BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Menulis
merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa dan keterampilan ini
serta keterampilan membaca berbeda dengan keterampilan berbicara dan
keterampilan mendengar. Keterampilan menulis dan membaca memerlukan konsentrasi
yang dituntut secara mendasar, karena kedua keterampilan ini membutuhkan
pikiran yang aktif dalam memahami suatu masalah.
Namun,
dilihat dari tujuannya secara spesifik, menulis lebih dekat dengan berbicara
karena sama-sama memberikan informasi. Menulis memberikan informasi kepada
pembaca yang terkadang sampai beberapa hari bahkan beberapa tahun ke depan
informasi yang ditulis seseorang masih bisa dibaca oleh pembaca. Lain halnya
dengan berbicara yang menyampaikan/memberikan informasi kepada pendengar yang
sifatnya secara langsung dan bila pendengar tidak aktif mendengar maka otomatis
informasi yang disampaikan itu akan hilang dengan sendirinya.
Jika
diharuskan memilih, tentu kita lebih memilih menulis, namun banyak orang yang
mengeluh dalam menulis dan untuk berbicara, banyak pula yang tidak memiliki mental. Padahal jika
kita pikirkan secara dalam, lebih enteng menulis dari pada berbicara. Kenapa
demikian? Karena, dalam menulis kita tidak secara langsung berhadapan dengan
pendengar dan dalam menulis kita mempunyai kesempatan berpikir secara luas
tentang apa yang akan kita tuliskan tersebut. Kita masih bisa mendalami materi
yang akan kita sampaikan lewat tulisan tersebut. Hal tersebut tidak bisa kita
lakukan ketika kita berbicara.
Dari
uraian singkat di atas, latar belakang penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk
pandai menulis kita perlu membaca banyak dan untuk pandai berbicara kita juga
harus banyak membaca. Jadi, intinya membaca itu sangat dibutuhkan dalam
keterampilan berbahasa.
b. Menulis
merupakan salah satu alat komunikasi yang dipergunakan orang untuk menyampaikan
gagasannya. Tapi dalam menulis, gagasan itu bisa kita kuasai dengan pengetahuan
yang bisa kita ambil dari pengalaman sehari-hari, karena tidak secara langsung.
1.2
Batasan
Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas, penulis memberikan batasan pada penulisan
makalah ini dengan tujuan untuk mempersempit bahasan kita, karena jika kita
tidak membatasinya pembicaraan tentang menulis ini sangatlah luas dan mungkin
tidak dapat di selesaikan dalam waktu singkat. Untuk itu, penulis membatasi
masalah ini dengan beberapa poin. Adapun poin-poin tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Menulis
sebagai salah satu cara berkomunikasi
b. Batasan,
fungsi, dan tujuan menulis
c. Ragam
tulisan
Ketiga
poin inilah yang akan penulis bahas dalam makalah ini dengan persiapan yang
seadanya.
1.3
Rumusan
Masalah
Seperti
yang telah dibicarakan pada bagian batasan masalah di atas, rumusan masalah ini
tentu akan sama dengan batasan masalah di atas. Adapun rumusan maslah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk
menjelaskan bahwa menulis merupakan salah satu cara manusia berkomunikasi
dengan penggunaan bunyi yang diubah menjadi simbol dengan membawa makna yang
akan sampai kepada pembaca.
b. Untuk
menjelaskan dan membahas tentang batasan, fungsi dan tujuan menulis.
c. Untuk
menjelaskan dan membahas serta menyebutkan ragam-ragam tulisan.
1.4
Tujuan
Penulisan
Sesuai
dengan batasan masalah dan rumusan maslah di atas, maka penulis membuat makalah
ini dengan judul ANALISIS BATASAN, FUNGSI DAN TUJUAN MENULIS dengan tujuan
sebagai berikut:
a. Untuk
mengetahui kenapa menulis itu termasuk salah satu dari keterampilan menulis dan
kenapa menulis itu merupakan salah satu cara manusia berkomunikasi.
b. Untuk
mengetahui tentang batasan, fungsi dan tujuan menulis.
c. Untuk
mengetahui tentang ragam-ragam tulisan.
*
* *
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Menulis Sebagai Salah Satu Cara
Berkomunikasi
Secara
luas dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau
binatang-binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Hanya
manusia sajalah yang telah mengembangkan bahasa.
Proses
komunikasi berlangsung melalui tiga media, yaitu:
a. visual
(non-verbal)
b. oral
(lisan)
c. written
(tulis)
Walaupun
komunikasi sering kali merupakan suatu campuran dari dua atau tiga media di
atas, tetapi dengan kemudahan dan kesederhanaan biasanya diperbincangkan secara
terpisah.
Komunikasi
lisan dan tulis sangat erat berhubungan karena sifat penggunaannya yang saling
berkaitan dengan yang saling berkaitan dengan bahasa. Terdapat sejumlah situasi
yang sekaligus membutuhkan kedua-duanya, dan situasi lainnya yang membutuhkan
dua bahkan tiga jenis media yang telah diutarakan tadi.
Para
peneliti biasanya meminta perhatian kita akan adanya empat jenis aspek proses
komunikasi, yaitu:
a. communicator
(komunikator; orang alat/penghubung)
b. message
(pesan; warta/berita)
c. channel
(saluran)
d. audience
(penonton, pendengar, pemirsa)
Dalam bahasa
penelitian, keempat aspek tersebut masing-masing disebut:
a. encoder
(penyandi)
b. simbols
(lambang-lambang)
c. media
(perantara)
d. decoder
(pengalih sandi)
Uraian
di atas ingin memperlihatkan bawa media tulis atau keterampilan menulis
merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi.
Kemajuan
suatu bangsa dan negara dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis
bangsa tersebut. Maju atau tidaknya komunikasi tulis dapat dilihat dan diukur
dari kualitas dan kuantitas hasil percetakan yang terdapat di negara tersebut, yang antara lain meliputi
penerbitan-penerbitan: surat kabar, majalah, buku-buku bidang yang memuat
segala aspek kehidupan regional, nasional, dan internasional. Dengan perkataan
lain: kuantitas dan kualitas para pengarang berarti hasil karyanya turut
menentukan maju tidaknya suatu bangsa/negara.
Tulisan
dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan,
serta mempengaruhi orang lain, dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa
tercapai dengan baik oleh orang-orang (para penulis) yang dapat menyusun
pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas (mudah dipahami), kejelasan
tersebut tergantung pada pikiran, susunan/organisasi, penggunaan kata-kata, dan
struktur kalimat yang cerah.
Proses
menulis sebagai suatu cara berkomunikasi, atau hubungan antara penulis dan
pembaca, secara singkat dapat kita utarakan sebagai berikut:
Setiap
penulis atau pengarang mempunyai pikiran atau gagasan yang ingin di sampaikan
atau diturunkan kepada orang lain. Dalam hal ini harus menerjemahkan ide-idenya
itu ke dalam sandi-sandi lisan yang selanjutnya diubah menjadi sandi-sandi
tulis. Sang pengarang memanfaatkan sejumlah sarana mekanis untuk merekam sandi
tulis tersebut. Setelah selesai perekaman itu maka dapatlah diteruskan atau
disebutkan kepada orang lain (dalam hal ini para pembaca) melintasi ruang dan
waktu.
Pikiran
atau gagasan sang penulis pun sampailah ke pihak pembaca. Pembaca melihat
tulisan tersebut. Dia menerjemahkan sandi tulis ke sandi tulisan kembali dan
mendapatkan serta menemui kembali pikiran atau gagasan sang penulis. Akhirnya
pembaca memahami pikiran atau gagasan tersebut,
Untuk
lebih jelasnya dapat kita lihat dari skema di bawah ini:
PENULIS
Pikiran Penyandian
Psikomotor





gagasannya gagasan-gagasan sejumlah sarana
itu ke dalam sandi mekanis untuk
lisan dan selanjutnya merekam sandi
mengubahnya menjadi
tulis itu
sandi tulis
Diteruskan
dan disebarkan melintasi/
menembus
waktu dan ruang
PEMBACA
Pikiran Pengalihsandian Psikomotor


gagasan sang penulis sandi tulis menjadi
sandi lisan dan
mendapatkan/
menemui
gagasan-gagasan
sang penulis
Skema hubungan antara penulis dan pembaca
2.2 Batasan Fungsi dan Tujuan Menulis
Menulis
adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi
tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu
representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan
perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis. Menulis
gambar bukanlah menulis. Dengan perkataan lain: menggambar huruf-huruf bukanlah
menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis huruf-huruf Cina, tetapi dia tidak
dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak tahu bagaimana cara menulis bahasa
Cina. Dengan kriteria yang seperti itu, maka dapatlah dikatakan bahwa
menyalin/mengkopi huruf-huruf ataupun menyusun suatu naskah dalam huruf-huruf
tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang-orang tersebut tidak
memahami bahasa tersebut beserta representasinya.
Pada
prinsipnya, fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak
langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar
berpikir, juga dapat membantu kita berpikir secara kritis. Dapat memudahkan
kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau
persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan
bagi pengalaman. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita.
Tidak jarang kita menemukan apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan,
masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual.
Menulis
adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi pembaca tertentu dan
bagi waktu tertentu. Salah satu dari tugas penting seorang penulis sebagai
penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat
menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting di antara
prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara
singkat: belajar menulis adalah belajar
berpikir dalam/dengan cara tertentu.
Penulis
yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi yang dengan tepat.
Situasi yang harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah:
a. Maksud dan tujuan
penulis (perubahan yang diharapkan akan terjadi
pada diri pembaca).
b. Pembaca atau pemirsa
(apakah pembaca itu orang tua, kenalan atau teman penulis).
c. Waktu atau kesempatan
(keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu,
tempat, dan situasi yang menuntut perhatian langsung, masalah yang memerlukan
pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban dan sebagainya)
Setiap
penulis memproyeksikan sesuatu mengenai dirinya ke dalam sepenggal tulisan.
Bahkan dalam tulisan yang obyektif ataupun yang tidak mengenai orang tertentu
sekalipun, penulis kelihatan sebagai seorang pribadi tertentu. Penulis memegang
suatu peranan tertentu, dan tulisannya
mengandung nada yang sesuai dengan maksud dan tujuan.
Setiap
penulis tidak hanya diharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan
serasi, tetapi juga harus menentukan siapa pembaca karyanya itu dan apa maksud
tujuannya. Berkenan dengan pembaca atau penikmat karya yang ditulisnya itu,
maka seyogyanyalah dia dapat menjawab pertanyaan utama sebagai berikut:
a.
Berapa usia
pembaca/penikmat?
b.
Apa jenis kelamin
pembaca?
c.
Di mana mereka tinggal?
d.
Apa latar belakang
pendidikan mereka?
e.
Minat-minat budaya apa
yang mereka miliki?
f.
Apa minat-minat sosial
mereka?
g.
Bagaimana
keyakinan-keyakinan politik mereka?
h.
Apa agama dan falsafah
hidup mereka?
i.
Apa pekerjaan dan
keahlian mereka?
j.
Apa kegemaran mereka?
k.
Apakah ada yang belum
jelas mengenai pembaca tertentu?
Dengan
memberi jawaban yang baik terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka penulis
akan mendapat gambaran yang jauh lebih terperinci dan sesuai mengenai para
pembaca/penikmat karyanya itu.
Setiap
jenis tulisan mengandung beberapa tujuan; tetapi karena tujuan itu sangat
beragam, maka bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan
kategori di bawah ini:
a. Memberitahukan
atau mengajar
b. Meyakinkan
atau mendesak
c. Menghibur
atau menyenangkan
d. Mengutarakan/mengekspresikan
perasaan dan emosi yang berapi-api
Yang
dimaksud dengan maksud dan tujuan
penulis (the writer’s intention) adalah responsi atau jawaban yang diharapkan
oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan ini, maka
dapatlah dikatakan, bahwa:
a. Tulisan
yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse).
b. Tulisan
yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse).
c. Tulisan
yang bertujuan untuk menghibur, menyenangkan atau yang mengandung tujuan
estetik disebut tulisan leterer (wacana
kesastraan atau literary discourse)
d. Tulisan
yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api di sebut wacana ekspresif (ekspressive discourse).
Sehubungan
dengan tujuan penulisan suatu tulisan, maka Hugo Hartig merangkumkannya sebagai
berikut:
a.
Assignment
purpose (tujuan penugasan). Tujuan penulisan ini
sebenarnya tidak ada selain sebagai tugas bukan atas kemauan sendiri.
b.
Altruistic
purpose (tujuan altruistik). Penulis bertujuan
untuk menyenangkan pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai
perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembacanya menyenangkan
dengan karyanya.
c.
Persuasive
purpose (tujuan persuasif). Penulis bertujuan
meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakannya.
d.
Informational
purpose (tujuan informasional, tujuan
penerangan). Penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada
pembaca.
e.
Self-expressive
purpose (tujuan pernyataan diri). Penulis
bertujuan memperkenalkan diri kepada pembaca.
f.
Creative
purpose (tujuan kreatif). Penulis bertujuan menyatakan diri dengan keinginan kreatif tapi
keinginan kreatif lebih menonjol.
g.
Problem-solving
purpose (tujuan pemecahan masalah). Penulis
bertujuan memecahkan masalah yang dihadapinya.
2.3 Ragam Tulisan
Telah
banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Sebagai bukti, kita
sebutkan klasifikasi yang telah pernah dibuat.
Salisbury
(1955) membagi tulisan berdasarkan bentuknya, sebagai berikut:
a)
Bentuk-bentuk
obyektif, yang mencakup:
1. Penjelasan
yang terperinci mengenai proses
2. Batasan
3. Laporan
4. dokumen
b)
Bentuk-bentuk
subyektif, yang mencakup
1. Otobiografi 4. Esei informal
2. Surat-surat 5. Potret/gambaran
3. Penilaian
pribadi 6. Satire
Weaver membuat
klasifikasi sebagai berikut:
a)
Eksposisi,
yang mencakup:
1. Defenisi
2. Analisis
b)
Deskripsi,
yang mencakup:
1. Deskripsi
ekspositori
2. Deskripsi
literer
c)
Narasi,
yang mencakup:
1. Urutan
waktu
2. Motif
3. Konflik
4. Titik
pandangan
5. Pusat
minat
d)
Argumentasi,
yang mencakup:
1. Induksi
2. Deduksi
Yang
hampir bersamaan dengan yang dikemukakan Weaver adalah pandangan Morris dengan
rekan-rekannya, yakni sebagai berikut:
a)
Eksposisi,
yang mencakup
6 metode analisis:
1.
Klasifikasi 4. Sebab dan akibat
2.
Defenisi 5. Komparasi
dan kontras
3.
Eksemplifikasi 6. Proses
b)
Argumen,
yang mencakup:
1. Argumen
formal (deduksi dan induksi)
2. Persuasi
informal
c)
Deskripsi,
yang mencakup:
1. Deskripsi
ekspositori
2. Deskripsi
artistik/literer
d)
Narasi,
yang mencakup;
1. Narasi
informatif
2. Narasi
artistik/literer.
Berbeda
dengan yang telah diutarakan di atas, maka Adelstein dan Pival membuat
klasifikasi berdasarkan nada (voice), yakni:
Enam
jenis nada tulisan:
a. Nada
akrab/intim (the intimate voice)
b. Nada
informatif
c. Nada
menjelaskan (the explanatory voice)
d. Nada
argumentatif (the argumentative voice)
e. Nada
yang mengkritik (the critical voice)
f.
Nada otoritatif.
Dalam pembicaraan selanjutnya klasifikasi
Adelstein dan Pival ini dipakai sebagai acuan, dan di mana perlu keterangan,
istilah-istilah akan ditambahkan dari sumber-sumber lain yang sesuai dengan
pokok pembicaraan.
*
* *
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
uraian panjang di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Menulis
merupakan salah satu cara manusia berkomunikasi. Dengan komunikasi tulis ini,
manusia semakin mengembangkan budayanya. Karena kita ketahui, tulisan merupakan
pewaris kebudayaan. Alasannya, tanpa adanya tulisan manusia akan kembali ke
zaman prasejarah atau tetap berada pada zaman prasejarah. Tulisan merupakan
pembeda antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah. Hal ini merupakan sesuatu
yang perlu kita ingat sampai kapan pun. Menulis seharusnya lebih digiatkan lagi
untuk mempertahankan budaya.
b. Pada
prinsipnya, fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak
langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar
berpikir, juga dapat membantu kita berpikir secara kritis.
c. (a)
Maksud dan tujuan penulis (perubahan
yang diharapkan akan terjadi pada diri pembaca). (b) Pembaca atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua, kenalan atau
teman penulis). (c) Waktu atau kesempatan
(keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu,
tempat, dan situasi yang menuntut perhatian langsung, masalah yang memerlukan
pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban dan sebagainya)
d. Ragam tulisan adalah
sebagai berikut:
(a)
Eksposisi,
yang mencakup
6 metode analisis:
1. Klasifikasi 4. Sebab dan akibat
2. Defenisi 5. Komparasi dan kontras
3. Eksemplifikasi 6. Proses
(b)
Argumen, yang
mencakup:
1. Argumen
formal (deduksi dan induksi)
2. Persuasi
informal
(c)
Deskripsi,
yang mencakup:
1. Deskripsi
ekspositori
2. Deskripsi
artistik/literer
(d)
Narasi,
yang mencakup;
1. Narasi
informatif
2. Narasi
artistik/literer.
e. Berbeda
dengan yang telah diutarakan di atas, maka Adelstein dan Pival membuat
klasifikasi berdasarkan nada (voice), Enam jenis nada tulisan:
(a) Nada
akrab/intim (the intimate voice)
(b) Nada
informatif
(c) Nada
menjelaskan (the explanatory voice)
(d) Nada
argumentatif (the argumentative voice)
(e) Nada
yang mengkritik (the critical voice)
(f) Nada
otoritatif.
3.2
Saran-Saran
Sebagai
penutup dari makalah ini, penulis menyampaikan beberapa saran kepada pembaca,
yakni sebagai berikut:
a. Seperti
yang telah kita ketahui bahwa menulis merupakan penjaga warisan kebudayaan,
maka sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya kita menggiati dunia
menulis sejak sekarang.
b. Sebagai
calon guru bahasa Indonesia, keterampilan menulis ini sangat kita perlukan,
karena kitalah yang kelak akan memberikan pengetahuan ini kepada siswa kita
sebagai lanjutan dari apa yang telah kita bahas dalam makalah ini.
*
* *
DAFTAR PUSTAKA
Marahimin Ismail. 1992. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Semi, M. Attar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis.
Jakarta: Angkasa
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta:
Grasindo
http://wikipedia.id.org. Di download pada
tanggal 13 Maret 2010
http://akhmadsudrajat.org. Di download
pada tanggal 13 Maret 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar