Jumat, 10 Februari 2012

HAKIKAT MENULIS


BAB I
PENDAHULUAN

Keterampilan menulis, merupakan salah satu komponen keterampilan berbahasa yang sangat penting, meskipun keempatnya memiliki hubungan yang sangat erat yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Namun, keterampilan menulis dan keterampilan membaca berbeda dengan keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Perbedaannya terletak pada proses kreativitas yang diperlukan dalam keterampilan menulis dan membaca. Seseorang yang membaca dan menulis memerlukan perhatian yang harus benar-benar terfokus pada apa yang dibacanya agar ia bisa menangkap apa yang disampaikan oleh penulis atau apa yang akan disampaikan pada pembaca.
Berbeda dengan keterampilan berbicara dan mendengar/menyimak, meskipun membutuhkan konsentrasi, tapi dengan adanya mimik dan lakon yang diperagakan oleh seorang pembicara dan seorang penyimak atau pendengar bisa menangkap apa yang tersirat tersebut.

A.            Latar Belakang
Untuk menjadi seorang penulis atau pengarang tentulah membutuhkan pengetahuan yang sangat cukup dan berlebih malah. Karena jika kita memiliki pengetahuan yang terbatas, maka akan susah menjadi seorang penulis atau pengarang. Masalah atau topik yang akan kita tuliskan dan sajikan kepada pembaca tentunya tidak akan sempurna.
Seorang penulis tentunya memiliki tujuan dan tujuan itu tentu berbeda-beda, tujuan yang seperti ini bisa kita golongkan ke dalam motivasi. Tujuan penulisan yang umum juga ada dan inilah yang akan kita bahas dalam makalah ini.
Ide atau gagasan tulisan juga menjadi hal yang sangat penting dibicarakan dalam makalah ini, karena seorang penulis/pengarang perlu menentukan ide atau gagasan tulisan/atau karangan yang akan dibuatnya dan penulis/pengarang harus tahu pada siapa ia menyajikan bacaan tersebut. Selanjutnya adalah tentang sistem penyajian tulisan/karangan juga agaknya perlu dibicarakan dalam makalah ini, karena hal ini juga sangat perlu diketahui oleh setiap orang yang ingin mempelajari dan menguasai keterampilan menulis.

B.            Batasan Masalah
Sebuah masalah yang dibicarakan, jika ingin masalah itu tidak mengambang ke masalah lain dan secara tepat terfokus mungkin masalah tersebut akan dapat diselesaikan dalam waktu yang dekat dengan identifikasi-identifikasi yang akurat. Untuk itu penulis membuat batasan dalam makalah ini dan batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, tujuan menulis. Ini akan menjadi sangat penting, jika kita ingin berhasil menulis dan segera melejit ke angkasa dengan menyandang gelar penulis atau pengarang. Secara umum, tujuan menulis ini ada beberapa poin yakni untuk menceritakan sesuatu, untuk memberi petunjuk atau pengarahan, untuk menjelaskan sesuatu, untuk meyakinkan, dan untuk merangkum.
Kedua, isi atau gagasan tulisan. Hal ini tentunya tidak kalah penting dengan tujuan menulis. Jika tujuan menulis dimungkinkan untuk tetap menjaga mood kita dalam menulis. Maka isi atau gagasan tulisan adalah lanjutan dari tujuan menulis tadi. Setelah kita memiliki tujuan maka kita akan menentukan isi atau gagasan tulisan yang akan kita buat dengan memperhatikan keadaan pembaca kita. Ada pun sumber ide atau gagasan tulisan itu kita peroleh dari hal-hal berikut ini, di antaranya pengalaman, pengamatan, khayalan atau imajinasi, dan pendapat dan keyakinan.
Ketiga, sistem penyajian. Hal ini merupakan lanjutan dari hal yang kedua di atas. Setelah kita selesai menuangkan isi atau gagasan karangan/tulisan maka kita akan menyajikannya dalam bentuk apa yang kita mau dan ini seharusnya disesuaikan dengan jenis tulisan yang kita buat. Bentuk penyajian karangan/tulisan ada tiga yaitu adalah sistem penyajian kronologis, sistem penyajian ruang, dan sistem penyajian logis.

C.            Rumusan Masalah
Dari batasan-batasan masalah di atas, penulis pun merumuskan permasalahan sesuai dengan batasan masalah di atas agar masalah yang dibuat dalam batasan di atas tidak mengambang ke mana-mana lagi. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Pertama, tujuan menulis. Ini akan menjadi sangat penting, jika kita ingin berhasil menulis dan segera melejit ke angkasa dengan menyandang gelar penulis atau pengarang. Secara umum, tujuan menulis ini ada beberapa poin yakni untuk menceritakan sesuatu, untuk memberi petunjuk atau pengarahan, untuk menjelaskan sesuatu, untuk meyakinkan, dan untuk merangkum.
Kedua, isi atau gagasan tulisan. Hal ini tentunya tidak kalah penting dengan tujuan menulis. Jika tujuan menulis dimungkinkan untuk tetap menjaga mood kita dalam menulis. Maka isi atau gagasan tulisan adalah lanjutan dari tujuan menulis tadi. Setelah kita memiliki tujuan maka kita akan menentukan isi atau gagasan tulisan yang akan kita buat dengan memperhatikan keadaan pembaca kita. Ada pun sumber ide atau gagasan tulisan itu kita peroleh dari hal-hal berikut ini, di antaranya pengalaman, pengamatan, khayalan atau imajinasi, dan pendapat dan keyakinan.
Ketiga, sistem penyajian. Hal ini merupakan lanjutan dari hal yang kedua di atas. Setelah kita selesai menuangkan isi atau gagasan karangan/tulisan maka kita akan menyajikannya dalam bentuk apa yang kita mau dan ini seharusnya disesuaikan dengan jenis tulisan yang kita buat. Bentuk penyajian karangan/tulisan ada tiga yaitu adalah sistem penyajian kronologis, sistem penyajian ruang, dan sistem penyajian logis.

D.           Tujuan Penulisan
Dari batasan dan rumusan masalah di atas, maka penulis pun memperoleh tujuan penulisan makalah ini. karena pada umumnya batasan masalah dan rumusan masalah bisa dijadikan sebagai tujuan dengan cakupan yang sama pula. Di antara tujuan penulis dalam menulis makalah ini adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk mengetahui tujuan menulis, agar apa yang kita bahas ini tidak seperti fiktif karena memiliki tujuan. Ini akan menjadi sangat penting, jika kita ingin berhasil menulis dan segera melejit ke angkasa dengan menyandang gelar penulis atau pengarang. Secara umum, tujuan menulis ini ada beberapa poin yakni untuk menceritakan sesuatu, untuk memberi petunjuk atau pengarahan, untuk menjelaskan sesuatu, untuk meyakinkan, dan untuk merangkum.
Kedua, untuk mengetahui cara menentukan isi atau gagasan tulisan, agar tulisan ini juga tidak menjadi fiktif belaka. Hal ini tentunya tidak kalah penting dengan tujuan menulis. Jika tujuan menulis dimungkinkan untuk tetap menjaga mood kita dalam menulis. Maka isi atau gagasan tulisan adalah lanjutan dari tujuan menulis tadi. Setelah kita memiliki tujuan maka kita akan menentukan isi atau gagasan tulisan yang akan kita buat dengan memperhatikan keadaan pembaca kita. Ada pun sumber ide atau gagasan tulisan itu kita peroleh dari hal-hal berikut ini, di antaranya pengalaman, pengamatan, khayalan atau imajinasi, dan pendapat dan keyakinan.
Ketiga, untuk mengetahui sistem penyajian, agar lebih spesifiknya masalah yang penulis bahas dalam makalah ini. Hal ini merupakan lanjutan dari hal yang kedua di atas. Setelah kita selesai menuangkan isi atau gagasan karangan/tulisan maka kita akan menyajikannya dalam bentuk apa yang kita mau dan ini seharusnya disesuaikan dengan jenis tulisan yang kita buat. Bentuk penyajian karangan/tulisan ada tiga yaitu adalah sistem penyajian kronologis, sistem penyajian ruang, dan sistem penyajian logis.

* * *



















BAB II
KAJIAN TEORITIK

Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini, menulis itu memiliki tiga aspek utama. Yang pertama, adanya tujuan atau maksud tertentu yang hendak dicapai. Kedua, adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan. Ketiga, adanya sistem pemindahan gagasan itu, yaitu berupa bahasa. Ketiganya akan di bahas dalam makalah ini.

A.  TUJUAN MENULIS
Setiap orang tentu mempunyai niat atau maksud di dalam hati atau pikiran apa yang ingin dicapainya dengan menulis. Niat dan maksud itulah yang dinamakan dengan tujuan menulis. Kalau seseorang tidak memiliki tujuan untuk menulis, maka seseorang itu tidak akan tahu menulis apa. Dengan tujuan itulah maka dengan sendirinya berusaha memikirkan  gagasan atau ide yang ingin disampaikan dan dituangkan dalam karya tulis. Mengenal tujuan merupakan langkah awal yang terpenting dalam menulis

1.    Untuk Menceritakan Sesuatu
Setiap orang memiliki pengalaman hidup. Di samping itu juga memiliki perasaan, imajinasi dan intuisi. Semuanya itu ada dalam khazanah rohaniah setiap orang. Pengalaman, pemikiran, imajinasi, perasaan, dan intuisi yang dimiliki pribadi itu sebaiknya dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan.
Menceritakan sesuatu kepada orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami orang tersebut. Pembaca tahu apa yang diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Dengan demikian, terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan.

2.    Untuk Memberikan Petunjuk atau Pengarahan
Tujuan menulis yang kedua adalah untuk memberikan petunjuk atau pengarahan. Bila seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan  sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti, seseorang itu sedang memberi petunjuk atau pengarahan.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita jumpai tulisan yang tujuannya memberi petunjuk atau pengarahan tentang sesuatu, misalnya cara belajar yang baik.

3.    Untuk Menjelaskan Sesuatu
Apabila kita menghadapi atau pembaca berbagai buku pelajaran sehari-hari, tentu kita akan merasakan bahwa buku itu berisi  berbagai penjelasan. Apabila suatu kali kita menulis tentang manfaat bela diri, maka tulisan kita dapat digolongkan  tulisan yang bertujuan menjelaskan sesuatu.

4.    Untuk Meyakinkan
Adakalanya orang menulis untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. Mengapa orang perlu meyakinkan orang lain tentang pandangan  atau buah pikirannya? Karena orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal. Suatu ketika, kita ingin mengajak orang lain untuk percaya dengan pandangan kita karena kita merasa apa yang kita pikirkan  dan dilakukan merupakan sesuatu yang benar.

5.    Untuk Merangkum
Adakalanya orang menulis untuk merangkumkan sesuatu. Tujuan menulis semacam ini, umumnya dijumpai pada kalangan pelajar. Mereka merangkum bacaan yang panjang. Dengan menuliskan rangkuman, berarti mereka  akan sangat tertolong dan sangat mudah  dalam mempelajari isi buku yang panjang dan tebal. Pada saat menghadapi ujian , mereka hanya membaca rangkuman saja. Akan lebih mudah menguasai bahan pelajaran dengan membaca rangkuman dibandingkan kalau tidak dirangkum.
Merangkum sesuatu tidak saja dilakukan pada saat kita membaca, tetapi juga pada saat mendengarkan sesuatu. Sering kali pula, orang merangkum apa yang dialaminya sepanjang hari.

B.  ISI ATAU GAGASAN TULISAN

1.    Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber topik pikiran yang paling penting. Pengalaman ini bersifat fakta, sesuatu kenyataan hidup. Ini dapat menjadi renungan, bahan perbandingan dan pengetahuan bagi pembaca apabila di tuliskan. Semua orang memiliki aktivitas sendiri yang mungkin sama atau berbeda dengan orang lain. Kita misalkan seorang peneliti  yang hidup dalam hutan bersama masyarakat primitif tentu mengalami pengalaman suka dan duka. Semua itu, jika ditulis akan menjadi tulisan yang baik. Tulisan itu dapat menambah pengetahuan pembaca  mengenai masyarakat terbelakang.
Pada dasarnya, kita memiliki pengalaman langsung. Akan tetapi, kita juga memiliki pengalaman tidak langsung, yaitu pengalaman yang kita ambil dari bacaan. Pada saat kita membaca, kita memperoleh pengalaman orang lain, yang kemudian kita cerna dan menjadi pengalaman tidak langsung.
Semua pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung, dapat dijadikan sebagai bahan baku sebuah tulisan. Hanya kita melakukan perenungan terlebih dahulu, apakah pengalaman itu menarik atau tidak, bagi pembaca. Seleksi itu penting, karena besar sekali kemungkinan pengalaman yang dialami itu merupakan pengalaman yang umum dan biasa saja. Yang patut ditulis tentulah pengalaman yang bernilai dan menarik bagi pembaca.
Karena itu, rekam atau catatlah semua pengalaman hidup dalam buku harian atau buku tersendiri. Di antara pengalaman itu, kalau ada yang istimewa, ganjil atau menarik dapat dikembangkan menjadi tulisan yang baik dan bermutu tinggi. Karena banyak para pengarang berangkat dan membesarkan nama sebagai pengarang lewat buku harian

2.    Pengamatan
Banyak hal kita alami langsung dalam hidup ini, tapi mungkin lebih banyak lagi  yang tidak kita alami langsung, tetapi dialami orang lain. Akan tetapi, karena kita menyaksikannya atau mengamati pengalaman hidup orang lain, tentu dapat dijadikan bahan tulisan yang baik juga.
Di dalam lingkungan kita misalnya, banyak sekali sumber topik tulisan., asal kita jeli melihatnya. Kita mungkin biasa melihat orang yang dengan seenaknya merusak lingkungan hidup seperti melakukan penebangan hutan secara liar yang dapat mengakibatkan banjir dan akhirnya menyengsarakan orang banyak yang tidak bersalah.
Kita juga melihat bagaimana di setiap kampung terdapat lintah darat yang menghancurkan kehidupan penduduk. Kita juga dapat mengamati tentang berbagai bentuk kesenian dan upacara adat yang ada di lingkungan kita. Agaknya inilah yang perlu dan paling perlu. Dengan menulis hal semacam ini, kita bisa melestarikan kebudayaan bangsa.
Banyak sekali yang dapat dijadikan sebagai bahan tulisan. Tentu saja, semua itu kita pilih yang paling baik, paling menarik, dan memiliki nilai pengetahuan. Dengan membaca tulisan kita, hendaknya orang dapat memperoleh hal baru yang cukup berkesan dan tidak bisa dilupakannya seumur hidupnya. Bahkan, lebih baik lagi jika tulisan kita itu menimbulkan keinginan pula bagi orang lain untuk menulis, inilah tujuan menulis yang mulia.

3.    Khayalan atau Imajinasi
Manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia diberi Tuhan kemampuan berkhayal atau berimajinasi. Dengan kemampuan itulah manusia mempunyai cita-cita dan harapan. Setiap orang mengkhayalkan kehidupan dan masa depan yang lebih baik dari hari sekarang. Dengan itulah manusia belajar berusaha menimba ilmu.
Berkhayal atau berimajinasi dimaksudkan menciptakan sesuatu dalam pikiran yang sebenarnya hal itu tidak atau belum terjadi. Setiap orang boleh berkhayal apa saja dan jadi apa saja. Apa yang kita khayalkan itu dapat kita tuliskan. Hanya, khayalan itu tidak boleh ditulis ke dalam bentuk tulisan ilmiah, cara ini dapat menyesatkan pembaca. Oleh sebab itu, apa yang kita khayalkan hanya bisa kita tulis dalam bentuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi merupakan bentuk tulisan yang isinya tentang sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Kita juga memiliki kemampuan berkhayal. Tulisan yang akan kita hasilkan selain jadi hiburan tentunya harus pula memiliki nilai-nilai luhur yang akan kita sampaikan. Jangan hanya mengandalkan khayalan semata namun tidak memiliki sesuatu yang akan dipetik darinya.
Hasil imajinasi ini dapat dijadikan sebagai tulisan. Berarti, topik tulisan itu bisa kita ciptakan sendiri dan inilah yang dinamakan sebagai profesional. Jika kita telah profesional, ini bisa kita jadikan sebagai mata pencarian. Coba bayangkan, mengkhayal saja bisa jadi bahan pencarian. Karena topik dari khayalan itu tidak pernah habisnya.

4.    Pendapat dan Keyakinan
Kemampuan lain yang dimiliki manusia normal adalah kemampuan berpikir dan kemampuan membedakan  yang baik dan yang tidak baik. Kemampuan itu menyebabkan manusia memiliki pendapat, pandangan dan keyakinan tentang sesuatu. Setiap orang tentunya mempunyai pandangan tentang bagaimana menempatkan diri dalam pergaulan.
Kemampuan berpikir yang dapat menimbulkan  kemampuan menentukan sikap dan keyakinan itu, sangat membantu manusia melakukan sesuatu untuk menunjang kehidupannya.
Harus kita ketahui pula, bahwa biasanya pendapat dan keyakinan yang memiliki kualitas tinggi adalah pendapat dan keyakinan yang diperoleh dari pengalaman hidup, hasil melakukan pengamatan, hasil pendidikan, dan hasil membaca. Dengan cara itu, kita akan kaya dengan pendapat dan keyakinan yang dapat dijadikan topik tulisan.
Begitulah empat hal yang merupakan sumber topik atau gagasan yang dapat dikuras sebagai bahan baku tulisan. Yaitu pengalaman, pengamatan, khayalan, serta pendapat dan keyakinan. Bahan baku tulisan ini tidak pernah habis dan tidak pernah kering. Hanya, kita perlu melakukan seleksi dan menetapkan mana  yang dipandang baik sebagai bahan tulisan.
Penulisan topik perlu kita lakukan karena kita menulis untuk orang lain. Kalau topik yang kita sajikan tidak menarik dan tidak mempunyai nilai, tentu saja tulisan itu tidak akan dibaca orang. Pembaca sudah berhenti membaca karena tidak mendapatkan apa-apa dari tulisan itu. Harus diingat, bahwa pembacalah yang akan menjadi lahan kita jika kita menjadikan menulis sebagai mata pencaharian. Tanpa adanya pembaca, maka tulisan kita tidak akan jadi sumber penghasilan.
Sebuah tulisan yang berisi topik yang tidak menarik atau tidak berfaedah sering kali tidak sampai kepada pembaca karena sudah tidak lulus seleksi dewan redaksi yang akan memuat tulisan itu. Kalau hal ini terjadi, tentu saja menyedihkan. Jerih payah menulis kita tidak terobati, yang diperoleh hanya kekecewaan. Oleh sebab itu, setiap kali menulis dan memilih topik tulisan, lakukan itu dengan seksama.
Cara melakukan seleksi topik, kita harus mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri pada saat memilih topik yang baik di antara beberapa topik yang telah tersedia. Pertanyaan itu kira-kira begini:
a.    Apakah topik ini sudah sering di tulis orang? Untuk menjawabnya, tentu kita harus banyak membaca. Karena, dengan membaca kita bisa mengetahui seperti apa khazanah tulisan yang disukai pembaca.
b.    Apakah saya tahu banyak tentang topik ini dibandingkan dengan pembaca? Untuk menjawabnya, tentu kita harus benar-benar menguasai topik yang akan kita tulis tersebut. Meskipun tulisan yang akan kita buat hanya fiktif belaka (bohongan) hendaknya jangan ada kesan pembohongan yang sangat fatal. Pembaca tahu kalau yang kita tulis itu fiksi adalah bohongan tetapi kesan yang kita timbulkan jangan ada indikasi yang berlebihan.
c.    Apakah topik ini mampu menarik pembaca? Untuk menjawabnya, dengan melakukan jawaban poin a akan terjawab juga. Karena dengan banyak membaca, misalnya dalam surat kabar, kita akan tahu seperti apa selera pembaca.
d.    Apakah pembaca memperoleh sesuatu dari topik yang ingin kita sajikan? Untuk menjawabnya, kita adakan pendalaman materi terhadap topik tersebut. Sudah adakah hal-hal yang bernilai memberikan sesuatu yang berharga bagi pembaca.
e.    Kalau topik ini saya yakini bagus, apakah saya mampu menyajikan topik ini dalam bentuk tulisan yang singkat dan padat? Untuk menjawabnya, kita harus membahas topik tersebut dengan bahan yang cukup sehingga kita perlu juga membaca tentang topik yang sama namun jangan kita terpengaruh dengan topik yang kita baca agar jangan ada kesan plagiat.

C.  SISTEM PENYAJIAN
Apabila kita sudah tahu tujuan menulis, topiknya sudah ada, maka yang perlu sekarang adalah penetapan tentang sistem penyajian tulisan. Dalam hubungan ini perlu ditetapkan bentuk penyajian yang digunakan; apakah dalam bentuk surat, artikel, makalah, cerita pendek, atau dalam bentuk puisi. Semua bentuk itu tentu mempunyai bentuk masing-masing.
Dalam menentukan bentuk tulisan yang akan dipakai, harus diingat kembali tujuan penulisan, siapa calon pembaca dan media mana yang diperkirakan memuat tulisan itu. Dengan mengingat hal itu, kita dapat memilih gaya penyajian yang sesuai.
Dalam menyajikan tulisan, perlu dipilih sistem yang paling sesuai dengan tujuan, topik dan sesuai dengan jenis tulisan  yang digunakan. Dalam hal ini, ada tiga sistem penyajian tulisan, yaitu:

1.    Sistem Penyajian Kronologis
Suatu ide atau gagasan yang ada dalam pikiran kita mesti dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Penuangan ide itu dapat dilakukan dengan sistem kronologis, yaitu gagasan disampaikan dengan urutan berdasarkan waktu kejadian. Urutan ini, disebut juga urutan kejadian.
Ada beberapa tulisan yang biasanya disajikan dalam bentuk kronologis, yaitu sebagai berikut:
a.    Tulisan sejarah atau riwayat hidup, yang biasanya disebut biografi atau autobiografi tulisan semacam ini harus ditulis menurut urutan kejadian peristiwa.
b.    Tulisan narasi, yang berbentuk cerita, seperti cerita pendek dan novel. Tulisan seperti ini biasanya diurut berdasarkan urutan kronologis karena yang dijelaskan adalah peristiwa kehidupan manusia yang dimulai dari suatu waktu kemudian bergerak ke waktu berikutnya.
c.    Tulisan penjelasan berita, yaitu pengungkapan tentang suatu  kejadian, misalnya kecelakaan lalu lintas. Peristiwa ini sebaiknya disusun dari awal kejadian , pada saat kejadian, kemudian setelah kejadian berlangsung.
d.    Tulisan tentang proses pengerjaan atau pembuatan sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa ada beberapa tulisan  yang mesti disajikan dengan menggunakan sistem kronologis. Dengan sistem penyajian semacam ini tulisan itu mudah diikuti atau dipahami pembaca.

2.    Sistem Penyajian Ruang
Cara yang kedua yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun gagasan berdasarkan tata ruang sebagaimana yang tampak oleh mata, atau adanya benda atau barang dalam hubungan satu dengan yang lain. Hal ini dapat dijelaskan  dengan bantuan penunjuk tempat, seperti di sana, di situ, dan lain sebagainya.
Kalau kita ingin menyajikan tulisan tentang tempat tinggal kita, tentu saja kita akan menjelaskan semua yang tampak oleh mata. Misalnya, kita memulai dengan menceritakan halaman, ke samping, ke belakang, ke dalam rumah, sampai berapa buah kamar itu akan kita jelaskan. Cara penyajian  yang seperti inilah yang disebut dengan sistem penyajian ruang.



Contoh:
Hanya sebuah ruangan, tanpa ruangan-ruangan khusus, selain kamar mandi. Di samping toko ada sebuah tangga beton yang menghubungkan dengan sebuah teras di lantai atas, di teras itu ada beberapa pot bunga yang menghidupkan suasana yang mampu menyuplai udara yang gerah menjadi sejuk. Ada beberapa buah bangku dan sebuah meja. Di pojok teras, yang sejajar dengan tangga, ada sebuah pintu masuk ke dalam ruangan, di sebelah kanan pintu masuk ada sebuah lemari es. Di hadapan pintu ada sebuah ranjang berukir khas yang dihias dengan berbagai aksesoris, hingga ranjang itu menjadi begitu indah.
Di samping sebelah kiri agak ke tengah, sepasang sofa ada di sana, di atas meja ada vas bunga yang terbuat dari kaca. Sekitar tiga setengah meter ke kiri sofa, ada sebuah televisi berukuran besar dan antara sofa dan televisi terhampar karpet. Sebelah kiri dinding ada satu unit komputer pentium empat dan di sebelahnya ada rak buku besar yang bersandar ke dinding. Rak buku itu berisi koleksi buku-buku pengetahuan , sastra, psikologi, filsafat, komik, novel-novel, bacaan-bacaan ringan dan ada pula tumpukan majalah yang dikumpulkan menurut jenisnya.
Di pojok sebelah kanan sana, ada sebuah pintu yang jelas bersampingan dengan alat-alat elektroniknya – kira-kira berjarak dua belas meter – pintu itu adalah pintu masuk ke kamar mandi. Di atas langit-langit tergantung lampu yang mampu menerangi seluruh ruangan dan di sampingnya ada sebuah kipas angin. Di dinding, di tempat-tempat tertentu, ada beberapa lukisan bergantungan dan beberapa kaligrafi menempel di dinding hasil buatan Rheiner. Ada juga foto-foto keluarganya, termasuk foto mendiang kedua orang tuanya dan foto mendiang adiknya Magdalena Wicaksana. (Novel Di Satu Sisi Hati Karya Zainal Arifin Hal. 77. Koleksi pribadi)
Pada umumnya, kalau kita menulis tulisan yang berhubungan dengan apa yang tampak, seperti tempat, alam atau orang, maka tulisan itu memang harus disusun menurut sistem penyusunan ruang.

3.    Sistem Penyajian Logis
Bila sistem penyajian kronologis dan ruang berkecenderungan besar sistem penataan gagasannya bersumber dari hal-hal yang berada  di luar pemikiran penulis, tetapi diatur oleh kenyataan yang alamiah sifatnya, maka sistem penyajian logis sifatnya berbeda. Dengan sistem penyajian logis, gagasan disusun berdasarkan apa yang dianggap logis oleh penulis. Penulis memilih dan menentukan mana yang penting disajikan lebih dahulu.
Penyajian gagasan dengan sistem logis umumnya menyangkut gagasan yang memerlukan penalaran dan pemikiran. Karena itu, sistem penyajian logis ini lebih bersifat sistem dan metode pengembangan gagasan.
Sistem atau metode pengembangan gagasan secara umum dapat dilakukan dengan cara berikut.
a.    Dengan penggambaran umum dan pemberian contoh. Gagasan dapat dikembangkan dengan memberikan gambaran umum dan pemberian contoh-contoh.
b.    Perbandingan dan pertentangan. Biasanya, gagasan yang dikembangkan dengan cara ini adalah gagasan yang memang memerlukan perbandingan antara satu dengan yang lain. Cara menyajikan perbandingan biasanya dengan memperlihatkan hal-hal yang berbeda atau bertentangan.
c.    Klasifikasi. Pengembangan dengan klasifikasi artinya gagasan yang kita sajikan itu disusun berdasarkan kelas-kelas, kelompok-kelompok, atau jenis-jenis.
d.    Penjelasan sebab akibat. Cara penyampaian gagasan dengan menampilkan sebab akibat merupakan cara lain yang dapat dipilih. Cara ini dipilih sesuai dengan permasalahan yang hendak ditampilkan.
e.    Definisi. Cara lain yang dapat ditempuh dalam mengembangkan gagasan dengan sistem logis ialah dengan memberikan definisi. Yang dimaksudkan dengan definisi ialah rumusan ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi
Demikianlah, tiga sistem pengembangan gagasan dalam menulis, yaitu secara kronologis, ruang dan logis. Pemakaian salah satu cara ini sangat bergantung kepada tujuan dan masalah yang dijelaskan. Akan tetapi, harus kita ingat, sistem penyajian gagasan ini tidak berdiri sendiri. Artinya, dalam sebuah tulisan kita akan menjumpai adanya pemakaian ketiga cara di atas. Dalam sebuah cerita pendek, misalnya, akan dijumpai adanya gagasan yang diurut dengan cara kronologis, ada yang disajikan dengan ruang, dan ada pula uraian yang menggunakan cara logis.

* * *














BAB III
PENUTUP

A.            Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
a.    Tujuan menulis ada lima, yaitu sebagai berikut:
*     Untuk menceritakan sesuatu
*     Untuk memberi petunjuk atau pengarahan
*     Untuk menjelaskan sesuatu
*     Untuk meyakinkan
*     Untuk merangkum
b.    Isi atau gagasan tulisan dapat berupa:
*     Pengalaman
*     Pengamatan
*     Khayalan atau imajinasi
*     Pendapat dan keyakinan
c.    Sistem penyajian sebuah karangan meliputi:
*     Sistem penyajian kronologis
*     Sistem penyajian ruang
*     Sistem penyajian logis

B.            Saran-Saran
Sebagai penutup dari makalah ini, ada beberapa saran yang akan dikemukakan oleh penulis, yaitu:
a.    Sudah saatnya setiap sekolah di Indonesia lebih mengkhususkan pelajaran menulis, karena kegiatan menulis ini sangat diperlukan.
b.    Keterampilan menulis ini termasuk keterampilan berbahasa secara aktif karena membutuhkan kreativitas. Pemahaman yang sangat dalam sangat dibutuhkan.
c.    Kepada seluruh guru, terutama guru bahasa Indonesia agar kiranya membina keterampilan menulis dengan memberikan materi yang dalam sehingga peserta didik mampu mengembangkan gagasannya dengan menulis tersebut.
d.    Pembinaan keterampilan menulis ini selayaknya di mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar dan secara berkesinambungan berlanjut hingga ke perguruan tinggi. Membaca dan menulis sudah selayaknya dikembangkan dan difokuskan dalam pelajaran Bahasa Indonesia agar budaya di negeri ini, dengar dan lisan ini tergantikan dengan budaya baca dan tulis.
e.    Pembinaan keterampilan menulis ini pada saatnya akan mengangkat kebutuhan bangsa dengan mengetahui segala bidang ilmu dan sudah saatnya Indonesia beranjak naik tingkat dari negara berkembang menjadi negara maju.
Semoga kiranya dengan saran-saran ini dapat menggeser budaya dengar dan lisan yang berkembang sejak lama di negeri ini menjadi budaya baca dan tulis.

* * *










DAFTAR PUSTAKA

Marahimin Ismail. 1992. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Semi, M. Attar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Angkasa
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo
http://wikipedia.id.org. Di download pada tanggal 26 Maret 2010
http://akhmadsudrajat.org. Di download pada tanggal 26 Maret 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar