Selasa, 14 Juli 2015

PUISI-PUISI NUGROHO SUKSMANTO

; ANAK-ANAK DAN KEHIDUPAN
Bagi anak-anak
Kehidupan adalah;
Adzan pada waktu subuh
Lonceng di menara teduh
Sesaji di pintu candi
Layang-layang terbang
Dan
Kerlip kunang-kunang

; DOA ANAK SEMESTA ALAM
Wahai Penguasa Jagad
Yang bersuara di dalam angin
Yang bernapas melahirkan kehidupan

Tegakkan langkahku menapak dalam kehidupan
dan tegarkan mataku menatap sinar mentari pagi
Jagalah tanganku menghargai segala ciptaanmu
dan telingaku tajam mendengar bisikanmu
Tuntunlah aku menggali makna
yang kausembunyikan dalam daun dan batu

Kan kuhimpun kekuatan
tidak untuk membuatku lebih besar dari saudaraku
tapi untuk memerangi musuhku terbesar; diriku sendiri
Jadikan aku insan yang datang kepadamu
dengan tangan yang bersih dan mata yang tegak
Sehingga saat kehidupan sirna bagai tenggelamnya senja
arwahku tak malu mengahadap-Mu

Dikembangkan dari sajak Indian “With clean hands”

; WAJAH SASTRA TERKINI
Tak muncul Wiji Tukul
Tak lahir orasi Munir
Tak terdengar resah Marsinah

Yang hadir penyair langganan
Tampil elite di Koran Kompas
Menyingkirkan karya-karya “picisan”

; SASTRA KITA
Ketika sastra hanya olahkata
Makna tak berarti

Ketika kata belaka menghiasi media
Sastra seakan mati

Ketika media menjadi alat penguasa
Sastrawan mengabdi … atau dikebiri!


; DI CHINA DAN DI KITA

Di China
Bebas tak beragama
Orang-orangnya santun
Saat menentang Agama

Di Kita
Agama sedikitnya lima
Orang-orangnya beringas
Saat membela agama

Di China
Pemimpinnya keji
Saat memberantas korupsi
Tak segan menembak mati

Di Kita
Para pemimpin baik hati
Berderma dari hasil korupsi
Pergi haji berkali-kali

; BUMI
Di sana aku berpijak
Sejak tangis pertama
Setelah ketuban pecah

Jeritku melepas siksa
Mengiring air mata haru

Tersipu dia menatapku
Sambil bergumam;
Kini aku jadi ibu!

Lalu aku menyusu
Lalu aku berguru
Lalu aku berkarya
Melukis cakrawala

Saat diam aku bertanya
Kepada siapa kuharus berbakti
Terbayang Ayah memberi jawaban
Dan Tuhan mengiakan
Kaulah yang dimaksudkan, Ibu;
Sebagai pribadi dan pertiwi!


; GURU BAGIKU
Guru,
Untuk ilmu kaubukakan pintu
Dan aku tinggal memasuki

Tentang agama kausingkap makna
Dan aku tinggal menghayati

Budi pekerti kauteladani
Dilakukan dengan kesadaran

Kumengerti
Kau tak memberi kepintaran
Tetapi hanya
; membuka wawasan
; memandu penghayatan
; menggugah kesadaran

; DUKA ANAK ORANG KAYA
Kusaksikan keriangan yang tak kudapatkan
Saat banjir merendam Jakarta
Anak-anak berenang
Bermain air
Tersedak
Berduka pun mereka tertawa

Sedang aku,
Berenang di kolam … sendirian
Tetangga
hanya mendengar debur airnya
Tawaku tersembunyi
Di balik duka
Jadi anak orang kaya

; BUKU
Buku membuatku bahagia
Dia mengajakku berkelana
Menguak belantara kehidupan
Yang hanya dapat dibayangkan
dengan gambar dan kata-kata
Sebagai kelana kadang aku menjadi penakluk
membuat musuh-musuh bertekuk
Kadang aku menjadi pemabuk
yang hidupnya tersuruk-suruk
Kadang kubayangkan menjadi binatang
yang menginginkan kasih sayang
Atau sebagai tanaman
yang membutuhkan sentuhan tangan
Selesai membaca
Buku-buku kusimpan
berbaris dalam pustaka
Suatu saat kan kuperlukan sebagai rujukan
Ketika tanganku tergerak menorehkan kata;
menggubah karya
merajut tulisan
Itulah yang kuidamkan
Membagi pengalaman
Berperan mencerdaskan
Sebagai cendekia yang kaya akan wawasan

; MENCARI TUHAN (3)
Tuhan itu ada tapi tiada,
Kata Filsuf
Karenanya, pertanyaan-pertanyaan tentang Dia
Terus disampaikan
Tapi tak pernah terjawab

Tuhan itu tiada tapi ada,
Kata Ulama dan Pendeta
Karenanya, jawaban-jawaban tentang Dia
Terus disampaikan
Tapi tak pernah dipertanyakan

Bagi perindu jalan sejati
Para Sufi mengajak
Mencari Tuhan lewat pintu hati

TENTANG NUGROHO SUKSMANTO
Nugroho Suksmanto lahir 12 November 1952 di Semarang. Setelah meraih gelar insinyur di jurusan arsitektur ITB, melanjutkan studi di University of Southern California, USA. Kumpulan cerpennya; Petualangan Celana Dalam dan Impian Perawan. Menulis antologi cerita, L.A Undercover bersama Budi Darma, Chavchay Syaifullah, Eka Kurniawan dan Triyanto Triwikromo. Juga menulis Renung Canda Pelawak Bersorban. Saat ini tinggal di Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar