BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Begitu banyak aturan dalam
keterampilan menulis, namun banyak juga orang menulis tanpa mengindahkan
aturan-aturan itu, karena banyak orang yang berpendapat aturan-aturan itu hanya
akan membelenggu kreativitas dalam menuangkan buah pikiran yang terkadang luas
dan terkadang sempit, terlebih bagi para penulis pemula. Aturan itu hanya
ibarat kuda beban yang berat (Moh. Diponegoro: 1995).
Namun, tidak salah pula jika
kita merujuk pada aturan-aturan itu untuk bisa menulis. Namun lebih baik kita
mengambil buku-buku yang telah terbit terlebih dahulu sebagai contoh. Ini tidak
bersifat plagiat, karena kita tidak meniru ide yang ada, hanya saja meniru
tampilan yang ada. Mungkin akan lebih membantu seorang yang berstatus penulis
pemula.
Katakan saja, banyak penulis
yang membuat aturan dari berbagai pengalaman dan prakteknya menulis namun
dialah yang pertama sekali melanggar aturan yang dibuatnya. Pengamat sastra,
Mas Dipo, dalam bukunya Yuk Menulis
Cerpen, Yuk! menulis tentang seorang cerpenis dunia Edgar Allan Poe yang
dinobatkan sebagai Bapak Cerpen Modern Dunia setelah berpuluh-puluh tahun
beliau meninggal membuat aturan yang pertama kali dilanggar oleh dirinya. Mas
Dipo juga menyebutkan ada seorang pengarang cerpen dengan seutas kalimat saja
namun penulis itu menyebutnya sebagai cerpen dan dimuat di majalah sastra
Horison (edisinya tidak disebutkan Mas Dipo). Ketika banyak orang menanyakan
tentang kriteria cerpen, penulis itu malah menyanggah begini: “Tidak ada seorang pun di dunia ini melarang
saya menulis cerpen sedemikian dan tidak ada yang punya hak melarang saya
menyebut apa yang saya tulis itu adalah cerpen.”
Dari pernyataan nyata di atas
dapat kita ketahui bahwa sebenarnya aturan itu hanyalah sebagai pelengkap
penderita saja dan hingga saat sekarang ini kita ketahui nasib naas sebuah
peraturan adalah dilanggar.
Dalam makalah ini akan dibahas
beberapa hal yang dibutuhkan dalam menulis fiksi, namun terlepas dari apa yang
kita bahas di atas.
B.
Batasan Masalah
Untuk lebih spesifiknya penyelesaian
masalah dalam makalah ini, maka perlulah kiranya bagi penulis membuat
batasan-batasan pembahasan masalah agar masalah-masalah lain tidak menyisip
sehingga mengurangi kredibilitas masalah dalam makalah ini. adapun batasan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Menuliskan adegan
b. Membangun cerita
c. Struktur cerita
d. Pengembangan karakter
C.
Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas,
maka muda pulalah bagi penulis merumuskan masalah dalam makalah ini. adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana cara menuliskan
adegan?
b. Bagaimana cara kita membangun
cerita?
c. Seperti apakah yang dinamakan
dengan struktur cerita itu?
d. Bagaimana cara dan prosedur
pengembangan karakter dalam menulis fiksi itu?
D.
Tujuan
Penulisan
Dari batasan dan rumusan
masalah di atas, maka dengan mudah penulis mengutarakan tujuan penulisan dalam
makalah ini, yakni sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui cara
menuliskan adegan dalam sebuah karya fiksi.
b. Untuk mengetahui cara membangun
cerita dalam sebuah karya fiksi.
c. Untuk mengetahui yang dinamakan
struktur cerita dalam sebuah karya fiksi.
d. Untuk mengetahui cara
pengembangan karakter dalam sebuah karya fiksi yang tentunya berbeda dengan
karya non-fiksi.
* * *
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.
MENULISKAN ADEGAN
Bagian ini hanya Anda gunakan untuk menulis, menulis, dan
menulis! Tulis apa pun yang Anda inginkan untuk ditulis. Jika Anda telah
mempunyai gambaran alur ceritanya, itu lebih baik, tapi kalau belum juga tidak
menjadi masalah. Tetaplah menuliskan adegan-adegan secara terpisah, meski
mungkin tidak ada kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Percayalah
pada imajinasi Anda dalam menciptakan sebuah alur yang menarik dan setelah itu,
Anda akan mempunyai bahan mentah yang cukup banyak untuk dikembangkan. Beberapa
adegan mungkin bisa dipasang di dalam cerita walau beberapa mungkin tidak.
Namun, menulis dengan kemauan akan membuat ide-ide baru muncul dan dengan
begitu, jalan cerita yang Anda buat akan perlahan terbentuk dan berkembang sampai
Anda bisa menentukan garis besar jalan ceritanya. Apabila inspirasi Anda macet,
duduklah dan biarkan pikiran Anda melayang. Pilih situasi yang mendukung,
berkhayallah!
Bayangkan tentang orang-orang, tempat-tempat, dialog-dialog, aksi-reaksi, dan
sebagainya. Jangan terburu-buru memberi penilaian pada tulisan atau ide-ide
Anda pada tahap ini. Dan, jika Anda mengetiknya langsung di komputer, matikan
monitor Anda dan mengetiklah. Beberapa adegan, ide, kata, dan kalimat mungkin
akan tampak kacau, namun Anda masih bisa memperbaikinya nanti. Yang terpenting
pada tahap ini adalah menciptakan materi-materi mentah sebanyak-banyaknya.
Jumlah yang banyak akan membuat Anda bersemangat dan pikiran Anda tidak akan
disibukkan dengan mengedit tulisan, membaca ulang, dan mengkritisi diri
sendiri.
Setelah selesai dengan draft pertama, aturlah sedemikian
rupa supaya bahan-bahan itu tidak berantakan. Pada saat melakukan hal ini,
barangkali Anda akan bingung dengan urutan dan catatan-catatan yang telah
dibuat, terutama jika Anda menuliskan tulisan panjang seperti novel. Mula-mula
berilah nama untuk setiap adegan dan simpan di bagian Struktur Cerita. Urutan
nomor adegan, bab, dan klimaks bisa dinamai nanti pada tahap pembangunan
cerita. Terkadang saat inspirasi tidak kunjung datang, gunakan saja cara lama:
"brainstorming" (membuat coretan kasar)! Tulis sebuah kata, lalu kata
lain dan yang lain lagi. Jangan batasi diri Anda! Tuliskan kata apa saja yang
muncul di benak Anda, dapat dimulai dengan kata yang berhubungan dengan setting/lokasi,
atau karakterisasi dan ide-ide lain yang akan muncul sehingga akhirnya membuat
gambaran tentang sebuah adegan. Sekali lagi, jangan batasi diri Anda! Beberapa
adegan pada awalnya mungkin terlihat tidak cocok antara satu dengan yang
lainnya, dan yang lain bahkan sepertinya bertentangan dengan akhir cerita,
semua itu akan memberi ide-ide yang lebih segar untuk isi, alur, setting, dan
karakter cerita.
B.
MEMBANGUN CERITA
Membangun cerita berarti membuat urutan adegan dan kurang
lebih sama dengan membuat garis besar jalan cerita untuk plot/alur cerita yang
akan Anda buat. Anda mungkin telah mempunyai 15-50 adegan, atau bahkan lebih
lagi, saat Anda telah memutuskan untuk menentukan garis cerita dan membuat
garis besar jalan ceritanya. Tulis kembali daftar nama adegan yang telah Anda
buat sampai Anda merasa sudah cocok. Masukkan juga nama adegan yang belum Anda
tulis namun penting sebagai penghubung antaradegan yang telah ada.
Mulailah memikirkan juga bagaimana mengelompokkan daftar
nama adegan ke dalam bab-bab. Memikirkan hal ini juga bisa membantu Anda dalam
membangun garis cerita. Di tahap inilah Anda perlahan membangun garis besar
cerita Anda. Saat Anda melakukan hal ini, carilah unsur-unsur kunci dalam
cerita yang dapat memberi kesan dramatis. Berikut hanyalah contoh klasik dan
tentu saja hanyalah sebuah pilihan. Anda tentu mempunyai cara Anda sendiri.
Jangan lupa, jika sebuah daftar bahan hanya akan membatasi kemungkinan yang
akan Anda dapat nanti, sementara cerita yang hebat dan inovatif seringkali muncul
bersama dengan ide-ide baru. Inilah beberapa cara yang biasa dilakukan orang.
Pisahkan karakter-karakter Anda dan beri mereka peran cerita. Tentukan mana
tokoh utama dan sang protagonis. Seringkali, meski tidak selalu, mereka adalah
orang yang sama. Misalnya, sebuah cerita adalah cerita berdasarkan cara pandang
seorang tokoh, maka dia adalah si tokoh utama. Namun sang protagonis bisa jadi
adalah orang lain, atau tokoh di sekitar si tokoh utama yang lebih banyak
berperan dalam cerita sehubungan dengan tujuan dan pengembangan tema cerita.
Saat Anda menentukan urutan dan mengatur kembali adegan dalam tahap adegan,
berikan sela yakni beberapa lembar atau baris kosong antaradegan untuk
adegan-adegan penghubung yang masih perlu ditambahkan. Ketika semua itu telah
selesai, Anda kini dapat menuliskan draft pertama dari adegan-adegan tersebut.
C.
STRUKTUR CERITA
1. Karakterisasi Adegan
Ketika Anda telah mempunyai urutan adegan, lebih lanjut Anda
dapat menentukan struktur cerita. Untuk ini, daftar adegan yang telah Anda buat
dapat membantu menentukan karakterisasi adegan lebih lanjut:
2. Intensitas dan Mood.
Mulailah memberi rating nilai atas suasana untuk setiap
adegan. Anda dapat menilainya berdasar hal-hal/kejadian yang terjadi pada
setiap adegan, atau berdasarkan menarik tidaknya suatu adegan bagi pembacanya.
Beri penilaian antara 1 untuk yang terendah sampai 5 untuk yang tertinggi di
daftar adegan Anda untuk menyeimbangkan dramatisasi cerita Anda dan menentukan
di mana harus mempertajam alur untuk membuat pembaca tetap tertarik.
Anda dapat juga menentukan mood per adegan, 5 macam mood
yang dapat Anda pakai, antara lain: romantis, komikal, santai, tegang, dan
mengancam.
Namun sekali lagi, Anda dapat memberi tambahan lain di luar
itu. Ingatlah bahwa mood dan suasana kadang akan berjalan beriringan, walau
tidak selalu. Adegan romantis dan komikal bisa jadi berlangsung keras sementara
adegan kebencian bisa jadi berjalan dengan lembut. Adegan seperti itu bisa jadi
sulit, mengekspresikan sesuatu tanpa benar-benar menimbulkan suasana seperti
itu. Mengkualifikasikan adegan-adegan tersebut dengan mood dan suasana dapat
membantu memberi inspirasi alur yang lebih dramatis dalam adegan yang telah
ada.
3. Karakterisasi Cerita
Pada bagian ini Anda akan dapat menentukan beberapa hal yang
merupakan unsur-unsur umum dalam cerita:
a. Tema.
Cerita
seringkali ditentukan oleh tema. Pertentangan antara kebaikan dan kejahatan, pertumbuhan, kedewasaan, cinta,
kebebasan, kematian dan lainnya. Di sini Anda diharap menentukan tema umum
cerita Anda. Tiap saat Anda merujuk ke bagian Struktur Cerita setelah Anda
melengkapi draft akhir adegan Anda nantinya, bagian ini akan mengingatkan Anda
untuk memikirkan tentang unsur-unsur baru yang mungkin cocok dengan tema baru
yang mungkin akan datang.
b. Tujuan.
Sekarang
protagonis Anda harus ditentukan tujuannya. Gambarkan di sini dan secara
singkat pula jelaskan apakah karakter tersebut dapat mencapai tujuannya atau
tidak. Tujuan adalah unsur yang bagus dalam menentukan hubungan antarkarakter.
Ingatlah, bagaimanapun juga sebuah cerita bukanlah tentang mengejar sebuah
tujuan yang spesifik.
c. Penyelesaian.
Kadangakala
kekuatan dari sebuah cerita adalah penyelesaian yang menarik. Jika cerita Anda
berakhir dengan "kejutan". Tahap ini akan membantu Anda dalam
memasukkannya ke dalam cerita. Catatan: Banyak cerita memberi sang protagonis
sebuah tujuan, tapi ada juga yang tidak. Beberapa cerita berakhir dengan
penyelesaian yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya. Kadang ada yang
memakai keduanya.
D.
PENGEMBANGAN KARAKTER
Dalam
rangka membangun potensi yang maksimum, kini Anda perlu menuliskan hal-hal
berikut ini:
1. Biografi Karakter.
Menjelaskan
secara singkat latar belakang, kepribadian, hubungan si tokoh dengan beberapa
tokoh/karakter kunci lain yang berperan di dalamnya. Tuliskan
sebanyak-banyaknya, namun jangan lupa memberi nomor untuk tiap-tiap halaman
demi memudahkan Anda menengoknya lagi nanti. Menuliskan ini akan membantu Anda
menemukan apa yang dimiliki oleh tiap-tiap karakter dalam satu tempat.
Pergunakan bagian ini untuk mengembangkan beberapa aspek lain dari mereka.
Juga, berikan keterangan spesifik mengenai tempat/lokasi di mana para karakter
itu berada di dalam cerita baik karakter utama, protagonis, protagonis
pendukung, antagonis, antagonis pendukung, komikal (karakter yang membawa
suasana komikal setelah adegan yang menegangkan) dan yang lainnya. Beberapa
karakter dapat berada di dua tempat. Mereka bisa karakter yang mana saja.
Setelah itu, jelaskan secara singkat peran tiap karakter dalam cerita.
Bagaimana mereka bisa mendukung sang protagonis atau antagonis? Bagaimana sang
protagonis berhasil (atau gagal) mencapai tujuannya (jika ada). Jelaskan
kepribadian si tokoh komikal (comic character) dan beri mereka peran yang
sesuai. Berikan kata-kata singkat bagaimana tokoh/karakter tersebut berkembang
atau menurun, apa yang ia pelajari atau lupakan, apa yang ia dapat atau
lepaskan.
2.
Atribut
Karakter.
Ketika
Anda telah menulis cukup banyak adegan, Anda, paling tidak telah mempunyai
gambaran tentang karakter yang tepat. Gunakan bagian ini untuk menjelaskan
lebih jauh tentang mereka dan ide-ide bagaimana mereka dapat berkembang ke arah
lebih lanjut. Atribut/ perlengkapan di sini bisa jadi adalah secara fisik,
emosi, intelektual, dan sosial. Atribut secara psikologis tidak dituliskan
karena hal tersebut akan dapat ditemukan di bagian emosi. Selanjutnya, tuliskan
juga mengenai kemampuan atau pengetahuan yang akan didapat atau dikembangkan si
tokoh dalam cerita. Tulis juga mengenai apa yang disukai atau yang tidak
disukai oleh si tokoh. Ini adalah aspek penting dalam pengembangan karakter
supaya pembaca dapat mengenali karakter tersebut sebagai manusia dengan segala
kebutuhan, kelemahan, dan lainnya.
Tiap hal
mempunyai beberapa atribut yang dapat Anda pilih atau hilangkan. Anda dapat
menambahkan yang lain lagi, namun saya tidak menganjurkan daftar atribut yang
terlalu panjang. Anda dapat membaginya per adegan atau per karakter. Tak perlu
terlalu lama berkutat di bagian ini sehingga malah membuat Anda terbebani.
Pilih beberapa atribut saja yang paling tepat sehingga nantinya akan dapat
memberi inspirasi baru supaya karakter yang Anda bangun akan menjadi lebih
berharga.
Daftar
atribut yang pertama sebaiknya singkat saja, daftar itu akan dimasukkan di
bagian karakter. Kemudian di dalam setiap adegan, Anda tinggal menambah atau
mengurangi atribut yang telah ada berdasar pengembangan karakter di tiap
adegan, tandailah kemajuan atau kemunduran yang dialami si tokoh di tiap
adegan. Berikan juga perhatian pada perlengkapan atau apa yang dikenakan si
karakter. Dalam beberapa adegan, mungkin saja dia memakai pakaian yang berbeda
atau menemukan sesuatu yang menarik.
3.
Deskripsi
Tempat.
Buatlah
suatu "objek" yang paling penting bagi karakter Anda. Yang saya
maksud adalah sesuatu yang bersifat fisik: barang, perabotan, bau, mood,
lingkungan, cahaya, suara, dan sebagainya. Segala sesuatu yang dapat Anda
hubungkan secara emosional pada satu atau lebih karakter. Hal tersebut dapat
memberikan sumbangan besar untuk menguatkan identitas suatu karakter di dalam
cerita.
Dalam
sebuah cerita, Anda dapat memberikan deskripsi suatu tempat yang berbeda-beda
pada banyak adegan. Usahakan jangan membuat satu adegan yang penuh dengan
deskripsi tempat, namun lebih baik Anda lakukan seturut dengan alur cerita. Hal
itu supaya saat tiba waktunya Anda menulis ulang adegan-adegan, Anda akan dapat
menentukan aspek mana dari tiap penggambaran itu yang cocok dengan
adegan-adegannya.
4. Hubungan antara Tempat dan Karakter
Untuk
memperkuat identitas sebuah karakter, hubungan emosional antara sang tokoh
dengan tempat-tempat dalam cerita sangatlah penting, dalam hal ini adalah demi
menguatkan imajinasi pembaca yang muncul atas penggambaran setiap tempat dalam
cerita. Beberapa hubungan tercipta melalui sinergi untuk memperkuat kesan
cerita Anda terhadap para pembaca. Ikatan-ikatan yang dapat dikembangkan itu
antara lain, ingatan dan benda-benda.
Ingatan
dapat dikembangkan saat si tokoh kembali setelah lama menghilang. Hal-hal itu
juga dapat digunakan dalam memperkuat dampak akibat perginya si tokoh, baik
karena menghilang maupun meninggal dunia, atau sebab-sebab lain seperti
pernikahan dan lainnya. Keberadaan atau kemunculan kembali sebuah ingatan juga
dapat digunakan sebagai salah satu alat yang mendasari berkembangnya sebuah hubungan
antar karakter/tokoh dalam cerita.
Ingatan/memori
bisa berfokus pada sebuah benda/objek. Tentukanlah benda/objek apa dan
bagaimana benda/objek itu dapat menjadi sesuatu yang diingat oleh karakter yang
ditentukan, juga bagaimana ingatan objek bisa meliputi bukan hanya benda secara
fisik namun juga sifat sebuah tempat seperti bau, cahaya, suhu, dan sebagainya
atau bahkan kombinasi dari semuanya.
* * *
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anda kini
telah mempunyai semua unsur untuk membangun sebuah cerita yang lengkap dan
hebat seperti halnya seorang tukang kayu yang akan membangun sebuah rumah.
Gabungkan bahan-bahan mentah yang diperlukan untuk menulis sebuah adegan.
Selanjutnya taruh dasarnya dengan menggunakan apa yang Anda tulis di bagian
Struktur Cerita. Kembangkan karakter dan setting sejalan dengan isi. Gabungkan
semuanya dengan menulis ulang tiap adegan guna menyesuaikan semuanya dengan
garis cerita, masukkan juga semua unsur yang ada di tahap pengembangan. Menulis
cerita adalah proyek yang mendebarkan. Rencanakan hal itu sesuai ambisi Anda,
hormatilah jadwal yang Anda buat. Itulah guna panduan ini! Ini akan membantu
Anda untuk tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam melaksanakan proyek
tersebut.
Meski
semuanya bisa tidak berjalan sebagaimana direncanakan, perencanaan tetaplah
cara terbaik untuk memastikan semua berjalan baik. Bekerjalah dengan dasar yang
tetap, kadang bisa beberapa menit kadang bisa berjam-jam. Mengerjakan proyek
ini sekitar 5 menit perhari akan membawa Anda lebih jauh dan bahkan lebih cepat
dari yang Anda bayangkan. Yang penting, buat ini sebagai pengalaman yang
menyenangkan dalam setiap langkahnya.
Dalam struktur cerita, ada tiga hal yang cukup penting
telah kita bahas, yakni: (a) karakterisasi adegan; (b) intensitas dan mood; dan
(c) karakterisasi cerita. Dalam karakterisasi cerita ada tiga hal pula yang
cukup penting, yakni: (a) tema; (b) tujuan; dan (c) penyelesaian. Selanjutnya
dalam pengembangan karakter ada empat hal penting yang telah kita bahas, yakni:
(a) biografi karakter; (b) atribut karakter; (c) deskripsi tempat; dan (d)
hubungan antara karakter dan tempat.
B.
Saran-Saran
Sebagai akhir dan sebagai refleksi dari bahasan masalah
dalam makalah ini, penulis membeberkan beberapa saran yang mungkin bisa
memberikan suatu pengukuhan bagi kita bahwa keterampilan menulis itu sangat
perlu meski di tengah perkembangan arus globalisasi yang melanda tanpa bisa
dibendung, namun dengan keterampilan menulis yang tinggi dengan didasarkan pada
kesadaran nasionalisme yang tinggi pula mungkin bisa kita bendung. Apapun
alasannya Indonesia kita harus tetap berlandaskan pada hal-hal yang terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila.
Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Jika kita ingin menjadi penulis yang
handal maka jadilah guru yang baik, karena dari sana kita bisa berangkat
membesarkan bangsa Indonesia ini.
b.
Sebagai calon guru, kita adalah kunci
dari kemampuan keterampilan menulis siswa kita kelak. Jika kita tidak memiliki
dasar-dasar keterampilan menulis, tentu kita akan mengalami kesulitan, apalagi
bagi kita sebagai calon guru Bahasa Indonesia. Tentu ini akan menjadi tugas
utama bagi kita.
c.
Sebagai calon guru Bahasa Indonesia,
mari kita apresiasi seperti apa guru Bahasa Indonesia yang kita hadapi selama
ini dan ini akan menjadi bahan utama bagi kita untuk mengembangkan keterampilan
menulis kita. Betapa tidak konsistennya seorang guru Bahasa Indonesia jika
tidak memiliki dasar keterampilan menulis yang memadai dan saat ini telah kita
rasakan pada diri kita betapa perlunya keterampilan menulis tersebut untuk merobah
sekaligus mempertahankan budaya bangsa yang mulai punah akibat derasnya arus
globalisasi yang tidak pernah kita sadari.
* * *
DAFTAR PUSTAKA
Diponegoro, Moh. 1995. Yuk Nulis Cerpen, Yuk! Jakarta: Pustaka Jaya
Marahimin Ismail. 1992.
Menulis Secara Populer. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Semi,
M. Attar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan
Menulis. Jakarta: Angkasa
Wiyanto,
Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf.
Jakarta: Grasindo
http://wikipedia.id.org. Didownload pada
tanggal 26 Maret 2010
http://akhmadsudrajat.org. Didownload pada
tanggal 26 Maret 2010.
www.rumahdunia.net, situs resmi milik komunitas Rumah Dunia asuhan Gola Gong. Didownload
pada tanggal 15 April 2010 pukul 16.25 WIB.
www.penulislepas.com, situs kepenulisan milik komunitas Penulislepas.com Didownload
pada tanggal 15 April 2010 pukul 16.25 WIB.
www.rayakultura.net, situs kepenulisan asuhan Naning Pranoto, seorang pengarang
senior. Didownload pada tanggal 15 April 2010 pukul 16.25 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar