan menulis, topiknya sudah ada, maka yang perlu sekarang
adalah penetapan tentang sistem penyajian tulisan. Dalam hubungan ini perlu
ditetapkan bentuk penyajian yang digunakan; apakah dalam bentuk surat, artikel,
makalah, cerita pendek, atau dalam bentuk puisi. Semua bentuk itu tentu
mempunyai bentuk masing-masing.
Dalam
menentukan bentuk tulisan yang akan dipakai, harus diingat kembali tujuan
penulisan, siapa calon pembaca dan media mana yang diperkirakan memuat tulisan
itu. Dengan mengingat hal itu, kita dapat memilih gaya penyajian yang sesuai.
Dalam
menyajikan tulisan, perlu dipilih sistem yang paling sesuai dengan tujuan,
topik dan sesuai dengan jenis tulisan
yang digunakan. Dalam hal ini, ada tiga sistem penyajian tulisan, yaitu:
1.
Sistem
Penyajian Kronologis
Suatu
ide atau gagasan yang ada dalam pikiran kita mesti dituangkan ke dalam bentuk
tulisan. Penuangan ide itu dapat dilakukan dengan sistem kronologis, yaitu
gagasan disampaikan dengan urutan berdasarkan waktu kejadian. Urutan ini, disebut
juga urutan kejadian.
Ada
beberapa tulisan yang biasanya disajikan dalam bentuk kronologis, yaitu sebagai
berikut:
a. Tulisan
sejarah atau riwayat hidup, yang biasanya disebut biografi atau autobiografi
tulisan semacam ini harus ditulis menurut urutan kejadian peristiwa.
b. Tulisan
narasi, yang berbentuk cerita, seperti cerita pendek dan novel. Tulisan seperti
ini biasanya diurut berdasarkan urutan kronologis karena yang dijelaskan adalah
peristiwa kehidupan manusia yang dimulai dari suatu waktu kemudian bergerak ke
waktu berikutnya.
c. Tulisan
penjelasan berita, yaitu pengungkapan tentang suatu kejadian, misalnya kecelakaan lalu lintas.
Peristiwa ini sebaiknya disusun dari awal kejadian , pada saat kejadian,
kemudian setelah kejadian berlangsung.
d. Tulisan
tentang proses pengerjaan atau pembuatan sesuatu.
Berdasarkan
uraian di atas, jelas bahwa ada beberapa tulisan yang mesti disajikan dengan menggunakan
sistem kronologis. Dengan sistem penyajian semacam ini tulisan itu mudah
diikuti atau dipahami pembaca.
2.
Sistem
Penyajian Ruang
Cara
yang kedua yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun gagasan berdasarkan tata
ruang sebagaimana yang tampak oleh mata, atau adanya benda atau barang dalam
hubungan satu dengan yang lain. Hal ini dapat dijelaskan dengan bantuan penunjuk tempat, seperti di
sana, di situ, dan lain sebagainya.
Kalau
kita ingin menyajikan tulisan tentang tempat tinggal kita, tentu saja kita akan
menjelaskan semua yang tampak oleh mata. Misalnya, kita memulai dengan
menceritakan halaman, ke samping, ke belakang, ke dalam rumah, sampai berapa
buah kamar itu akan kita jelaskan. Cara penyajian yang seperti inilah yang disebut dengan
sistem penyajian ruang.
Contoh:
Hanya
sebuah ruangan, tanpa ruangan-ruangan khusus, selain kamar mandi. Di samping
toko ada sebuah tangga beton yang menghubungkan dengan sebuah teras di lantai
atas, di teras itu ada beberapa pot bunga yang menghidupkan suasana yang mampu
menyuplai udara yang gerah menjadi sejuk. Ada beberapa buah bangku dan sebuah
meja. Di pojok teras, yang sejajar dengan tangga, ada sebuah pintu masuk ke
dalam ruangan, di sebelah kanan pintu masuk ada sebuah lemari es. Di hadapan
pintu ada sebuah ranjang berukir khas yang dihias dengan berbagai aksesoris,
hingga ranjang itu menjadi begitu indah.
Di
samping sebelah kiri agak ke tengah, sepasang sofa ada di sana, di atas meja
ada vas bunga yang terbuat dari kaca. Sekitar tiga setengah meter ke kiri sofa,
ada sebuah televisi berukuran besar dan antara sofa dan televisi terhampar
karpet. Sebelah kiri dinding ada satu unit komputer pentium empat dan di
sebelahnya ada rak buku besar yang bersandar ke dinding. Rak buku itu berisi
koleksi buku-buku pengetahuan , sastra, psikologi, filsafat, komik,
novel-novel, bacaan-bacaan ringan dan ada pula tumpukan majalah yang dikumpulkan
menurut jenisnya.
Di
pojok sebelah kanan sana, ada sebuah pintu yang jelas bersampingan dengan
alat-alat elektroniknya – kira-kira berjarak dua belas meter – pintu itu adalah
pintu masuk ke kamar mandi. Di atas langit-langit tergantung lampu yang mampu
menerangi seluruh ruangan dan di sampingnya ada sebuah kipas angin. Di dinding,
di tempat-tempat tertentu, ada beberapa lukisan bergantungan dan beberapa
kaligrafi menempel di dinding hasil buatan Rheiner. Ada juga foto-foto
keluarganya, termasuk foto mendiang kedua orang tuanya dan foto mendiang
adiknya Magdalena Wicaksana. (Novel Di Satu Sisi Hati Karya Zainal Arifin
Hal. 77. Koleksi pribadi)
Pada
umumnya, kalau kita menulis tulisan yang berhubungan dengan apa yang tampak,
seperti tempat, alam atau orang, maka tulisan itu memang harus disusun menurut
sistem penyusunan ruang.
3.
Sistem
Penyajian Logis
Bila
sistem penyajian kronologis dan ruang berkecenderungan besar sistem penataan
gagasannya bersumber dari hal-hal yang berada
di luar pemikiran penulis, tetapi diatur oleh kenyataan yang alamiah
sifatnya, maka sistem penyajian logis sifatnya berbeda. Dengan sistem penyajian
logis, gagasan disusun berdasarkan apa yang dianggap logis oleh penulis.
Penulis memilih dan menentukan mana yang penting disajikan lebih dahulu.
Penyajian
gagasan dengan sistem logis umumnya menyangkut gagasan yang memerlukan
penalaran dan pemikiran. Karena itu, sistem penyajian logis ini lebih bersifat
sistem dan metode pengembangan gagasan.
Sistem
atau metode pengembangan gagasan secara umum dapat dilakukan dengan cara
berikut.
a. Dengan penggambaran
umum dan pemberian contoh. Gagasan dapat
dikembangkan dengan memberikan gambaran umum dan pemberian contoh-contoh.
b. Perbandingan dan
pertentangan. Biasanya, gagasan yang dikembangkan
dengan cara ini adalah gagasan yang memang memerlukan perbandingan antara satu
dengan yang lain. Cara menyajikan perbandingan biasanya dengan memperlihatkan
hal-hal yang berbeda atau bertentangan.
c. Klasifikasi.
Pengembangan dengan klasifikasi artinya gagasan yang kita sajikan itu disusun
berdasarkan kelas-kelas, kelompok-kelompok, atau jenis-jenis.
d. Penjelasan sebab akibat.
Cara penyampaian gagasan dengan menampilkan sebab akibat merupakan cara lain
yang dapat dipilih. Cara ini dipilih sesuai dengan permasalahan yang hendak
ditampilkan.
e. Definisi. Cara
lain yang dapat ditempuh dalam mengembangkan gagasan dengan sistem logis ialah
dengan memberikan definisi. Yang dimaksudkan dengan definisi ialah rumusan
ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau
studi
Demikianlah,
tiga sistem pengembangan gagasan dalam menulis, yaitu secara kronologis, ruang
dan logis. Pemakaian salah satu cara ini sangat bergantung kepada tujuan dan
masalah yang dijelaskan. Akan tetapi, harus kita ingat, sistem penyajian
gagasan ini tidak berdiri sendiri. Artinya, dalam sebuah tulisan kita akan
menjumpai adanya pemakaian ketiga cara di atas. Dalam sebuah cerita pendek,
misalnya, akan dijumpai adanya gagasan yang diurut dengan cara kronologis, ada
yang disajikan dengan ruang, dan ada pula uraian yang menggunakan cara logis.
*
* *
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Tujuan
menulis ada lima, yaitu sebagai berikut:
* Untuk
menceritakan sesuatu
* Untuk
memberi petunjuk atau pengarahan
* Untuk
menjelaskan sesuatu
* Untuk
meyakinkan
* Untuk
merangkum
b. Isi
atau gagasan tulisan dapat berupa:
* Pengalaman
* Pengamatan
* Khayalan
atau imajinasi
* Pendapat
dan keyakinan
c. Sistem
penyajian sebuah karangan meliputi:
* Sistem
penyajian kronologis
* Sistem
penyajian ruang
* Sistem
penyajian logis
B.
Saran-Saran
Sebagai
penutup dari makalah ini, ada beberapa saran yang akan dikemukakan oleh
penulis, yaitu:
a. Sudah
saatnya setiap sekolah di Indonesia lebih mengkhususkan pelajaran menulis,
karena kegiatan menulis ini sangat diperlukan.
b. Keterampilan
menulis ini termasuk keterampilan berbahasa secara aktif karena membutuhkan
kreativitas. Pemahaman yang sangat dalam sangat dibutuhkan.
c. Kepada
seluruh guru, terutama guru bahasa Indonesia agar kiranya membina keterampilan
menulis dengan memberikan materi yang dalam sehingga peserta didik mampu
mengembangkan gagasannya dengan menulis tersebut.
d. Pembinaan
keterampilan menulis ini selayaknya di mulai dari jenjang pendidikan sekolah
dasar dan secara berkesinambungan berlanjut hingga ke perguruan tinggi. Membaca
dan menulis sudah selayaknya dikembangkan dan difokuskan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia agar budaya di negeri ini, dengar dan lisan ini tergantikan dengan
budaya baca dan tulis.
e. Pembinaan
keterampilan menulis ini pada saatnya akan mengangkat kebutuhan bangsa dengan
mengetahui segala bidang ilmu dan sudah saatnya Indonesia beranjak naik tingkat
dari negara berkembang menjadi negara maju.
Semoga
kiranya dengan saran-saran ini dapat menggeser budaya dengar dan lisan yang
berkembang sejak lama di negeri ini menjadi budaya baca dan tulis.
*
* *
DAFTAR PUSTAKA
Marahimin
Ismail. 1992. Menulis Secara Populer. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Semi, M. Attar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis.
Jakarta: Angkasa
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta:
Grasindo
http://wikipedia.id.org. Di download pada
tanggal 26 Maret 2010
http://akhmadsudrajat.org. Di download pada
tanggal 26 Maret 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar