Selasa, 25 Agustus 2015

PUISI-PUISI RATNA AYU BUDHIARTI

 KUJELANG EPISODE BARU
(Sajak Selamat Tinggal)

bulan separuh
dan malam ini hanya satu bintang
di langitku
tak tahu lagi aku bagaimana
harus merindumu
bahkan melayari laut yang dulu itupun
aku lupa jalan pulang menujumu
bukan! tak salah laut itu
berombak demikian besarjuga biduk
yang membawaku
ke samudera lepas menggapai cahaya
tak! tak ada sepotong kenanganpun
hendak disalahkan kini
ini lentera kecil yang kupunya
menuntunku pada cahaya di suatu tempat
nun tak berbatas
tiada! luka itu tiada tertulis
di dada ini lagi, Tuhan telah sembuhkan aku
dari ngilu yang menikam ulu
jangan sesali warna yang tercecer
di kanvas, baik benahi saja
jadi lukisan pelangi
aku bersama lentera kecil ini
melayari laut lepas ke cakrawala
konon kabarnya di sana
mimpi terasa lebih nyata

dan aku benar-benar tak ingat lagi
bagaimana merasai sentuhanmu.
 Kamis, 19 Juni 2003, 12.22-12.38 WIB

SERENADE BIRU
aku mencarimu di ujung senja,
ke pekat malamsetangkai aster
kubawa serta
kali ini bukan mawar seperti biasa
karena aku tahu, diam-diam
kau tak pernah memupuknya lagi

aku mencarimu di permulaan pagi,
duri kaktus dalam dekapan
mulai menusuk kalbu
aku tahu, kemanapun aku mencari
dedaunan yang meruah meranggas
di bumiku,
"tak ada cinta lagi", katamu

aku tahu, setiap kali menyerumu
dan melarikan hati,
tak sampai-sampai aku padamu.
Rabu, 16 juni 2004, 10.05.01 WIB

MENCARI MATAHARI
pada binar bulat bola matamu
aku melihat cahaya
dan dalam keremangan senja
kita pun pasrah pada gejolak yang gelisah,
melebur jutaan rindu dan kenangan- sebuah penantian -

hasrat ini serupa api
berkobar menjilat angkasa
membakar mimpi yang semakin sendu
di langit jiwa kugoreskan
setumpuk tanya untukmu,
adakah kau melihatnya jadi rangkaian asa?

"aku tidak segila itu!", katamu
ah, benarkah?
lantas ciumanmu yang liar kemarin
harus kuartikan sebagai apa?

langit masih bisu,
dan aku tetap saja
mencari matahari
sampai hari ini.
Cipaganti, Sabtu 17 Juli 2004, 10.52 WIB

MENGUBUR CINTA DI PANTAI ANCOL
1
rindu itu akhirnya sampai juga padaku
lewat angin yang mengelus pipi perlahan
di pantai Ancol

namun semua takkan pernah sama lagi
ombak yang menegur karang berkali-kali,
perahu yang laju entah kemana,
nyiur yang menatap matahari
dan kepingan hati galau menatap esok

2
Tuhan,
telah berkali kulukis wajah lelaki itu
di buih ombak
semakin dalam kenangan menancap perih
menghunjam jantung
dan percintaan yang dahsyat menggelora
bak gelombang, kini jadi ratapan sia-sia,
tak mampu lagi merekatkan hatinya padaku

3
lengan-lengan ombak yang menyapu
pantai, tak putus-putus
menarikan harapan untuk esok
dan jika di ujung cakrawala sanaaku kelak bisa menepi,
biar kuharap bertemu bahagia saja,
bukan dia!
sebab telah sampai ucapan selamat tinggal itu
dibisikkan angin, diderukan gelombang
keputusasaan

biar kutaburkan seluruh kisah di laut ini
agar samudera menyimpannya dalam keabadian
biar seluruh rasa ini lepas dan
tak mengganggu lagi
biar! izinkan aku, Tuhan!
Kamis, 12 Agustus 2004, 11.18-11.33 WIB

KETIKA AROMA HUJAN MENGUAR
Petrichor1) dan actinomycetes2) bersekongkol,
kenangan ada di pihaknya untuk reka ulang:
waktu, tempat dan kejadian
ciuman mengiringi nyanyian hujan di genting,
seribu peri diutus Amor3) dalam perjamuan malam
satu-satu rahasia tanggal di kekar tangan,
dan sepasukan bertameng takluk di sudut kerling
adakah yang lebih bahagia dari menjadi pencinta yang terobati hausnya?
bulan memancar dengan sinar paling terang
ketika batu-batu bertumbuk di kepala
mengabadikan penyatuan
malam menjadi liar,
butir hujan terus menari, berdentam-dentam dalam hentakan halilintar
di kilat petir, kesakitan pupus,
membakar masa lalu hingga hangus
O, Zeus4), tikamlah dadaku dengan rintik massal
biar luka-luka kuhela menuju tanya dan malam muasal!
2013
1) Petrichor : suatu zat atau senyawa yang dikeluarkan oleh bebatuan dan tanah
2) Actinomycetes: sejenis bakteri berfilamen (benang halus). Bakteri ini biasanya hidup di tanah basah, namun mudah mati ketika tanah itu kering atau kehilangan kelembaban. Spora Actinomycetes dapat menghasilkan bau khas mirip hujan
3) Amor: dewi cinta dalam mitologi Yunani
4) Zeus: dewa para dewa dalam mitologi Yunani. Zeus juga dilambangkan sebagai dewa langit dan petir

TENTANG DADA DAN RAHASIA
Gerimis tipis di kotaku:
wajahmu terlukis di antara rinai,
selalu ada kisah ketika kita kusut masai,
mencumbui rindu yang tak pernah usai.
adakah yang lebih sepi daripada rindu yang memantul-mantul di dada, dari luka tanpa jeda?
sedang kenangan giat bertamu,
ketika suaramu lembut menggigiti daun telingaku
pada senja, tangan kita saling melambai:
dada menjadi gudang kata-kata yang disampaikan mata.
2013

PEREMPUAN YANG MENYIMPAN PISAU DI MATA DAN DADANYA
telah dia jerang semacam kenangan atas masa mudanya yang gemilang
di atas perapian kehidupan yang mematangkan luka-luka
“kulakukan ini demi menyambung hidup,
demi pengakuan dan nama belakang anakku”, bibirnya mendesau pilu
asap rokok mengepul di udara, bercampur uap kopi
“cinta itu seperti asap”, katanya lagi, memandang jauh yang entah
memilin harapan dan mematahkannya sendiri
lelaki, hanya ada dalam dadanya sebentar, kemudian bergegas pergi
menitipkan tanda tanya di rahim kata-kata
lalu kelak lahir sebagai tanda seru
“apa kau tahu kemana hati pergi?”
:sepasukan pisau melesat ke jantungku.
2013

KETIKA CAHAYA TAK LAGI HANGAT
(Ratna Munawarah)

senja begitu muram
cahaya kehilangan daya
menyisakan kemesraan
yang terlindas sepibertubi-tubi
aku tenggelam
dalam puisi yang meluncur
dari bibirmu yang khatam
memaknai pahit kopisekaligus ditikam rindu
yang menguar dari dadamuketika melafalkan kekasih
bernama sunyi
kilat ceria di matamu meremang
sementara aku
hanya bisa memilin kenangan
yang sempat meruyak di bilik hati.
2013

SUATU MALAM KETIKA BERTUKAR KABAR
(Skylashtar Maryam)

malam hampir renta ketika kau datang menating kisah
jemarimu bergerak-gerak
menampar udara pekat dengan asap
dan uap kopi
benakku masih disibukkan dengan telutuh
pada kain yang seharusnya
jadi gaun pengantin idaman
namun kutukmu pada masa lalu
menggenapkan yakin
bahwa segalanya bisa datang
dan pergi tiba-tiba
bahkan setelah saling melekatkan
ciuman paling mesra
di pojok teras,
percakapan mengular mengukuhkan
luka demi luka
sebagai jangkar tempat kita berhenti sejenak,
aku lagi-lagi berlayar seolah darah yang tumpah
di setiap pertempuran
di atas kapal kehidupan adalah harga yang patut dibayar
relakan, dan biarkan amisnya menguar
mematikan kehendak membalas dendam atau
sekedar ingin nasib bertukar.
2013

MELANGKAHLAH
aku adalah pintu belakang rumahmu
telah kau tutup bertahun lalu
kini kau tengoki sesekali memastikan rapat tulak
dan segala kunci
agar tak terbuka suatu hari nanti
ketika pintu depan
kau buka lalu melangkah pergi
akulah pintu belakang rumahmu
tempat kau masuk sepulang bergumul
dengan kisah-kisah semu
atau mencumbui wangi bunga-bungamu
akulah pintu belakang rumahmu
yang melihat pintu depan
sedang terbuka lebar
menantimu melompat keluar
menuju hari-hari baru.
2013

PETIKAN *ERHU  UNTUKKU
petikkan erhu untukku,
mainkan nada-nada indah
kisahkan tentang lobster
yang bersembunyi di lubang batu
dan sesekali mengintip dunia
denting senar erhu membawa ingatan pada musim semi
di tahun-tahun lalu ketika aku dan kau membilang
sitatap kerling erhu itu, sayangku merapal mantra,
menjulang ke langit mengenakan jubah terbaiknya
menemui kaisar sang putra surga
kemudian lengkingannya
menjadikan butir-butir hujan
luruh dari awan, luruh dari mataku.
2013

TENTANG OTAK YANG HARUS BERPUTAR, LAGI DAN LAGI
morning has broken like the first morning*, 
senandungmu;
setelah hari-hari berlalu dalam jejalan berita
politik, suap, dan harga beras yang merayap perlahan setiap hari
dunia seluas 4 x 5 meter memantul-mantulkan suara
para selebritis berdebat, berebut kursi pejabat
di sudut kanan atas, tagihan listrik dan telpon menari-nari
dekat pelupuk mata, menonjok isi dompetmu yang tinggal
(untuk) dipakai membeli sekilo beras, sepotong ikan asin, atau sebungkus garam
sebuah surat elektronik tentang royalti yang (akan) terlambat dibayarkan
juga sapaan seorang teman yang mendadak akrab demi bertanya
“dimana aku bisa mendapatkan buku gratis darimu?”
menyempurnakan ingatan tentang malam-malam kelam
ketika lingkar di matamu menghitam dan kau seperti gila
berkutat dengan kata-kata tanpa kenal jeda
pagi memaksamu bangkit dari tidur yang hanya dua-tiga jam
(entah lelap atau tidak),
suara alarm begitu dekat di kepala
mengingatkan tentang tagihan, dan perut yang bergelayutan di pundakmu
memijat otakmu lembut agar kembali berputar
morning has broken like the first morning*,
gumammu;
mengenang tiap keputusan
kemudian duduk di pojok kau hanya bisa menangis
seraya berdoa, semoga kata-kata bekerja sama menjadi mesin uang
untuk perut yang bergelayutan, dan tagihan yang melambai.
2013

BERBAGI SENJA
Enam puluh kilometer , tidak—
mungkin lebih
sebuah kota merapat ke sebelahmu
menyusuri bukit, menikung barisan pohon
dari sebuah balkon:
angin lembah, sehampar sawah-ladang, dan kolam ikan
menari di matamu,
sebuncah asa tak tepermanai
kita merpati yang terbang demikian tinggi,
ditakdirkan bertemu. untuk apa? tak perlu bertanya
langit magenta:
matahari mengedipkan sebelah mata
lalu pulang ke balik bukit, meninggalkan
dua pasang tangan yang memungkas rindu.
2013

PERAWAN BADUY
pagi bening terpantul dari betisnya yang bersijingkat
menaiki bale bambu
hitam, putih, biru tua – konon hanya itu warna yang boleh ditenunnya
menjadi selembar harap:
sekepul uap nasi di pawon, atau serangkai upacara adat
jika pagi dengan uar kopi tetamu menyesaki beranda
matanya malu-malu menatap dari balik jendela
tubuh sintalnya menyirat ragu lalu melipir ke ambang pintu
rambut legam tergelung, hidung bangir;
namun dadanya terabak,
dari keningnya melompat tanya:
kenapa kepala kalian begitu beda,
mengepulkan asap yang tak berhenti
memikirkan beragam teknologi?
dari jenjang lehernya terkalung seuntai kata:
Tuhan tak perlu sinyal 3G di sini
2013

SERANG
:Uthera Kalimaya

terik matahari, galian gorong-gorong,
hotel dan sengketa kekuasaan,
sejarah jawara, sate bandeng
sebuah janji tentang diskusi dan secangkir kopi
menguap di pelataran
sejumput gula lupa kita bagi pagi itu
kenangan bertebaran di lorong
juga di depot sop duren yang terlewatkan.
2013

KITA (BERDEKAP)
Kita sedang menuliskan keraguan
dan waktunya sebentar
helai demi helai rindu
jatuh dari matamu
memoles rindu di buku
kita sedang menuliskan keraguan
dan waktunya sebentar
kita menyanyikan lagu hujan
kita kecup angin
kita berdekap
di saat menyatu hasrat dan memilin sepi
dari batang-batang hati
dan embun yang jatuh di pipimu
di pipimu
kita menyanyikan lagu hujan
kita kecup angin
kita berdekap
kita dekap ilalang
kita berdekap.
2013

YOU FOLLOW EACH OTHER
demikian tertulis di layar monitor
ketika aku melihat akun Twitter
senja yang lembab pernah mempertemukan
jabat tangan dan dua pasang mata jatuh cinta
debaran jantung tak lagi beraturan
ketika hati sudah saling memanggil nama
merpati tak pernah ingkar janji, katanya
ketika kepala rebah di dada yang gelisah
hitungan purnama berlalu lambat saat janji tertambat
namun bergegas tangkas meninggalkan luka regas
tahun berganti saling memunggungi
sesekali mengintip dari celah paling rahasia
menitipkan ciuman rindu lewat angin
mengabarkan kisah paling getir melalui burung-burung
kisah itu tak berhenti setamatnya buku ditutup
ada medan magnet bersembunyi di palung jiwa
setelah saling block dan pura-pura melanjutkan hidup
tulisan itu mengudara tanpa perlu saling sapa
twitter memajang namaku dan namanya:
you follow each other.
2013

PAGI BERSAMAMU
jam delapan—tidak, mungkin sembilan
ketika pagi September berselimut matahari
jantungku gigil disapu kata-kata yang berloncatan dari otakmu
keluguan orang desa, munafiknya penguasa,
juga setangkup kejutan dalam hidup yang tinggal sisa
adalah kudapan yang kita pilih
dari dua lembar menu yang tersaji di meja itu
denting sendok mengiringi sepasang gelas teh yang berdansa
di hadapan kita
tak pernah ada yang ingat, siapa paling pertama merasa
jika reinkarnasi bukan lagi sebuah omong kosong?
sebab mungkin di suatu tempat, ribuan tahun lalu
kau dan aku saling bertemu dan membicarakan hal yang sama
aku mengingatmu seperti vas bunga dari porselin, namun
kadang-kadang sekekar karang menantang badai
cerita tak usai di situ
caramu mengusap kenangan
yang meluncur dari bibirmu penuh kegetiran,
menambah gigil di jantungku semakin tak beraturan
lalu anginpun menggugurkan daun-daun,
menanggalkan segala batas di pagar rasa
seberapa banyak luka yang sanggup kita bagi
untuk kemudian menertawakan kekonyolan sendiri?
2013

MEMBACAMU
kau merampungkan ironi
dalam kisah yang bertebaran dalam buku-bukumu
dengan menamai dirimu sendiri
sebagai lelaki dengan pola air
menderas arus, menjelma gelombang pasang, badai, bahkan lautan tenang
ada tawa anak kecil yang menari lincah,
sulitnya pilihan hidup dan kesalahan yang selalu diperbaiki,
semua bergantian menjadi kabar di bola matamu yang nanar
lautanmu penuh badai, Zy
aku harus belajar menyelam lebih dalam.
2013

PERANG BATIN PUISI
tiba pada sebuah pagi
kala puisi menangisi sepi yang kutuang ke dalam cangkir kopi
gelegak rindu serupa buih ombak mendeburkan gelisah di kepalaku
“mana janji bersetia pada kata-kata?”, ucapnya tergugu
di antara tumpukan nota, angka-angka dan dering telpon
yang memuja dunia
waktu berkejaran dalam lingkaran yang sama:
internet banking, restock barang, promosi sana-sini;
segunung rindu yang tak pernah usai meringkuk dalam tumpukan terbawah
“kau tak pernah benar-benar mencintaiku”, puisi sembab
menahan diri pada kehendak pemilik hati,
menating rindu yang hampir pecah kapan saja
-aku, masih harus berkutat dengan kalkulator dan token.
2013

LAYANG-LAYANG
sore dan angin kencang
mimpiku terbang ditarik-ulur nasib.
tersangkut di pohon kenang,
bahkan atap rumah seseorang.
kadang-kadang.
2013

MARI MEMBAWA PUISI PERGI
Lantas kemana garis nasib akan membawa puisi pergi?
Hatimu?
Pasti takkan lagi jadi asing di sana.
Sebab ia selalu tahu arahnya.
Tapi puisi perlu mengembara.
Mungkin ke tempat jauh.
Ke tempat di mana ketika menuju ke sana
ia dapat melihat awan bergumpal-gumpal di telapak kaki;
dan sungai serta gunung-gunung berada ribuan mil jauh di bawahnya.
Lalu bagaimana caranya agar puisi bisa memotret matahari senja
dari balik jendela burung besi raksasa?
Ulurkan tanganmu, kawan
Mungkin salah satu jalan ada di telapakmu.
Seperti ketika celotehmu melemparkan telingaku
mengangkasa ke pulau tetangga.
2013

LUPA BELAJAR MELUPAKAN
Seberapa banyak rindu yang terpenggal?
tanyamu memantul-mantul di dinding kaca
menjadi rinai yang tempias ke dasar dada.
ada sungai yang menganak di sudut matamu
sejak kenangan harus tanggal,
desir angin menjadi denting paling genting
Berapa banyak luka yang harus dibebat sekaligus dibabat
agar tak banyak tumbuh luka baru?
lagi kau bertanya saat hijau rumputan tetanggamu tampak segar
kau harus merelakan hatimu jadi samudera
tempat segala sakit singgah dan betah merenanginya
sampai ia bosan dan menepi
kita telah lama belajar saling mengikhlaskan
tapi tak pernah benar-benar belajar saling melupakan
demi akrab dengan kata kehilangan.
2013

PEREMPUAN ANGIN
Engkau yang paling mahir menciptakan ombak di laut hatiku,
malam ini aku sedang belajar mematikan kehendak
dan memanjangkan kembali lipatan jarak,
sebab dekatmu kawah itu selalu bergolak, menanti saat meledak.
Rindu, sedang disimpan rapi di saku.
Engkau yang akan mengambilnya jika bertemu, tentu.
Perempuan itu gusar, tergesa
menyumpalkan kenangan yang rompal
dalam sebait puisi di jejaring sosial
Lelaki langit menjadi alamat paling lekat di ingatan
ketika lagu-lagu lama mengalun dari piringan hitam di ruang baca
Sesekali tangan mengibas, meraup uar kopi dan sisa ambung parfum di udara
- Waktu selalu tiada, janji adalah kemusykilan -
Betapa ingin ia berhenti menjadi angin.
2013

PEREMPUAN DENGAN SOROT MATA TAJAM DAN BERWARNA BIRU DALAM LUKISAN DI RUANG BACA KETIKA AKU DAN KAMU DI DALAMNYA
bukan mata perempuan itu yang membuatku merinding
tapi bergalon-galon cinta yang bedah dari matamu,
membuat jantungku berdenyar.
2012

PERTANYAAN UNTUK BOB DYLAN
jika segala jawaban
ada pada angin yang berembusan,
kemana angin membawa kekasihku pergi
dan mengambil jalan memutar
untuk kembali dalam garis takdir?
hidup yang hampa entah dilewati cuaca dalam berapa alpa.
2012

KEMBARA
seuntai kemboja berunding di meja makan di rongga dada
selembar surat perjanjian melongo:
undang-undang telah jadi batu nisan di atasnya
“bukan lukisan mayat yang diinginkan dinding”,
rajuk sepatu kets di belakang pintu
mau bagaimana lagi,
senorita sudah bergoyang semalaman,
tetap saja tetes hujan basahi kuburan.
2001-2013

SAJAK YANG SEDANG MELAMBAI PADAMU INGIN MENGATAKAN SEBUAH KERINDUAN
Sepertinya engkau sudah berhenti mencemaskanku
Bulir hujan yang jatuh di punggung, menusuk menembus jantung
bak anak-anak panah beracun melesat dari tatapan dan sapa yang hilang hangat
Tubuh ini, sayang
menggigil merindu hujan, bukan rasa dingin
lantas malamku menjelma siksa
sebab engkau menjadi igau di setiap adegan mimpi
setiap malam
setiap malam.
2013

DELUSO*
Apa yang kau pikirkan?
ringan sepotong tanya menggunting udara
singkat ujarmu, “niente”**
sambil menatap kosong menara Pisa,
berharap yang miring hanya otakmu saja,
kemudian kau mengibaskan jemari,
menepis angin yang membisikkan sepi di telinga
kemudian menghela nafas, bergumam “bugiardo!”***
selembar foto tergeletak nyaris robek
secarik kertas biru menyertai, kata-kata di dalamnya tertulis rapi:
“aku akan menikahi Alessandro.
aku tahu dia sahabat terbaikmu.
tapi ibuku akan gila jika aku menikahimu.
tak ada tempat untuk cinta kita, Gina, meski ini Italia.
penuh cinta selalu,
Maria”
17/04/2013
keterangan: (bahasa Italia)
*kecewa
** tidak ada
*** pembohong

SUATU MALAM KETIKA BERTUKAR KABAR- Skylashtar Maryam

malam hampir renta
ketika kau datang menating kisah
jemarimu bergerak-gerak menampar udara
pekat dengan asap dan uap kopi
benakku masih disibukkan dengan telutuh
pada kain yang seharusnya jadi gaun pengantin idaman
namun kutukmu pada masa lalu
menggenapkan yakin
bahwa segalanya bisa datang dan pergi tiba-tiba
bahkan setelah saling melekatkan ciuman paling mesra
di pojok teras, percakapan mengular
mengukuhkan luka demi luka sebagai jangkar
tempat kita berhenti sejenak, lalu lagi-lagi berlayar
seolah darah yang tumpah di setiap pertempuran di atas kapal kehidupan
adalah harga yang patut dibayar
relakan, dan biarkan amisnya menguar
mematikan kehendak membalas dendam
atau sekedar ingin nasib bertukar.
2013.

KEPEDIHAN MERUYAK- Meitha KH

Aku telah lupa memaknai bahagia dan tawa lepas seperti sore itu, di sebuah padepokan dengan banyak pasang mata yang mengawasimu dengan kekaguman. Juga seseorang dengan sepasang mata penuh kasih lembut, seolah tak hendak menciptakan gemuruh ombak berlebihan ketika menatapmu. Aku iri pada caramu bermain dengan ayunan yang kau ciptakan sendiri, menikmati setiap hempasan ketika hidup begitu indah sekaligus getir membelit kaki lincahmu.
Aku sedang pura-pura bermimpi ketika kata-katamu menyapu udara yang kuhirup. Di dalam kamar kontrakanmu, tangisku pecah di dalam hati. Saat itu, kau mungkin membaca mataku yang dikoyak sepi. Masa remaja bagiku seperti sebuah permen loli yang selalu dirindukan anak kecil setiap saat, menjadi candu, perlahan menciptakan pertahanan keropos.
Aku menggambar sebuah lukisan dengan banyak warna sepanjang hidup, berharap suatu hari semuanya bernilai jual tinggi. Ah, harapan memang seperti manis gula yang dikulum sambil bermimpi, selalu menyenangkan namun berujung pada kepahitan, selebihnya kesakitan.
Sambil berharap hal terburuk dalam hidupku takkan pernah terjadi, aku membunuh waktu, menikmati perjalanan, menyesap kopi sambil diam-diam mengamati eksotisme kerling matamu, tanpa sadar telah menjerat pemilik hati yang lengah, sekaligus mengagumi ketabahanmu setegar karang. Sayang, aku masih menjadi kepompong nan lunak, kapanpun mudah terkoyak.
Ajari aku menulis lagu yang indah! Sebab melodi yang bergaung di jiwaku masih saja terlalu pilu berlagu.
2013

KETIKA CAHAYA TAK LAGI HANGAT- Ratna Munawarah

senja begitu muram
cahaya kehilangan daya
menyisakan kemesraan yang terlindas sepi
bertubi-tubi
aku tenggelam dalam puisi yang meluncur
dari bibirmu yang khatam memaknai pahit kopi
sekaligus ditikam rindu yang menguar dari dadamu
ketika melafalkan kekasih bernama sunyi
kilat ceria di matamu meremang
sementara aku hanya bisa memilin kenangan
yang sempat meruyak di bilik hati.
2013

MELANGKAHLAH
aku adalah pintu belakang rumahmu
telah kau tutup bertahun lalu
kini kau tengoki sesekali
memastikan rapat tulak dan segala kunci
agar tak terbuka suatu hari nanti
ketika pintu depan kau buka lalu melangkah pergi
akulah pintu belakang rumahmu
tempat kau masuk sepulang bergumul dengan kisah-kisah semu
atau mencumbui wangi bunga-bungamu
akulah pintu belakang rumahmu
yang melihat pintu depan sedang terbuka lebar
menantimu melompat keluar
menuju hari-hari baru.
2013

DI DALAM KERETA
aku memandangi gerimis dari balik jendela
derasnya telah sampai ke dada
membanjiri hati dan ingatan
sementara kereta membawa ragaku pada satu impian,
jiwaku masih menapaki rel yang lain
dengan impian-impian lain
ketika rumah dan sawah berlarian ke arahku
kemudian menjauh meninggalkanku
yang masih sibuk menimbang kata-kata.
2013

AKU PERNAH NYARIS MENELANJANGIMU
di sebuah ruangan yang sengaja kau buat remang-remang
dan aku tak memprotesnya, sebab mengerti kemana arah hatimu
ingin menghampiri
aku membiarkan dadaku terbuka, malam itu
seperti juga kau membiarkan tanganku melucuti
kisah demi kisah yang kau lekatkan di dadamu
pertanyaan yang sama menggigiti daun telinga
serupa kersik daun bambu merdu di belakang rumahku
menyanyikan harapan pilu
tangan kita bersentuhan, membaca airmuka,
sementara debar jantung saling bersahutan dalam jarak
nol koma sekian senti yang segera diretas gelisah
gairah membakar luka yang disimpan rapi dari dunia,
sementara ingatan, sedang disimpan pada sebuah meja
biarlah, kita sedang tak ingin memagut realita
aku nyaris menelanjangimu malam itu
ketika tiba-tiba melihat sebuah sinar memancar dari dadamu
seperti matahari yang hangat, menyilaukan mataku yang hendak bertualang jauh
lalu aku memilih tak melanjutkan perjalanan
sebab sinar yang memancar itu berasal dari sebuah nama
menerangi hatimu yang gelap ketika aku tak ada, cemerlang ketika kita bersama
aku pernah nyaris menelanjangimu, dan memilih tak melanjutkan perjalanan
sebab sinar di dadamu berasal dari sebuah nama:
namaku.
2012

PADA SEBUAH SENJA
usia, lupa kita hitung berapa degup jantung
dalam tarikan nafas
sebiji apel menunjukkan jejak kerat di tiga sisi:
masa lalu, masa kini, (dan mungkin) masa depan
terhidang pada piring buah yang diantarkan Tuhan ke kamar kita
pilihan ada di tanganmu
setelah plastik kemasan kubuka dan menelanjangi rasa takut
berabad-abad: penolakan atau cibiran
dua belahan salak menghimpit,
melesakkan ingatan pada senja yang cerah
ketika kita bertukar kisah
bagaimana cara memutar waktu?
bisik angin menggigiti daun telinga.
sebutir pear masih menanti untuk dilumat:
seperti hati yang cemburu,
kita tak pernah tahu kapan penantian terasa nikmat
pada sebuah senja perpisahan menjadi absurd.
2012

KATAKANLAH! MESKIPUN TERBATA

Ada isyarat rahasia
pada sandi yang hanya kita bisa mengerti
tikaman rindu melipat jarak:
kusiapkan dadaku untuk ukiran namamu
meski lewat cara sederhana dan diam-diam
di kepakan sayap kupu-kupu

biarkan aku menjadi butir-butir nasi
yang menjelajah mulutmu
atau lebih baik aku menjelma teh telur,
kau sesap hingga lindap,
membuatmu kuat menghadapi esok,
menyiapkan kata-kata, walau terbata.
2012

SELAMANYA
Aku tak ingin bergegas, tentu saja!
menghitung jemariku dalam genggamanmu
mengirimkan seluruh rindu yang tumpah
membanjiri mata hati

ini pagi milik kita
ini siang milik kita
ini senja yang sama
ketika perpisahan selalu mengoyak luka lama
melontarkan harap pada garis takdir
dadaku dan dadamu
genap saling menghitung detak jantung.
2012

PENGAKUAN  SUBUH
selalu ingin kujumpai Engkau
dalam malam-malam sepi,
dalam keremangan hati,
dalam keasingan diri.
2012

PEPATAH
Satu takaran pupuk kusemprotkan berkala
pada dedaunan harap dan komitmen kusemburkan pula doa-doa
ayahku bilang, “bahaya membiarkan media tanam kering
apapun alasannya, dia pilihanmu, kau yang harus merawatnya sendiri”
entah hama dan gulma apalagi yang sedang mengunjungi kebunku
ladang cintaku sudah tak lagi dipenuhi mawar taman
mungkin benar, aku lebih terpesona pada rumput hijau
hamparan lembutnya kubiarkan menelusuri tubuh pualamku
hingga merasuk ke hati dan pikiran
menciptakan ombak kecil di dada
membuatku ketagihan dan tak dapat menolak
setiap kali mawar yang kupupuk setengah hati bermekaran
mulai disingkirkan hama dan gulma lagi

kekasih,
hari beranjak sore
seharusnya kita tidak berpelukan seperti ini,
saling memagutkan rasa yang tertunda
sebab ladangku tak boleh dipenuhi rumput
sebab mawar tamanku harus tetap bermekaran
sebab pupuk yang berkala kuberi tak boleh jadi sia-sia
sebab engkau purnama yang harus tetap terlihat indah dari jauh.
2012

MATILAH KAU DI DADAKU
matilah kau!
oleh kerinduan yang kuoleskan pada  pisau
yang bersarang di dadamu
matilah kau!
oleh kehangatan yang terlambat kau tambat
tanpa sempat menuju dermaga
tempat kita bermain-main dan bertukar kisah
sambil mengulum manis kembang gula bersamaan
matilah kau!
di sudut kerling pecintamu yang kau sembunyikan
pada jarak yang berabad
matilah kau!
ditikam sepi dan rindu berkali-kali.
2012

LOVE STORY

-“She fills my heart with very special things
With angels’ songs , with wild imaginings*-

Lagu itu berkumandang di ruangan ini
Selalu ada bahagia yang menyakitkan ketika  memejam mata
meresapinya
Berton-ton bebatuan menghantam dada dengan indah,
dengan caranya sendiri membawaku berkelana
ketika kau dan aku saling berkirim isyarat

percayalah!
sesekali masih kulongoki ruang hati,
sekedar membersihkan debu yang menempel di namamu
2012
*petikan lirik lagu “Love Story” – Andy Williams

MENJADI GILA
-          Menjadi orang gila, menyusupkan tikaman mataku ke jantung
seorang lelaki langit, adalah kisah yang belum tuntas dituliskan Gusti
 -
Jika kau anggap pada Hari Kedua Belas*, dia akan menjelma kecoa
yang harus dimusnahkan segenap tenaga,
maka aku apa? Lebih baik akupun menjadi kecoa
agar kami sama-sama berlari menghindari cahaya

Akhirnya, masih banyak yang belum lengkap kau pahami:
Kutuliskan sajak sebagai sejarah hidupku yang gelap, juga mahkota ratu
yang masih disimpan dalam lemari berkaca bening, sehingga kau dapat melihatnya juga

Jelaga, masih menempel pada muka: aku telah berlama-lama
mendiangkan diri di perapian sepanjang hidup
Kadang menjelma kayu, rela dibakar memanaskan tungku untuk menanak nasi,
atau menjerang air untuk menyeduh kopi hitam dengan sedikit gula,
Demi nyawa seseorang, demi pengabdian
Demi kehormatan yang mendadak hilang jika aku melarikan diri

Sementara hati, entah kemana dia membawanya pergi
Yang sekarang bercokol di dadaku adalah imitasi, aku tak peduli
Karena jiwaku telah dijadikan persembahan bertahun-tahun. Selalu.
Cibatu, 27/10/2012: 14.05 WIB
*Judul cerpen Bode Riswandi dalam buku Istri Tanpa Clurit

NOSTALGIA AKASIA
 “Je t’aime”, ucapmu di bawah pohon akasia
yang kita bayangkan serupa menara Eiffel

setangkai mawar merah, sekotak coklat,
serta ciuman romantis mestinya jadi pembuka
ungkapan isi hati

: nyatanya mendadak bisu, kata-kata terpenjara entah di mana

air mata dari pipiku yang menempel di telapak tanganmu
membebaskan jutaan kupu-kupu dari hati
sementara di bangsal rumah sakit
cinta seumpama nyawa yang mahal harganya.
2012

KOTA KECILKU
kau, kau, kau, dan kau
mungkin tak paham rindu yang beranak pinak
mengalir di selokan belakang rumah
ada tawa dan tangis masa kanak-kanak yang tumpah

berpasang mata, gunjingan sporadis
dan lemparan batu pernah menyakiti rumah ini
sementara penghuninya membangun beton kesabaran
berlapis-lapis

tapi tidak!
tak  pernah ada kata kapok untuk kembali
dan menyebarkan kontroversi.
2012

DARI DANAU LUMPUR LAPINDO
beratus nyawa melambaikan tangan,
berseru bahwa dunia mereka indah
di alam sana
tak seperti dulu: desa utuh, belum terendam lumpur,
ketika matematika bisnis
jadi urutan nomor satu dalam agenda
sang pengusaha

“Mari mendekat! Utang dan rumah musnah
sudah bukan urusan,
sebab di sisi Tuhan, lumpur ini
jadi selimut hangat kisah kami.”
Sidoarjo, 2012

DELMAN
Ketoplak sepatu kuda mengetuk jiwa
“Selamat datang di kampungmu!”
Roda-roda nasib berputar lagi
melindas jalan pilihan bertahun lama

kusir modern, penggila gadget dan teknologi up to date
melesakkanku ke pinggir ingatan:
tawaria cucu dan sang nenek.
2012

MERINDU IBU
Seberapa banyak lagi airmata ini harus kuperas, Tuhan?
Di pulau seberang Ibu menanti penuh harap kepulangan,
menyiapkan pelukan terhangat, secangkir teh dan sepiring cerita sore

Tanah yang kujejak bukan bumiku:
asing dan bau dupa merasuki rohku yang lain,
yang berkelana mencari cinta
Padahal sejatinya bersama wanita yang mengeluarkan darah dan air mata
ketika meregang nyawa.
2012

PENGINGKARAN
puisiku larut di cangkir kopimu,
mengental bersama ingatan bebal
tentang si alis mata tebal.
“percayalah,ini bukan rindu!”, katamu mengingkari.
sepotong janji berlari menuju sepi,
meringkus kecemasan detik jam yang tak ingin berhenti.
grt,26072012: 04.35 wib

SUMPAH (AKU BUKAN) PEMUDA/I (LAGI) I
sumpah (aku bukan) pemuda/i (lagi)
sejak waktu-waktu berloncatan  dari gerbong ke gerbong
petualangan tahun,
menjajakan kembang gula, juga asam pahit
yang dikunyah bergantian:
hari ini cermin memantulkan senyum dengan kerutan yang bertambah
sejak ulangtahunku sembilan bulan lalu
pssst…tahu tidak? Concealer yang kubeli mahal-mahal kemarin itu
nyatanya cuma sebatas krayon di mukaku:
garis umur tak bisa ditutupi!
2011

SUMPAH (AKU BUKAN) PEMUDA/I (LAGI) II
sumpah (aku bukan) pemuda/i (lagi)
sebab kini aku bercengkrama dengan seribu dewa
di pulau dengan aromaterapi paling banyak setiap hari
lupakan tentang lotek dan jaipongan
dapur kini selalu menguarkan ayam betutu dan tari kecak mertua:
kau tahu, aku lebih senang makan kecap dan kerupuk!

sumpah (aku bukan) pemuda/i (lagi)
ketika anakku ribut minta netek,
rutinitas bioskop, salon spa, dan karaoke
sudah menguap bersama daftar panjang mantan pacar
yang pernah kulumat bibirnya
(dan mereka selalu bilang: “ini ciuman pertamaku, sayang”,
lalu kujawab dalam hati: bull to the shit!)
2011

D/CERITA WANITA KARIR SETELAH MELEPAS LAJANG*
-     dulu, dulu sekali -
setiap habis gajian, indahnya masa muda benar-benar kunikmati, lho!
akhir pekan sudah dipastikan mencuci otakku
dari jenuh rutinitas kantor dan setumpuk beban kerja:
hahahihi sama teman nongkrong di kafe, atau sekedar shopping
yaaah..kadang-kadang clubbing dikit juga lah!
meski ga sambil neken dan tripping
tapi sumpah, hidupku gak garing!
lalu datang pangeran berkuda dengan “shinning armour”-nya,
kneel down mencium punggung tanganku, sambil berkata a la roman picisan,
“would you marry me?”
dan es krim di tanganku langsung meleleh saat itu juga,
sambil mengingat-ingat umur, aku jawab, “I do”
(padahal seharusnya kan aku jawab “I would”,
ah, tapi sudahlah, gak penting, toh guru bahasa Inggrisku lagi liburan!)
kau tahu, saat itu mendadak kuputuskan mencopot jabatanku sendiri
sebelum pangeran lapor pada atasan kalau aku tak mungkin mendua
antara cinta dan dunia kerja
lalu sim salabim jadi apa? prok prok prok….tolong dibantu yaaa….
ajaib! anakku kini satu nan lucu
seisi dunia indah ada padanya, dan aku bahagia
no! kisahku tak berakhir di sini
tapi sebaiknya bersambung saja di episode selanjutnya
biar cerita ini tak jadi boring
hmmm..tapi kukasih bocoran deh:
pangeran sudah tanpa “shinning armour” lagi
dia kini berperut gendut, dan aku harus mencuci setiap hari:
bye-bye meni-pedi**! aku tak punya waktu dan uang lagi!
2011
*baca: DERITA/CERITA WANITA KARIR SETELAH MELEPAS LAJANG*
**manicure-pedicure

SURAT RINDU UNTUK CRISTOPHE JACQUIN
dari laci di kamarku menyembul
parfum Perancis mungil, berbotol-botol,
kepala Liberty, kartu pos,
surat – surat, musik Metalica
- kenangan tahunan silam –
kamarmu berantakan pagi itu
“hello, am I disturb you ?”
sebaris gigi putih, genggam
senyum pada putaran kipas angin
pisau cukur, celana pendek,
belum mandi?
ah, tak mengapa, sebab bulu di
dadamu kemerahan
membingkai lirik dan kehangatan
“my name’s Cristophe…”
ada – ada saja, kau menyuap
nasi goreng dengan garpu,
nyentrik, sedikit nyeleneh, tapi asyik,
aku jujur tertarik
kucopot bola mata lalu tabur
pada butir – butir di mulutmu
tak kau lihatkah sinarnya meredup
saat pelayan bisiki kau hendak
pergi ? barangkali Sanur, mungkin Kuta
kupecah senyap langit
dalam gugup narik perhatian
Denpasar masih cukup hangat
esok sepi tanpa telur mata sapi
sarapan pagi di piringmu
kukacaukan rapat para Dewa
“tak adil, pria bule itu mestinya
nikmati makan malam denganku !”
sesajen baru saja selesai dibuat
sebentar lagi matahari lelah
biar aku pergi ke Sanur, mungkin
manteraku cukup mujarab untuk
menyihir hotel – hotel disana
jadi sarang naga
para Dewa menyoraki, lalu
menyekapku di kuil dingin yang
gelap
“I am 27 years old”
ah, akhirnya kau tak jadi pergi
walau semalam, biar kuciumi
baumu dan secangkir kopi
awal yang baik.
bintang – bintang sedang gembira
kelipnya menari keliling bulan,
jam 12 malam, Cinderella harus
pulang, keretanya sebentar berubah
masih lekat wajah bayimu, Crist
pipi kemerahan itu menghamili
jiwaku ketika malam panjang
cumbu hasrat menggebu
Crist, bilakah kau berhenti
mengembara lalu melihat anak – anak
rindu yang sudah besar dan
sering ngelayap di sudut – sudut
kota Denpasar
bintang – bintang di langit Bali
kesepian tanpa pendar cahaya
dari matamu
2002

TETAPLAH MEMANGGILKU “ANN”
Tetaplah memanggilku “Ann”..
sebab hanya itu yang tersisa
selepas kapalmu berlabuh di hatiku bertahun dulu,
lalu melepas sauh menuju pelabuhan lainnya,

Tetaplah memanggilku “Ann”..
sebab demikian aku bisa paham
mengapa cahaya terang yang kau beri
di genggaman tanganku,
selalu menyisakan pilu,
melesakkan rindu sepanjang usia
tak bermuara

Tetaplah memanggilku “Ann”..
sebab kau bintang jatuhku pada suatu ketika,
maka selamanya kau akan indah
meski telah berlalu jutaan cahaya
Denpasar, 21/03/2012; 19.08 WITA

CINTA BASI
pada pagi gerimis, kujumpai wajahmu serupa embun
walau mata elangmu kerap mengiris hatiku,
rindu yang dipupuk dedaun asa terkubur ribuan alasan
untuk tak disampaikan angin, atau oleh rumput yang sedang enggan bergoyang

kekasih, berkali aku menyerukan hati,
berkali pula langit hatiku hanya bisa menangis:
kepergianmu seperti jelangkung
-datang tak dijemput, pulang tak diantar-
sebab rasa yang kau sodorkan di piring kudapan sore itu
mungkin sekedar tester untukku atau sisa cinta basi
yang tak sengaja kau pergoki hasratku untuk melumatnya.
Denpasar, 20022012: 12.39 WITA
sungguh
aku ingin meliukkan tubuh telanjang kaki
di atas pasir putih saat senja keemasan
menggaris cakrawala
-dilatari langit ungu, seperti hatimu

pernah
aku ingin mencium aroma Versace
dari sebaris sms yang kau kirim kemarin
bertahun lalu penuh cerita
-ini sedemikian rindu, katamu

lalu
aku ingin membaca semua pertanda
dari attachment email penuh cinta
dibawa cupid mengitari semesta
-aku, kau, barangkali sekedar perantara

kini
aku ingin merobek awan, membedah hujan airmata
dari hati terdalam,
kemudian melarungkannya ke laut bersama luka-luka
-semua fana, kata mereka. tidak, barangkali kasih meski cuma sehela

kisah tak usai
sejak tak ada mulai
hanya senja berpagutan dengan malam
-di langit warna ungu
Denpasar, 19 Nopember 2011; 21.56 WITA

D/CERITA WANITA KARIR SETELAH MELEPAS LAJANG*
-          dulu, dulu sekali -
setiap habis gajian, indahnya masa muda benar-benar kunikmati, lho!
akhir pekan sudah dipastikan mencuci otakku
dari jenuh rutinitas kantor dan setumpuk beban kerja:
hahahihi sama teman nongkrong di kafe, atau sekedar shopping
yaaah..kadang-kadang clubbing dikit juga lah!
meski ga sambil neken dan tripping
tapi sumpah, hidupku gak garing!

lalu datang pangeran berkuda dengan “shinning armour”-nya,
kneel down mencium punggung tanganku, sambil berkata a la roman picisan,
“would you marry me?”
dan es krim di tanganku langsung meleleh saat itu juga,
sambil mengingat-ingat umur, aku jawab, “I do”
(padahal seharusnya kan aku jawab “I would”,
ah, tapi sudahlah, gak penting, toh guru bahasa Inggrisku lagi liburan!)

kau tahu, saat itu mendadak kuputuskan mencopot jabatanku sendiri
sebelum pangeran lapor pada atasan kalau aku tak mungkin mendua
antara cinta dan dunia kerja

lalu sim salabim jadi apa? prok prok prok….tolong dibantu yaaa….
ajaib! anakku kini satu nan lucu
seisi dunia indah ada padanya, dan aku bahagia

no! kisahku tak berakhir di sini
tapi sebaiknya bersambung saja di episode selanjutnya
biar cerita ini tak jadi boring
hmmm..tapi kukasih bocoran deh:
pangeran sudah tanpa “shinning armour” lagi
dia kini berperut gendut, dan aku harus mencuci setiap hari:
bye-bye meni-pedi**! aku tak punya waktu dan uang lagi!
2011
bila hujan tiba, aku teringat padamu:
lelaki pertama yang menyentuhku,
meyakinkanku untuk tak takut petir,
meski pada saat yang bersamaan aku mengkerut
di pelukan ibu,
lalu mengajariku melihat pelangi
seusai reda
bila hujan tiba,aku teringat padamu:
lelaki pertama yang mengajariku membaca
segala pertanda: cinta atau dusta
menarik selimut keraguan,menggantinya
dengan kepercayaan diri yang penuh:
aku akan baik-baik saja melewati segala ujian
bila hujan tiba, aku teringat padamu:
lelaki pertama yang mengajakku berdansa
mengikuti irama chacha sembari bersenandung parau
kadang-kadang mendongeng dengan penuh gurau
kini hujan tiba, dan aku teringat padamu:
lelaki pertama yang membuatku berharap
punya mesin waktu hingga kembali semua kenang.
- aku masih sangat suka memandangi hujan dari balik jendela, papa.. -
Denpasar,06112011: 22.55 WITA

fiksimini: “ARTI SAHABAT”

Karena kita sahabat..kenangan itu akan tetap lekat,seberapapun kini jarak tak lagi dekat.
Cibatu, 26082011; 04.10 WIB

LABEL HARGA
Wanita itu sibuk pamer tas dan high heels bermerek pada temannya,menyombongkan betapa selangit harga kedua barang yang mampu dibelinya.temannya senyum nyinyir melihat label diskon 70+20 persen lupa dilepas.

Denpasar,23102011; 23.59 WITA


Fiksi 140 : PENYAIR
mau merayu apalagi? aku tak tertarik menjadi pacarmu.tahukah kau, puisiku sudah berbuku-buku, dan kupastikan aku lebih gombal darimu.

Denpasar, 24102011:10.12 WITA

#Fiksi 140: [PARANORMAL]
nenek tua itu menyemburkan air jampi-jampi ke mukaku.katanya supaya cepat kaya.tapi rumah gubuk dan ranjang reyot mengganggu pemandanganku.
DPS, 26102011

#Fiksi 140: [OFFICE BOY]
sejak direktur baru yang cantik-sexy itu datang, mimpi Ujang selalu basah tiap malam.salahkah ia jadi office boy?
DPS, 27102011

[PEMAIN SEPAKBOLA]
kata sang istri,“tidak perlu banyak gol, pemain naturalisasi yang penting tetap digaji”.
dps,28102011;14.10 WITA


[PEMAIN SEPAKBOLA]
setelah ditolak mentah-mentah oleh putri pak Lurah,Ujang selalu memakai kaos bola bernomor 7 di punggungnya.
dps 20102011; 14.27 WITA


[PEMAIN SEPAKBOLA]
~TERPAKSA~ “Andai kiper itu tak memergokiku selingkuh,sudah sejak lama kukeluarkan ia dari tim”,gerutu sang pelatih.
dps,28102011; 14.58 WITA
setelah tiupan doa terakhir di ubun-ubun dua tahun lalu
sesak dadaku masih saja sama:
kau serupa udara bagiku,air bagi ikan, garam bagi sayur
katakan padaku,adakah bidadari menemanimu
di dalam rekahan tanah merah ini,Papa?
Cibatu, 26082011; 19.52 WIB
terlalu banyak udara dalam rongga dada:
aroma tubuhmu di kulitku menyesaki hidung
seperti belia berbadan sintal,kenangan malam-malam hangat dan kembang api
mengental
di riak ingatan yang bebal
terlalu banyak udara memenuhi rongga dada:
namamu memadati setiap sudutnya!
Cibatu, 07092011; 19.55 WIB

SEPANJANG JALAN TOL MOH. TOHA – CILEUNYI
Ruas jalan tol itu lupa kuukur, ayah
Kepalaku penuh kecemasan sekarang
Telah kau restui lelakiku
Lalu kini aku termangu dengan uraian drama
Di kisah lalumu
Aku entah, ayah…
Apakah kelak anakku bisa menceritakan
Seperti banggaku padamu?

Rinai gerimis tampias di kaca mobil
Derik wiper seirama degup jantung
Cepat dan teratur menghitung hari
Tinggal beberapa purnama lagi aku
Tak bisa memandangi parasmu ketika tidur
Tak lagi bisa mencium pipimu sesering dulu

Janur sudah siap dipasang, Ayah
Aku ingin bergelung di dadamu
Merasakan tiupan doa di ubun-ubunku
2009

KEPADA PEREMPUAN DENGAN SEGUDANG SABAR DI DADANYA
-          untuk ibuku, Ai Supriati –

pernah kudengar dari wanita tua
ihwal secuil kisah tentang keraguan
yang ditumbukkan pada bebatuan di pinggir sungai
oh, betapa air matapun menderas di kilat matanya
kalimat mereka serupa belati terhunus di hati
namun engkau menelannya dengan perlahan
“hanya Tuhan yang berhak membalas”, katamu

dan jauh setelah itu,
ketika belahan jiwamu diambil kembali
mereka masih saja menggedor pintu rumahmu
meminta paksa semua yang kau miliki
“hanya Tuhan yang berhak membalas”, jawabmu masih sama

daun gugur satu-satu
menangisi angin yang selalu merampas waktu
sementara kau tetap setia dan tabah
menganyam pilu.
2010

SELALU, CINTA PERTAMA TAK PERNAH MATI
- untuk Annelies dan Minke* -

I
cinta itu kamu, Ann
perempuan dengan kobar api di dada
menancapkan bendera di atas gunung esku

“dia bukan perempuan pribumi biasa”
demikian bisik angin sore itu di telinga
“matanya sanggup menghujani hatimu dengan jutaan panah,
juga lenggok pinggul dan pekerti kerasnya,
tak ada lelaki pribumi yang sanggup menaklukkannya dengan mudah”

ah, Ann
duniaku berlinang airmata kini
telah kau bawa pergi cinta yang cuma satu-satunya

kelak, anak-anak mimpi kita
pasti akan menarikan pelangi di langitmu
ya, kelak yang entah

II
ambil aku menjadi Nyaimu, Minke..
sebab di tanah kelahiran, cinta tak bisa mengikatku

bilang aku perempuan penuh ambisi
dan aku akan menunjukkan kupu-kupu dari hati
yang sejak mengenalmu tak mau pergi

kau, lelaki dari tujuh musim
telah menyalakan obor di gelap malam
meski lalu Tuhan berkata lain
memberiku sayap untuk terbang ke negeri awan
membawa serta kepingan hati

namun selalu, cinta pertama tak pernah mati.
2011
*Ann(Annelies) dan Minke : tokoh dalam tetralogi BUMI MANUSIA karya Pramoedya Ananta Toer

CINTA SATU MALAM

setelah berbagi ciuman basah dan pelukan, bercinta ribuan kali. lalu saling melupakan.
Cibatu, 10092011; 05.40 WIB

PASANGAN MUDA

kau janji bawa aku ke surga.baru tiga bulan banyak piring terbang dan semprotan kata-kata.

Cibatu,10092011.05.45
PENYANYI DANGDUT
desahan uh ah,goyang maut,panggung pinggir jalan:tukang ojeg mabuk pesta buah dada.
Cibatu, 10092011; 09.20 WIB

DOKTER PUSKESMAS
aku dan anakku pura-pura jadi penduduk desa yang lugu.beberapa prosedur pemeriksaan dilewatkan sang dokter.lalu bicara tentang merk obat yang tak ada.tahu begini,lebih baik kuobati sendiri saja anakku.
Cibatu, 10092011; 11.45WIB

HERO-ENRIQUE IGLESIAS
suara penyanyi itu berkumandang membangkitkan kenangan.tiba-tiba ingin kubanting televisi yang menyiarkan lagu favorit istrimu.
Cibatu,10092011; 13.38 WIB

AMNESIA I
Sebab hidup tak melulu manis:
ketika memandang foto profilmu di facebook,aku jadi merinding
bukan,maksudku bukan berarti kau seperti hantu
tapi sejak tahun-tahun berlalu
aku tak ingat tentang rasaku padamu
kawanku bilang,mungkin aku kena guna-guna
bagaimana mungkin?
seingatku,gerimis sore dan hutan buatan di tempat rekreasi itu dua kali kualami,
dan kecupan mesra pacarku pernah mendarat di sana

tunggu,kenapa ada sidik jarimu menempel di pipi?
kamu siapa untukku?dulu?
Denpasar,15 Agustus 2011# 22.33 WITA

AMNESIA II
di kedai kecil di seberang gedung pertunjukan,
-dulu sekali-
ketika secangkir kopi menyelimuti bibirmu yang tak berkumis,
gelombang otakku mengirimkan sinyal
serupa aroma bunga dan sejumput gula,
kutemukan harapan yang kau selipkan di anak-anak rambutku
jalan masih panjang,ujarku
yang tak bisa jujur mengkaji rasa:
simpati,atau kagum sesaat

sedang detik demi detik jam berpacu,
berkejaran di limpahan kata-katamu,
berusaha memabukkanku

tapi mataku hanya melihat secangkir kopi,
bukan masa depan.
Denpasar,15 Agustus 2011# 22.55 WITA
Ini hujan yang sama juga,sayang
sebab apa kau bilang tanahmu gersang?
di hatiku gerimis deras menderai
mencuci luka yang tak pernah kering
meski jarak terbentang sampai ke hilir.
DPS,05082011: 22.05 WITA
hujan itu kamu,
lelaki penunggang kuda waktu
yg menciptakan gerimis di hatiku
setelah tahun-tahun berlalu
melipat rapi kenangan merah jambu.
Denpasar,27 Juni 2011. #10.50 WITA

CHEF MASTER
:Juna Rorimpandey

seluruh isi langit pasti setuju
jika resep hari ini kau bubuhi cinta
di antara lada, paprika, garam, dan manisnya gula
seperti itu juga senyummu mengaduk
adonan di hatiku hingga mengembang
Juna, dengan tattoomu kau telah menyihir wanita,
dengan matamu kau telah menenung jiwa,
dengan jarimu menarikan pisau membelah daging,
mencincang rasa terpana, membuat mereka menganga
oh, Juna, aku cemburu!
Denpasar, 20 Juli 2011 : 09.40 WITA

TAFAKUR
Ketika kau terdengar mendengkur teratur di atas kasur
ingatanku menangisi daun gugur satu-satu di atas tanah kubur
siapakah kelak lebih dulu terbujur?
Denpasar, 4 Agustus 2011. 21.56 WITA

SETELAH 40 HARI
kalau saja dulu surat tanah ini kuhibahkan,tentu anak-anakku tak akan memakan jantung istriku.
11052011

BAWEL
pusing.suaramu menaiki anak tangga,
menghampiriku.
oh,sepertinya
headphone ini sudah
rusak.
10052011

PERNIKAHAN DINI
hp berteriak,ajakan teman untuk shopping dan kongkow menyoraki bayi yang minta netek.
07052011

MERTUA
dapur penuh uap santan.
bertumpuk dengan celotehan tajam.
hatiku memeluk bayangan ibu di kampung.
07052011

TAK PUNAH
aku mencintaimu pada sore yg cerah dan sedikit basah:
jabat tangan,gumam nama tak jelas didengar,
sebab hatiku sibuk meredam debaran
setelah terpanah mata elangmu
lalu waktu,
menyatukan jemari kita pada malam,
memahat cerita di antara ciuman panjang,
mimpi itu,barangkali terlalu mewah,
selepasnya,bulan memang lebih indah dari jauh
dan aku tetap mencintaimu
dengan keriaan,juga segenap gundah
dalam lipatan tahun yang penuh gelisah
menyesal?mungkin
tapi gairah serupa cinta besi pada api
menempa hati berkali-kali
hingga berdarah
-tapi aku enggan berkata ”sudah”-
Denpasar,22 Juni 2011. #22.55 WITA

Biodata:
RATNA AYU BUDHIARTI
 lahir di Cianjur 9 Februari 1981. Menulis puisi di sejumlah media cetak lokal dan nasional. Selain menulis puisi, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ini juga menulis cerita pendek.
Karyanya berupa puisi terkumpul dalam antologi bersama Orasi Kue Serabi (SST, 2001), Enam Penyair Membentur Tembok (SST, 2002), Poligami (SST, 2003), Muktamar (SST, 2003), Bunga yang Berserak (KSDS, 2003), dan Antologi 9 Penyair Jawa Barat, Aku Akan Pergi ke Banyak Peristiwa (Taman Budaya Jawa Barat, 2005), serta Antologi Penyair Jabar-Bali "Roh" (2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar