Sabtu, 02 Mei 2015

PUISI-PUISI ANDREA HIRATA

PUISI
Dan tiba-tiba hari-hariku berubah menjadi puisi
Semilir di pagi hari
Meriang jika siang
Pecah, serupa ombak-ombak pasang kalau malam


TAK TAHU ENGKAU DI MANA
Tak tahu engkau di mana
Tapi, kulihat dirimu, di antara bayang pohon willow
Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow
Dan kucium dirimu, dalam angin yang berembus dari utara


SEPERTI
Seperti puisi yang kautuliskan
Seperti nyanyi yang kaulantunkan
Seperti senyum yang kausunggingkan
Seperti pandang yang kaukerlingkan
Seperti cinta yang kauberikan
Aku tak pernah, tak pernah merasa cukup


RAHASIA
Kuberi tahu satu rahasia padamu, Kawan
Buah paling manis dari berani bermimpi
Adalah kejadian-kejadian menakjubkan
Dalam perjalanan menggapainya

SENYUM

Siapa yang menabur senyum
Dialah yang akan menuai cinta

LAUT
Horizon, horizon setelah itu, tak ada hal lain
Horizon di langit dan horizon sejauh
                jangkau pandang
Muara menyempit, delta mengerut
Hutan lindap, daratan kelabu
Lalu laut, laut seluas langit
Datar, tetap, tak berhingga, biru mendebarkan

LINTANG
Dengan pisau lipat
Kuukir pelan-pelan
Kalimat yang dalam
Dari perasaanku yang larat
Karena hormatku yang sarat
Untuk pesona persahabatan dan kecerdasan
Lintang, Lintang, hatimu yang benderang
Qui genus humanum ingenio superavit
Manusia genius tiada tara


ADA
Tahukah dirimu, Kawan?
Dalam serpih-serpih cahaya
Dan gerak-gerik halus benda-benda
Tersimpan rahasia
Mengapa kita ini ada

PELUK
Disebabkan karena kau terlalu malu
Dengan penuh gengsi kau berbalik,
    dia pun berlalu
Rasakan itu olehmu, sekarang baru kau tahu
Bahwa semua keindahan di dunia ini
    berkelabat dengan cepat
Dan hukum-hukum Tuhan ditulis
    sebelum telepon dibuat
Orang-orang indah yang kautemukan di pasar,
    stasiun, terminal, dan tikungan
Kekasih, kemewahan mutiara raja brana,
    kemilau galena dan intan berlian
Semuanya akan meninggalkanmu
Kecuali secangkir kopi
Dia ada di situ, tetap di situ, hangat,
    dan selalu dapat dipeluk

(dalam Cinta di Dalam Gelas)


TAK TERGENGGAM
Cinta, ditaburkan dari langit
Pria dan wanita menengadahkan tangan
Berebut-rebut menangkapnya
Banyak yang mendapat seangkam
Banyak yang mendapat segantang
Semakin banyak
Semakin tak tergenggam

(dalam Cinta di Dalam Gelas)

SERIBU LIMA RATUS PERAK
Kutengok di televisi
Kebenaran di Jakarta mahal sekali
Para koruptor pintar sembunyi
Padahal nyata-nyata, mereka telah mencuri
Kawan, di kampung kami
Kebenaran harganya hanya seribu lima ratus perak
Warnanya hitam, tergenang di dalam gelas,
    saban pagi

(dalam Cinta di Dalam Gelas)


BULAN DI ATAS KOTA KECILKU YANG DITINGGALKAN ZAMAN
Orang-asing
Orang asing
Seseorang yang asing
Berdiri di dalam cermin
Tak kupercaya aku pada pandanganku
Begitu banyak cinta telah mengambil dariku

Aku kesepian
Aku kesepian di keramaian
Mengeluarkanmu dari ingatan
Bak menceraikan angin dari awan

Takut
Takut
Aku sangat takut
Kehilangan seseorang yang tak pernah kumiliki
Gila, gila rasanya
Gila karena cemburu buta
Yang tersisa hanya kenangan
Saat kau meninggalkanku sendirian
Di bawah rembulan yang menyinari kota kecilku
    yang ditinggalkan zaman
Sejauh yang dapat kukenang
Cinta tak pernah lagi datang

Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman
Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman

(dalam Padang Bulan)

TENTANG ANDREA HIRATA
Andrea Hirata Seman Said Harun, pengarang tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Lahir di Belitung, 24 Oktober 1982;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar