Senin, 18 November 2013

PELAJARAN UNTUK SANG DERMAWAN (CATATAN KECIL TENTANG SEKELUMIT KEKECEWAAN PADA PESTA DEMOKRASI BERNAMA PEMILIHAN UMUM)



Ini tentang pesta demokrasi bernama pemilihan umum
Sebentar lagi yang akan lahirkan  dermawan-dermawan bermuka manis
Sosok-sosok calon koruptor berpajangan di sepanjang jalan
Dari jalan protocol sampai gang-gang sempit dipenuhi lobang
Kitab janji berisi kampanye akan tercetak setebal ribuan halaman
Dicetak setiap politikus tikus untuk sejumlah warga secukup sebuah kursi

Uang warna merah dan biru akan seliweran
Dari tangan ke tangan dari yang terselubung sampai yang terang-terangan
Indonesia penjual janji nomor satu tanpa ideology dan nasionalisme
Kita rakyat cari pagi dimakan malam dengan polos terima saja
Persetan janji persetan ideologi persetan nasionalisme

Ini tentang pesta demokrasi bernama pemilihan umum
Para dermawan menjamur di musim kemarau
Datang tak dijemput pulang tak di antar
Kasih uang kasih wejangan jangan lupa partai putih
Penyejuk dahaga partai pembersih kita suci tak ada koruptor
Caleg nomor satu paling ganteng rupa paling ganteng hati
Tanggal Sembilan april dua ribu empat belas
Kita bergandengan tangan kalahkan partai penguasa

Kita rakyat waktunya telah terbuka
Terima amplop berlipat empat anggukkan kepala
Sesekali katakana ia sambil tersenyum
Lalu usir dengan retorika paling halus
Ini pemimpin yang kita cari selama ini
Mau datang lewat jalan berlobang meski tanpa sepeda kumbang

Para calon legislatif akan datang silih berganti
Datang tak dijemput juga pulang tak diantar juga
Kasih uang sama banyak kasih wejangan sama persis
Isi amplop sama juga tapi lipatnya lipat tiga
Terima juga dengan terapi retorika yang sama maksud mengusir

Ini tentang pesta demokrasi bernama pemilihan umum
Uang terkumpul dalam amplop bermacam lipat
Tanggal sembilan april dua ribu empat belas sebelum fajar
Pintu diketuk lagi tanpa dijemput tim sukses muncul
Kasih uang sedikit lebih dalam amplop bening tanpa dibuka sudah tertebak
Tapi wejangan masih sama persis merayu saja
Lalu pergi tak diantar setelah diusir juga
Pukul tujuh pagi sampai pukul dua belas siang
KPPS asyik bercengkerama pesan kopi disamping TPS
Rakyat sepi pemilih menghilang suara mengaung
Bagimu negeri jiwa raga kami
Bukan harus melulu lewat pemilihan umum
Satu dua tiga empat
Si dermawan kalap si caleg panik
Arang habis besi binasa tukang titip jerih saja
Tertawa saja menangis saja silih berganti menatap rekening hutang
Pasca pesta demokrasi bernama pemilihan umum
Hatinya yang hancur hati yang kecewa
Sebantar masa sebentar waktu si caleg jalan keluar
Sambil tertawa sambil menangis silih berganti
Digiring anak-anak dengan teriakan
“Orang gila…!”
“Orang gila…!”
“Orang gila…!”
“Orang gila…!”



Andam Dewi
Kamis, 15 Agustus 2013
Pukul 11.40 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar