Jumat, 10 Februari 2012

KETERAMPILAN MEMBACAKETERAMPILAN MEMBACA


BAB I
PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang
Sebelum penulis memaparkan terlebih dahulu kita mengetahui bagaimana cara untuk membaca cepat.
Membaca merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi sebagian orang. Dan membaca menjadi salah satu kebiasaan dan menjadikan sebagian hobi. dengan membaca cepat atau banyak membaca para mahasiswa dan mahasiswi banyak informasi yang didapat dan akan menambah wawasan keilmuan. Membaca juga merupakan salah satu dari bagian menyimak.

B.           Perumusan Masalah
Kemampuan efektif membaca (KEM) yang di harapkan dimiliki seorang pelajar adalah 300 – 350 kata permenit. Kecepatan di sini tidak hanya di lihat dari selesainya proses membaca. Cara menghitung kemampuan efektif membaca adalah sebagai berikut:
KM        : {KB : (SM : 60)} X (P1:100) KPM
KM        : Kemampuan Membaca
KB         : Jumlah Kata dalam Wacana
SM         : Jumlah Sekon (detik) dalam Membaca
PI           : Pemahaman Isi
KPM      : Kata Permenit

Salah satu cara untuk menambahkan wawasan agar kualitas berbicara kita lebih berbobot adalah dengan membaca: semakin cepat kita membaca dan memahami isi buku tersebut, semakin banyak pula informasi yang dapat kita serap.

C.           Tujuan Penelitian
Salah satu tujuan penelitian yang di buat oleh penulis dan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana cara meningkatkan kecepatan membaca ?
2.    Apakah pelajar saat ini sudah tahu bagaimana cara membaca dengan cepat ?
3.    Apakah kita sudah mampu menyampaikan tanggapan dengan baik?

D.           Metode Penelitian
Penulis membuat karya ilmiah ini hanya menggunakan metode analisis dengan penelitian uji coba melalui buku paket, buku panduan dan buku-buku sumber lainnya yakni buku pelajaran yang berbaur tentang bahasa dan sastra Indonesia. Dan berdasarkan buku-buku panduan maka masalah membaca cepat dan macam-macam metode membaca dapat kita pahami bersama. Masalah membaca juga penting di ketahui oleh guru bukan hanya siswa/siswi agar tujuan ini bisa/dapat berjalan dengan mulus, tanpa ada hambatan apapun.










BAB II 
KAJIAN TEORITIK 
A.            Membaca Cepat
Membaca merupakan menerima informasi dari sumber tulisan, membaca tanpa tujuan yang jelas dan tanpa menguasai cara membaca dengan benar terasa membosankan kita pun jadi mengantuk. Dengan membaca cepat kita akan terpacu untuk menemukan gagasan atau pesan dalam teks secara cepat dan tepat. Dengan demikian informasi dari berbagai bacaan akan lebih banyak terserap.
Contohnya :
Kemampuan efektif membaca (KEM) minimal yang di harapkan di miliki siswa SMA atau Ma adalah 300 kata permenit. Kecepatan di sini tidak hanya di lihat dari selesainya proses membaca, tetapi di perhitungkan dengan tingkat pemahaman siswa terhadap wacana yang di bacanya. Sama dengan membaca sebuah teks/ikhtisar sebuah karangan, kita harus memahami pikiran utama atau ide pokok tiap paragraf. Rangkaian pikiran utama tiap paragraf itu.
Sesungguhnya merupakan penjabaran dari sebuah topik atau tema yang di inginkan di sampaikan pengajaran. Kegiatan menuangkan pikiran menjadi tulisan, hubungan logika atau cara berpikir dengan cara menggambarkan suatu paragraf sangat berkaitan. Jika pikiran kita menggunakan logika deduktif (umum khusus) tulisan yang di hasilkan pun akan berpola deduktif. Cara berpikir deduktif adalah cara berpikir yang memulai pikirannya pada pernyataan yang bersifat umum. Dari pernyataan yang bersifat umum itulah, kemudian di jabarkan dengan penjelasan-penjelasan yang bersifat khusus. Dalam menulis deskripsi (menggambarkan) dan eksposisi (menguraikan). Ada dua ciri yang menunjukkan bahwa penalaran merupakan sebuah aktivitas berpikir :
·      Pertama, dalam penalaran terhadap pola berpikir logis harus di terapkan secara konsisten (taat asas) dan konsekuen sehingga kita menggunakan pola pikir yang sama untuk hal-hal tertentu. Jangan sampai terjadi, dalam menetapkan suatu proposisi, orang bertitik tolak dari proposisi-proposisi yang berbeda. Hal ini tertentu saja tidak logis.
·      Kedua, dalam penalaran adanya sifat yang analitis dari proses berpikir manusia. Sifat analitis ini di dasarkan pada logika tertentu dan pola-pola berpikir tertentu pula. (Adiwijaya dkk, 2000 ; 5).

B.           Metode Membaca
Selain membaca cepat ada juga metode membaca yang lain di antaranya adalah sebagai berikut :
·      Membaca Sekilas
·      Membaca Memindai
·      Membaca Intensif
·      Membaca Ekstensif

Keempat ini macam-macam dari hal metode membaca.

·      Membaca sekilas merupakan membaca kata demi kata yang tidak bisa di ulang-ulang.
·      Membaca memindai adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain.
·      Membaca intensif  di sini kita ajak untuk bisa menemukan paragraf yang berpola umum khusus(deduksi) yang mengandung gagasan pendukung serta menarik simpulan dari isi keseluruhan paragraf.
·      Membaca ekstensif dalam hal ini kita di ajak untuk bisa menentukan satu topik serta pokok pikiran, fakta dan opini serta dapat merangkum isi dari seluruh sumber.



C.    Membaca Berbagai Teks
Contoh salah satu membaca: dengan membaca sebuah teks rumpang : teks rumpang ialah sebuah teks/cerita yang belum lengkap. Dalam suatu wacana akan terdiri gagasan pokok yang di kembangkan dengan beberapa kalimat penjelas.
Pada saat membaca teks, kita akan memahami berdasarkan pengetahuan dan pengalaman kita. Dengan demikian, saat kita membaca suatu paragraf, kita dapat memperkirakan kelanjutan paragraf tersebut. Tentu saja, perkiraan kita itu berdasarkan penalaran yang masuk akal. Hal demikian tentu juga kita alami ketika membaca teks rumpang. Ketika menemui teks yang rumpang, kita dapat melengkapi teks tersebut berdasarkan gagasan pokok pada paragraf lainnya. Suatu teks pastilah merupakan penjabaran suatu tema, kita akan mengetahui tema teks jika tekanan membacanya dengan seksama.
Dengan mengetahui teks tersebut, kita dapat mengembangkan lagi teks itu. Kita pun dapat menambahkan gagasan yang relevan dengan teks. Begitu juga dengan membaca dan menganalisis berbagai karya sastra, contoh salah satunya : Novel adalah salah satu bentuk rekaman kehidupan yang di kemas dalam bentuk sastra. logikanya, novel-novel Indonesia akan menggambarkan kehidupan bangsa Indonesia. Novel-novel Inggris akan mencerminkan kehidupan dan cara pandang masyarakat Inggris. Demikian pula novel-novel negara-negara Timur Tengah tentu akan menggambarkan kehidupan dan budaya masyarakat di sana. Jika asumsi tersebut benar, terbuka peluang bagi kita untuk memahami kehidupan, cara pandang, dan budaya bangsa lain melalui karya-karyanya.
Contoh analisis terhadap novel Indonesia dan Novel terjemahan.

1.    Novel Indonesia
............... Oleh keadaan keuangan yang tidak mengizinkan, orang tuaku memutuskan hanya mempunyai pembantu sedikit mungkin. Yang tinggal bersama kami adalah, seorang perempuan tua, di anggap sebagai anggota keluarga sendiri. Dia datang dari dasar di bawah nenek pada waktu ibu dan ayah kawin. Anak simbol, seorang laki-laki, mendapat pekerjaan sebagai penjaga balai pertemuan tempat Ayah menjadi anggota. Dia telah kawin. Sering kali datang ke rumah kami bersama istrinya, berkunjung sambil menolong pekerjaan apa saja yang dapat di pekerjakan. Namanya Marjo, istrinya Saijem. Kami bisa memanggil kang Marjo dan yu Saijem......
(Dikutip dari novel Padang Ilalang di Belakang Rumah, NH. Dini, 1979)

2.    Novel Terjemahan
........ Ayah saya seorang petani miskin yang tak dapat membaca maupun menulis. Sedikit pengetahuannya dalam kehidupan. Bagaimana caranya bertanam, bagaimana menjual kerbau yang telah di racun oleh musuhnya sebelum mati, bagaimana menukar anak gadisnya dengan imbalan mas kawin bila masih ada waktu, bagaimana caranya mendahului tetangganya mencuri tanaman pangan yang matang di dalam ladang, bagaimana meraih tangan ketua kelompok dan berpura-pura menciumnya, bagaimana memukul istrinya dan memperbudaknya.........
(Di kutip dari novel terjemahan Perempuan di Titik Nol. Nawal El-Saadawi, 2000)

Dari kedua kutipan novel di atas, kita bisa melihat latar budaya yang berbeda. Pada novel Padang Ilalang di belakang rumah, tercermin budaya Indonesia yang penuh dengan suasana damai dan kekeluargaan. Sementara itu pada novel Perempuan di titik nol, tercermin budaya Timur Tengah yang di warnai dan budaya keras atau permusuhan antara golongan.
* * *





BAB III
PENUTUP

A.            Kesimpulan
Salah satu cara untuk meningkatkan kecepatan membaca ialah kita harus banyak berlatih membaca. Dan apakah para pelajar saat ini sudah tahu bagaimana cara untuk membaca cepat? Jika penulis simpulkan bisa kita katakan ada yang tahu dan ada juga yang tidak tahu. sebab kecepatan membacanya bisa di lihat dari selesainya proses membaca. Tetapi di perhitungkan dengan tingkat pemahaman siswa terhadap wacana yang di bacanya.  Dan apakah tanggapan itu sudah bisa di sampaikan dengan baik? Kalau menurut penulis bisa saja di sampaikan sebab apabila dahulu kita menyusun tanggapan tersebut di dalam pikiran kita.
Ada dua ciri yang menunjukkan bahwa penalaran merupakan sebuah aktivitas berpikir :
·      Pertama, dalam penalaran terhadap pola berpikir logis harus di terapkan secara konsisten (taat asas) dan konsekuen sehingga kita menggunakan pola pikir yang sama untuk hal-hal tertentu. Jangan sampai terjadi, dalam menetapkan suatu proposisi, orang bertitik tolak dari proposisi-proposisi yang berbeda. Hal ini tertentu saja tidak logis.
·      Kedua, dalam penalaran adanya sifat yang analitis dari proses berpikir manusia. Sifat analitis ini di dasarkan pada logika tertentu dan pola-pola berpikir tertentu pula. (Adiwijaya dkk, 2000 ; 5).
Selain membaca cepat ada juga metode membaca yang lain di antaranya adalah sebagai berikut :
·      Membaca sekilas merupakan membaca kata demi kata yang tidak bisa di ulang-ulang.
·      Membaca memindai adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain.
·      Membaca intensif  di sini kita ajak untuk bisa menemukan paragraf yang berpola umum khusus(deduksi) yang mengandung gagasan pendukung serta menarik simpulan dari isi keseluruhan paragraf.
·      Membaca ekstensif dalam hal ini kita di ajak untuk bisa menentukan satu topik serta pokok pikiran, fakta dan opini serta dapat merangkum isi dari seluruh sumber.
Pada saat membaca teks, kita akan memahami berdasarkan pengetahuan dan pengalaman kita. Dengan demikian, saat kita membaca suatu paragraf, kita dapat memperkirakan kelanjutan paragraf tersebut. Tentu saja, perkiraan kita itu berdasarkan penalaran yang masuk akal. Hal demikian tentu juga kita alami ketika membaca teks rumpang. Ketika menemui teks yang rumpang, kita dapat melengkapi teks tersebut berdasarkan gagasan pokok pada paragraf lainnya. Suatu teks pastilah merupakan penjabaran suatu tema, kita akan mengetahui tema teks jika tekanan membacanya dengan seksama.

B.           Saran-Saran
Sebagai penutup dari makalah ini, penulis merasa cukup perlu pula memberikan sedikit saran yang tentunya mengacu pada bahasan makalah ini. adapun beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut:
a)    Dengan melalui penelitian ini penulis menghimbau agar kita lebih giat membaca berbagai sumber bacaan demi memperluas ilmu pengetahuan kita.
b)   Dengan membaca cepat kita akan semakin kaya dengan informasi dari sumbar bacaan yang kita baca.
c)    Mari kita biasakan diri kita dengan cara membaca cepat.

* * *




DAFTAR PUSTAKA

R. A, Syamsudin. 2005. Kompetensi Berbahasa. Solo : PT. Tiga Serangkai.
Tukun, Paulus. 2003. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia
Supriatna, Agus. 2007. Bahasa Indonesia. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Juhara, Erwan, dkk. 2005. Cendika Berbahasa. Jakarta : PT. Setia Purna Invers.

HAL-HAL YANG DIBUTUHKAN DALAM MENULIS FIKSI


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Begitu banyak aturan dalam keterampilan menulis, namun banyak juga orang menulis tanpa mengindahkan aturan-aturan itu, karena banyak orang yang berpendapat aturan-aturan itu hanya akan membelenggu kreativitas dalam menuangkan buah pikiran yang terkadang luas dan terkadang sempit, terlebih bagi para penulis pemula. Aturan itu hanya ibarat kuda beban yang berat (Moh. Diponegoro: 1995).
Namun, tidak salah pula jika kita merujuk pada aturan-aturan itu untuk bisa menulis. Namun lebih baik kita mengambil buku-buku yang telah terbit terlebih dahulu sebagai contoh. Ini tidak bersifat plagiat, karena kita tidak meniru ide yang ada, hanya saja meniru tampilan yang ada. Mungkin akan lebih membantu seorang yang berstatus penulis pemula.
Katakan saja, banyak penulis yang membuat aturan dari berbagai pengalaman dan prakteknya menulis namun dialah yang pertama sekali melanggar aturan yang dibuatnya. Pengamat sastra, Mas Dipo, dalam bukunya Yuk Menulis Cerpen, Yuk! menulis tentang seorang cerpenis dunia Edgar Allan Poe yang dinobatkan sebagai Bapak Cerpen Modern Dunia setelah berpuluh-puluh tahun beliau meninggal membuat aturan yang pertama kali dilanggar oleh dirinya. Mas Dipo juga menyebutkan ada seorang pengarang cerpen dengan seutas kalimat saja namun penulis itu menyebutnya sebagai cerpen dan dimuat di majalah sastra Horison (edisinya tidak disebutkan Mas Dipo). Ketika banyak orang menanyakan tentang kriteria cerpen, penulis itu malah menyanggah begini: “Tidak ada seorang pun di dunia ini melarang saya menulis cerpen sedemikian dan tidak ada yang punya hak melarang saya menyebut apa yang saya tulis itu adalah cerpen.”
Dari pernyataan nyata di atas dapat kita ketahui bahwa sebenarnya aturan itu hanyalah sebagai pelengkap penderita saja dan hingga saat sekarang ini kita ketahui nasib naas sebuah peraturan adalah dilanggar.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal yang dibutuhkan dalam menulis fiksi, namun terlepas dari apa yang kita bahas di atas.

B.      Batasan Masalah
Untuk lebih spesifiknya penyelesaian masalah dalam makalah ini, maka perlulah kiranya bagi penulis membuat batasan-batasan pembahasan masalah agar masalah-masalah lain tidak menyisip sehingga mengurangi kredibilitas masalah dalam makalah ini. adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a.    Menuliskan adegan
b.    Membangun cerita
c.    Struktur cerita
d.    Pengembangan karakter

C.      Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, maka muda pulalah bagi penulis merumuskan masalah dalam makalah ini. adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a.    Bagaimana cara menuliskan adegan?
b.    Bagaimana cara kita membangun cerita?
c.    Seperti apakah yang dinamakan dengan struktur cerita itu?
d.    Bagaimana cara dan prosedur pengembangan karakter dalam menulis fiksi itu?
D.      Tujuan Penulisan
Dari batasan dan rumusan masalah di atas, maka dengan mudah penulis mengutarakan tujuan penulisan dalam makalah ini, yakni sebagai berikut:
a.    Untuk mengetahui cara menuliskan adegan dalam sebuah karya fiksi.
b.    Untuk mengetahui cara membangun cerita dalam sebuah karya fiksi.
c.    Untuk mengetahui yang dinamakan struktur cerita dalam sebuah karya fiksi.
d.    Untuk mengetahui cara pengembangan karakter dalam sebuah karya fiksi yang tentunya berbeda dengan karya non-fiksi.
* * *










BAB II
KAJIAN TEORITIK

A.       MENULISKAN ADEGAN
Bagian ini hanya Anda gunakan untuk menulis, menulis, dan menulis! Tulis apa pun yang Anda inginkan untuk ditulis. Jika Anda telah mempunyai gambaran alur ceritanya, itu lebih baik, tapi kalau belum juga tidak menjadi masalah. Tetaplah menuliskan adegan-adegan secara terpisah, meski mungkin tidak ada kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Percayalah pada imajinasi Anda dalam menciptakan sebuah alur yang menarik dan setelah itu, Anda akan mempunyai bahan mentah yang cukup banyak untuk dikembangkan. Beberapa adegan mungkin bisa dipasang di dalam cerita walau beberapa mungkin tidak. Namun, menulis dengan kemauan akan membuat ide-ide baru muncul dan dengan begitu, jalan cerita yang Anda buat akan perlahan terbentuk dan berkembang sampai Anda bisa menentukan garis besar jalan ceritanya. Apabila inspirasi Anda macet, duduklah dan biarkan pikiran Anda melayang. Pilih situasi yang mendukung, berkhayallah! Bayangkan tentang orang-orang, tempat-tempat, dialog-dialog, aksi-reaksi, dan sebagainya. Jangan terburu-buru memberi penilaian pada tulisan atau ide-ide Anda pada tahap ini. Dan, jika Anda mengetiknya langsung di komputer, matikan monitor Anda dan mengetiklah. Beberapa adegan, ide, kata, dan kalimat mungkin akan tampak kacau, namun Anda masih bisa memperbaikinya nanti. Yang terpenting pada tahap ini adalah menciptakan materi-materi mentah sebanyak-banyaknya. Jumlah yang banyak akan membuat Anda bersemangat dan pikiran Anda tidak akan disibukkan dengan mengedit tulisan, membaca ulang, dan mengkritisi diri sendiri.
Setelah selesai dengan draft pertama, aturlah sedemikian rupa supaya bahan-bahan itu tidak berantakan. Pada saat melakukan hal ini, barangkali Anda akan bingung dengan urutan dan catatan-catatan yang telah dibuat, terutama jika Anda menuliskan tulisan panjang seperti novel. Mula-mula berilah nama untuk setiap adegan dan simpan di bagian Struktur Cerita. Urutan nomor adegan, bab, dan klimaks bisa dinamai nanti pada tahap pembangunan cerita. Terkadang saat inspirasi tidak kunjung datang, gunakan saja cara lama: "brainstorming" (membuat coretan kasar)! Tulis sebuah kata, lalu kata lain dan yang lain lagi. Jangan batasi diri Anda! Tuliskan kata apa saja yang muncul di benak Anda, dapat dimulai dengan kata yang berhubungan dengan setting/lokasi, atau karakterisasi dan ide-ide lain yang akan muncul sehingga akhirnya membuat gambaran tentang sebuah adegan. Sekali lagi, jangan batasi diri Anda! Beberapa adegan pada awalnya mungkin terlihat tidak cocok antara satu dengan yang lainnya, dan yang lain bahkan sepertinya bertentangan dengan akhir cerita, semua itu akan memberi ide-ide yang lebih segar untuk isi, alur, setting, dan karakter cerita.

B.      MEMBANGUN CERITA
Membangun cerita berarti membuat urutan adegan dan kurang lebih sama dengan membuat garis besar jalan cerita untuk plot/alur cerita yang akan Anda buat. Anda mungkin telah mempunyai 15-50 adegan, atau bahkan lebih lagi, saat Anda telah memutuskan untuk menentukan garis cerita dan membuat garis besar jalan ceritanya. Tulis kembali daftar nama adegan yang telah Anda buat sampai Anda merasa sudah cocok. Masukkan juga nama adegan yang belum Anda tulis namun penting sebagai penghubung antaradegan yang telah ada.
Mulailah memikirkan juga bagaimana mengelompokkan daftar nama adegan ke dalam bab-bab. Memikirkan hal ini juga bisa membantu Anda dalam membangun garis cerita. Di tahap inilah Anda perlahan membangun garis besar cerita Anda. Saat Anda melakukan hal ini, carilah unsur-unsur kunci dalam cerita yang dapat memberi kesan dramatis. Berikut hanyalah contoh klasik dan tentu saja hanyalah sebuah pilihan. Anda tentu mempunyai cara Anda sendiri. Jangan lupa, jika sebuah daftar bahan hanya akan membatasi kemungkinan yang akan Anda dapat nanti, sementara cerita yang hebat dan inovatif seringkali muncul bersama dengan ide-ide baru. Inilah beberapa cara yang biasa dilakukan orang. Pisahkan karakter-karakter Anda dan beri mereka peran cerita. Tentukan mana tokoh utama dan sang protagonis. Seringkali, meski tidak selalu, mereka adalah orang yang sama. Misalnya, sebuah cerita adalah cerita berdasarkan cara pandang seorang tokoh, maka dia adalah si tokoh utama. Namun sang protagonis bisa jadi adalah orang lain, atau tokoh di sekitar si tokoh utama yang lebih banyak berperan dalam cerita sehubungan dengan tujuan dan pengembangan tema cerita. Saat Anda menentukan urutan dan mengatur kembali adegan dalam tahap adegan, berikan sela yakni beberapa lembar atau baris kosong antaradegan untuk adegan-adegan penghubung yang masih perlu ditambahkan. Ketika semua itu telah selesai, Anda kini dapat menuliskan draft pertama dari adegan-adegan tersebut.

C.      STRUKTUR CERITA

1.    Karakterisasi Adegan
Ketika Anda telah mempunyai urutan adegan, lebih lanjut Anda dapat menentukan struktur cerita. Untuk ini, daftar adegan yang telah Anda buat dapat membantu menentukan karakterisasi adegan lebih lanjut:
2.    Intensitas dan Mood.
Mulailah memberi rating nilai atas suasana untuk setiap adegan. Anda dapat menilainya berdasar hal-hal/kejadian yang terjadi pada setiap adegan, atau berdasarkan menarik tidaknya suatu adegan bagi pembacanya. Beri penilaian antara 1 untuk yang terendah sampai 5 untuk yang tertinggi di daftar adegan Anda untuk menyeimbangkan dramatisasi cerita Anda dan menentukan di mana harus mempertajam alur untuk membuat pembaca tetap tertarik.
Anda dapat juga menentukan mood per adegan, 5 macam mood yang dapat Anda pakai, antara lain: romantis, komikal, santai, tegang, dan mengancam.
Namun sekali lagi, Anda dapat memberi tambahan lain di luar itu. Ingatlah bahwa mood dan suasana kadang akan berjalan beriringan, walau tidak selalu. Adegan romantis dan komikal bisa jadi berlangsung keras sementara adegan kebencian bisa jadi berjalan dengan lembut. Adegan seperti itu bisa jadi sulit, mengekspresikan sesuatu tanpa benar-benar menimbulkan suasana seperti itu. Mengkualifikasikan adegan-adegan tersebut dengan mood dan suasana dapat membantu memberi inspirasi alur yang lebih dramatis dalam adegan yang telah ada.
3.    Karakterisasi Cerita
Pada bagian ini Anda akan dapat menentukan beberapa hal yang merupakan unsur-unsur umum dalam cerita:
a.    Tema.
Cerita seringkali ditentukan oleh tema. Pertentangan antara kebaikan dan kejahatan, pertumbuhan, kedewasaan, cinta, kebebasan, kematian dan lainnya. Di sini Anda diharap menentukan tema umum cerita Anda. Tiap saat Anda merujuk ke bagian Struktur Cerita setelah Anda melengkapi draft akhir adegan Anda nantinya, bagian ini akan mengingatkan Anda untuk memikirkan tentang unsur-unsur baru yang mungkin cocok dengan tema baru yang mungkin akan datang.


b.    Tujuan.
Sekarang protagonis Anda harus ditentukan tujuannya. Gambarkan di sini dan secara singkat pula jelaskan apakah karakter tersebut dapat mencapai tujuannya atau tidak. Tujuan adalah unsur yang bagus dalam menentukan hubungan antarkarakter. Ingatlah, bagaimanapun juga sebuah cerita bukanlah tentang mengejar sebuah tujuan yang spesifik.
c.    Penyelesaian.
Kadangakala kekuatan dari sebuah cerita adalah penyelesaian yang menarik. Jika cerita Anda berakhir dengan "kejutan". Tahap ini akan membantu Anda dalam memasukkannya ke dalam cerita. Catatan: Banyak cerita memberi sang protagonis sebuah tujuan, tapi ada juga yang tidak. Beberapa cerita berakhir dengan penyelesaian yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya. Kadang ada yang memakai keduanya.

D.      PENGEMBANGAN KARAKTER
Dalam rangka membangun potensi yang maksimum, kini Anda perlu menuliskan hal-hal berikut ini:

1.    Biografi Karakter.
Menjelaskan secara singkat latar belakang, kepribadian, hubungan si tokoh dengan beberapa tokoh/karakter kunci lain yang berperan di dalamnya. Tuliskan sebanyak-banyaknya, namun jangan lupa memberi nomor untuk tiap-tiap halaman demi memudahkan Anda menengoknya lagi nanti. Menuliskan ini akan membantu Anda menemukan apa yang dimiliki oleh tiap-tiap karakter dalam satu tempat. Pergunakan bagian ini untuk mengembangkan beberapa aspek lain dari mereka. Juga, berikan keterangan spesifik mengenai tempat/lokasi di mana para karakter itu berada di dalam cerita baik karakter utama, protagonis, protagonis pendukung, antagonis, antagonis pendukung, komikal (karakter yang membawa suasana komikal setelah adegan yang menegangkan) dan yang lainnya. Beberapa karakter dapat berada di dua tempat. Mereka bisa karakter yang mana saja. Setelah itu, jelaskan secara singkat peran tiap karakter dalam cerita. Bagaimana mereka bisa mendukung sang protagonis atau antagonis? Bagaimana sang protagonis berhasil (atau gagal) mencapai tujuannya (jika ada). Jelaskan kepribadian si tokoh komikal (comic character) dan beri mereka peran yang sesuai. Berikan kata-kata singkat bagaimana tokoh/karakter tersebut berkembang atau menurun, apa yang ia pelajari atau lupakan, apa yang ia dapat atau lepaskan.

2.    Atribut Karakter.
Ketika Anda telah menulis cukup banyak adegan, Anda, paling tidak telah mempunyai gambaran tentang karakter yang tepat. Gunakan bagian ini untuk menjelaskan lebih jauh tentang mereka dan ide-ide bagaimana mereka dapat berkembang ke arah lebih lanjut. Atribut/ perlengkapan di sini bisa jadi adalah secara fisik, emosi, intelektual, dan sosial. Atribut secara psikologis tidak dituliskan karena hal tersebut akan dapat ditemukan di bagian emosi. Selanjutnya, tuliskan juga mengenai kemampuan atau pengetahuan yang akan didapat atau dikembangkan si tokoh dalam cerita. Tulis juga mengenai apa yang disukai atau yang tidak disukai oleh si tokoh. Ini adalah aspek penting dalam pengembangan karakter supaya pembaca dapat mengenali karakter tersebut sebagai manusia dengan segala kebutuhan, kelemahan, dan lainnya.
Tiap hal mempunyai beberapa atribut yang dapat Anda pilih atau hilangkan. Anda dapat menambahkan yang lain lagi, namun saya tidak menganjurkan daftar atribut yang terlalu panjang. Anda dapat membaginya per adegan atau per karakter. Tak perlu terlalu lama berkutat di bagian ini sehingga malah membuat Anda terbebani. Pilih beberapa atribut saja yang paling tepat sehingga nantinya akan dapat memberi inspirasi baru supaya karakter yang Anda bangun akan menjadi lebih berharga.
Daftar atribut yang pertama sebaiknya singkat saja, daftar itu akan dimasukkan di bagian karakter. Kemudian di dalam setiap adegan, Anda tinggal menambah atau mengurangi atribut yang telah ada berdasar pengembangan karakter di tiap adegan, tandailah kemajuan atau kemunduran yang dialami si tokoh di tiap adegan. Berikan juga perhatian pada perlengkapan atau apa yang dikenakan si karakter. Dalam beberapa adegan, mungkin saja dia memakai pakaian yang berbeda atau menemukan sesuatu yang menarik.

3.    Deskripsi Tempat.
Buatlah suatu "objek" yang paling penting bagi karakter Anda. Yang saya maksud adalah sesuatu yang bersifat fisik: barang, perabotan, bau, mood, lingkungan, cahaya, suara, dan sebagainya. Segala sesuatu yang dapat Anda hubungkan secara emosional pada satu atau lebih karakter. Hal tersebut dapat memberikan sumbangan besar untuk menguatkan identitas suatu karakter di dalam cerita.
Dalam sebuah cerita, Anda dapat memberikan deskripsi suatu tempat yang berbeda-beda pada banyak adegan. Usahakan jangan membuat satu adegan yang penuh dengan deskripsi tempat, namun lebih baik Anda lakukan seturut dengan alur cerita. Hal itu supaya saat tiba waktunya Anda menulis ulang adegan-adegan, Anda akan dapat menentukan aspek mana dari tiap penggambaran itu yang cocok dengan adegan-adegannya.

4.    Hubungan antara Tempat dan Karakter
Untuk memperkuat identitas sebuah karakter, hubungan emosional antara sang tokoh dengan tempat-tempat dalam cerita sangatlah penting, dalam hal ini adalah demi menguatkan imajinasi pembaca yang muncul atas penggambaran setiap tempat dalam cerita. Beberapa hubungan tercipta melalui sinergi untuk memperkuat kesan cerita Anda terhadap para pembaca. Ikatan-ikatan yang dapat dikembangkan itu antara lain, ingatan dan benda-benda.
Ingatan dapat dikembangkan saat si tokoh kembali setelah lama menghilang. Hal-hal itu juga dapat digunakan dalam memperkuat dampak akibat perginya si tokoh, baik karena menghilang maupun meninggal dunia, atau sebab-sebab lain seperti pernikahan dan lainnya. Keberadaan atau kemunculan kembali sebuah ingatan juga dapat digunakan sebagai salah satu alat yang mendasari berkembangnya sebuah hubungan antar karakter/tokoh dalam cerita.
Ingatan/memori bisa berfokus pada sebuah benda/objek. Tentukanlah benda/objek apa dan bagaimana benda/objek itu dapat menjadi sesuatu yang diingat oleh karakter yang ditentukan, juga bagaimana ingatan objek bisa meliputi bukan hanya benda secara fisik namun juga sifat sebuah tempat seperti bau, cahaya, suhu, dan sebagainya atau bahkan kombinasi dari semuanya.

* * *

BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Anda kini telah mempunyai semua unsur untuk membangun sebuah cerita yang lengkap dan hebat seperti halnya seorang tukang kayu yang akan membangun sebuah rumah. Gabungkan bahan-bahan mentah yang diperlukan untuk menulis sebuah adegan. Selanjutnya taruh dasarnya dengan menggunakan apa yang Anda tulis di bagian Struktur Cerita. Kembangkan karakter dan setting sejalan dengan isi. Gabungkan semuanya dengan menulis ulang tiap adegan guna menyesuaikan semuanya dengan garis cerita, masukkan juga semua unsur yang ada di tahap pengembangan. Menulis cerita adalah proyek yang mendebarkan. Rencanakan hal itu sesuai ambisi Anda, hormatilah jadwal yang Anda buat. Itulah guna panduan ini! Ini akan membantu Anda untuk tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam melaksanakan proyek tersebut.
Meski semuanya bisa tidak berjalan sebagaimana direncanakan, perencanaan tetaplah cara terbaik untuk memastikan semua berjalan baik. Bekerjalah dengan dasar yang tetap, kadang bisa beberapa menit kadang bisa berjam-jam. Mengerjakan proyek ini sekitar 5 menit perhari akan membawa Anda lebih jauh dan bahkan lebih cepat dari yang Anda bayangkan. Yang penting, buat ini sebagai pengalaman yang menyenangkan dalam setiap langkahnya.
Dalam struktur cerita, ada tiga hal yang cukup penting telah kita bahas, yakni: (a) karakterisasi adegan; (b) intensitas dan mood; dan (c) karakterisasi cerita. Dalam karakterisasi cerita ada tiga hal pula yang cukup penting, yakni: (a) tema; (b) tujuan; dan (c) penyelesaian. Selanjutnya dalam pengembangan karakter ada empat hal penting yang telah kita bahas, yakni: (a) biografi karakter; (b) atribut karakter; (c) deskripsi tempat; dan (d) hubungan antara karakter dan tempat.



B.      Saran-Saran
Sebagai akhir dan sebagai refleksi dari bahasan masalah dalam makalah ini, penulis membeberkan beberapa saran yang mungkin bisa memberikan suatu pengukuhan bagi kita bahwa keterampilan menulis itu sangat perlu meski di tengah perkembangan arus globalisasi yang melanda tanpa bisa dibendung, namun dengan keterampilan menulis yang tinggi dengan didasarkan pada kesadaran nasionalisme yang tinggi pula mungkin bisa kita bendung. Apapun alasannya Indonesia kita harus tetap berlandaskan pada hal-hal yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila.
Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Jika kita ingin menjadi penulis yang handal maka jadilah guru yang baik, karena dari sana kita bisa berangkat membesarkan bangsa Indonesia ini.
b.    Sebagai calon guru, kita adalah kunci dari kemampuan keterampilan menulis siswa kita kelak. Jika kita tidak memiliki dasar-dasar keterampilan menulis, tentu kita akan mengalami kesulitan, apalagi bagi kita sebagai calon guru Bahasa Indonesia. Tentu ini akan menjadi tugas utama bagi kita.
c.    Sebagai calon guru Bahasa Indonesia, mari kita apresiasi seperti apa guru Bahasa Indonesia yang kita hadapi selama ini dan ini akan menjadi bahan utama bagi kita untuk mengembangkan keterampilan menulis kita. Betapa tidak konsistennya seorang guru Bahasa Indonesia jika tidak memiliki dasar keterampilan menulis yang memadai dan saat ini telah kita rasakan pada diri kita betapa perlunya keterampilan menulis tersebut untuk merobah sekaligus mempertahankan budaya bangsa yang mulai punah akibat derasnya arus globalisasi yang tidak pernah kita sadari.

* * *






DAFTAR PUSTAKA

Diponegoro, Moh. 1995. Yuk Nulis Cerpen, Yuk! Jakarta: Pustaka Jaya
Marahimin Ismail. 1992. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Semi, M. Attar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Angkasa
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo
http://wikipedia.id.org. Didownload pada tanggal 26 Maret 2010
http://akhmadsudrajat.org. Didownload pada tanggal 26 Maret 2010.
www.rumahdunia.net, situs resmi milik komunitas Rumah Dunia asuhan Gola Gong. Didownload pada tanggal 15 April 2010 pukul 16.25 WIB.
www.penulislepas.com, situs kepenulisan milik komunitas Penulislepas.com Didownload pada tanggal 15 April 2010 pukul 16.25 WIB.
www.rayakultura.net, situs kepenulisan asuhan Naning Pranoto, seorang pengarang senior. Didownload pada tanggal 15 April 2010 pukul 16.25 WIB.