Selasa, 25 Agustus 2015

PUISI-PUISI SAUT SITUMORANG

INSOMNIA
hampir. tengah malam. jalan.
jalan. kota sudah sepi. mobil
kadang lewat. mengiris. dingin. malam.
di kamar. sendiri. aku mendengar.
musik. dari tempat. yang jauh.
tentang tempat. yang jauh.
malam. hampir. begitu. sepi.
tak. ada. jangkrik. tak. ada. burung. malam.
darahku. menari. mengikuti. suara. gondang.
tempat. yang jauh. memanggil. manggil.
masa lalu. malam. kota. sepi.
di kamarku. sendiri. angin. sudah lama mati.
jalan. di luar. menggelepar. sekarat. malam.
begitu. kelam. memanggil. manggil.
musik itu. suara itu. dari jauh.
begitu jauh. angin. sudah lama
mati. tapi badanku. menggigil. darah.
darah. menari. mabok. gondang.
tempat. yang begitu. jauh. tak sanggup.
tak terjangkau. sendiri.
di kamar. aku. sendiri. hanya. suara itu.
terus. menyeru. tak henti. tak henti.

PADA UPACARA MENJEMPUT DAUN BERINGIN
-   buat Made Wianta

gunung keramat menghembus hujan
turun di ujung kakiku
ke manakah si mati yang dibakar tadi pergi?

gamelan lembut merangkul rambut langit
yang tergerai jatuh dekat kakiku
begitu jauh dariMu
wahai gadis kecil menari di buih putih masa lalu

white wine lebih nikmat pake es”
kawanku memandang minta aku setuju

ikat kepala hitam aku pakai di kepala
untuk menghormatimu
o perempuan tua yang tak pernah aku kenal –
betapa sunyi kematian tanpa tangis tanpa keturunan

pada upacara kematian perempuan tua tak pernah kukenal
betapa indah terkenang senyumMu yang penuh kehidupan!

KARENA LAUT, SUNGAI LUPA JALAN PULANG
di kota kecil itu
gerimis turun
dan kita basah
oleh senyum dan tatapan tatapan curian
yang tiba tiba mekar jadi ciuman ciuman panjang …

karena laut, sungai lupa jalan pulang
dan batu batu hitam
daun daun gugur
danau kecil di lembah jauh
jadi sunyi
kehilangan suara jangkrik suara burung

gerimis yang turun
mengikuti terus
di jalan jalan gunung
pasar hiruk pikuk
bis antar kota
pertunjukan pertunjukan malam yang membosankan
sampai botol botol bir kosong
tempat lampu neon berdustaan dengan bau tembakau

karena laut, sungai lupa jalan pulang
dan di meja-warung basah oleh gerimis
sebuah sajak setengah jadi
mengabur di kertas tissue yang tipis

BOCAH PEMANCING IKAN
untuk Vasko Popa

seorang bocah kecil memancing di danau
  dan mendapatkan bulan
bulan itu lalu dipecahkannya dan keluarlah matahari
karena terlalu panas matahari itu meleleh di dalam solunya

si bocah kecewa dan menangis
menangisi matahari yang meleleh hingga tak ada hasil
untuk dibawa pulang
menangisi bulan yang sudah pecah berkeping keping
    hingga tak lagi menyinari
jalan yang membawanya pulang
menangisi danau yang hanya punya satu bulan saja
        dalam perutnya
menangisi dirinya yang bocah yang kecil yang hanya bisa
   menangis di dalam
solunya di tengah tengah pekatnya lapar malam

SAUT KECIL BICARA DENGAN TUHAN
bocah laki laki itu
duduk sendiri
di tanah kering
di belakang rumah

diangkatnya wajahnya
yang kuning langsat
ke langit
yang kebiru biruan

matanya yang hitam
tak terpejam
asyik mengikuti gumpalan gumpalan awan
yang dihembus angin pelan pelan

dia tahu tuhan tinggal di situ
di langit biru di balik awan awan itu
karena begitulah kata ibu
tiap kali dia bertanya ingin tahu

bocah kecil itu
masih terus memandangi langit biru
matanya yang hitam
masih terus tak terpejam

tapi dia tak mengerti
kenapa kadang kadang turun hujan ke bumi
membuat becek jalan di depan rumah
membuat dia tak boleh main di luar rumah

kalau di atas ada langit
apakah yang ada di bawah tanah ini
bocah kecil itu bertanya tanya dalam hati

mungkin di bawah tanah ini
sama seperti di atas sini, serunya dalam hati
ada pohon ada rumah rumah
ada tanah lapang di mana orang
main layang layang
dan tentu mereka mengira
di atas sini tinggal tuhan mereka!

dia mulai tersenyum
dia tahu sekarang kenapa kadang kadang turun hujan

tentu saja hujan turun dari langit
karena di atas sana tuhan sedang pesta
dan air hujan itu
tentu air yang dipakai mencuci piring gelas
sehabis pesta
sama seperti ibu waktu cuci piring gelas
dan airnya hilang masuk ke dalam tanah

senyumnya makin lebar sekarang
dibayangkanNya anak anak mandi hujan
di bawah sana!

AKU INGIN
aku ingin mencintaiMu dengan membabi buta –
dengan sebotol racun yang diteguk romeo
tanpa sangsi yang membuat kematiannya jadi puisi

aku ingin kau mencintaiKu dengan membabi buta –
dengan sebilah belati yang ditikamkan juliet
ke dada sendiri yang membuatnya jadi abadi
1999

DISEBABKAN OLEH RENDRA 3
rambut gugur
di baju di handuk dan di bantal di kasur
gugurlah semua ketombe dan kutu kepala bersamanya

kekasihku

rambutku gugur
di atas sprei di mana kau dulu tertidur
gugurlah segala mimpi yang pernah menyatukan kepala kita

baiklah kita ikhlaskan saja
tiada janji ‘kan jumpa di eropa atau indonesia
karena asmara bisa jadi asma kalau pindah pindah budaya

asmara cuma lahir di gelas bir atau whisky
(di mana segala berujung di kasur dan kamar mandi)
ia mengikuti warna rambut kita
dan kalau rambut sendiri telah gugur
gugur pula ia bersama sama

ada tertinggal serambut kenangan
tapi semata tiada lebih dari hangover minuman
atau semacam pencegah masturbasi

mungkin ada pula kesedihan
itu baginya semacam inspirasi bagi puisi
yang sebentar akan pula berontokan

kekasihku

gugur, ya, gugur
semua gugur
rambut, ketombe dan kutu kutu di kepala
yang kita perlu cuma shampoo lidah buaya!


SPRING SUDAH TIBA
spring sudah tiba dan jarum kompas
jadi liar dalam gelasnya
waktu perahu kertas yang kulayarkan
ke utara terbalik menabrak
pelangi tiga warna

wajahku mengeras di cermin kamar mandi
karena jejak kakimu
wahai camar berbulu putih
disembunyikan ombak laut dari
sepasang mataku yang letih

spring sudah tiba dan pohon pohon
di puncak bukit mengibas ngibaskan
debu salju dari alis mereka sementara
dua ekor anak domba
melompat terperanjat melihat
sekuntum mawar
mekar di sela sela pagar

perahu kertasku yang malang…
tapi lihatlah! tiga orang bidadari

turun

dari

pelangi

mereka angkat perahu kertasku
yang hampir tenggelam itu
dan salju yang mulai mencair
membawa mereka berlayar ke
pinggir
danau
yang
tenang

GRAFITI CEMBURU
-eine kleine nachtmusik

aku merindukanMu.

malam di kotaku sesak terhimpit
cahaya bulan tembaga.
layang layang yang dinaikkan
anak anak desa tadi siang
bagai kalong kalong kematian hitam
menganyam bayang bayang panjang
menjerat rumah rumah berlampu tak terang
dan derunya
sampai ke kamarku yang penuh bising nyamuk.
rambut kusutku lengket
di bantal basah keringat
menginginkan goresan ujung kukumu.
Aku ingin tenggelam dalam
ombak birahimu, badai rindumu.
para tetangga yang berjudi di kamar sebelah
tertawa pada kartu kartu berwajah sama
tangis anak istrinya –
apa yang sedang kau lakukan malam ini?
malam di kotaku sesak terhimpit
bau knalpot bau asap rokok
dan bulan tembaga yang pucat
berdarah matanya
tertusuk cakar layang layang
yang dibiarkan anak anak desa kelaparan di pekat malam.
betapa ingin kupanggil namaMu!
seperti bocah kecil terjaga
dari kejaran raksasa dalam tidurnya
tapi kamar yang gelap penuh sarang laba laba
telah lama kehilangan suara langkah kaki bunda.

aku merindukanMu
di tengah pengap puntung puntung rokok
dan hujan malam bulan Juni
yang menambah gelisah layang layang raksasa di atas rumah
merindukanMu lewat desah sungai alkohol bening
yang menghanyutkan batu batu hitam masalaluku
daun daun kering luka lukaku.

aku merindukanMu
di pasir putih puri kanak kanakku
patung patung pasir tak berbaju mimpi mimpiku
bagai kupu kupu kecil terbang dari sunyi kepompong mati
aku menari dalam hujan malam bulan Juni
di bawah panas cahaya bulan tembaga
mengikuti irama deru layang layang raksasa basah
yang tersesat dalam labirin rumah rumah tak terang lampunya
aku menari dan menari
tanpa suara
hilang dalam pusaran lubuk badai rindu
tak sanggup memanggil namaMu.

malam di kotaku terpanggang
hangus api cemburu.
denpasar, 9 juni 2001
12:00 pm/am

KATA DALAM TELINGA
ada sebuah tangga menuju ke atap
di mana burung burung merpati membangun sarangnya
cukup kuat
untuk melindungi
bawah perut yang lembut
terbuat dari renda renda dan daging otot
hairspray dan air ludah
20 kaki di atas kepala kita
jauh seperti sebuah perahu mengapung
seperti wayar wayar lembut lentur
montok seperti oyster
kalung bulu dan tulang di leher
berlayar antara bulan dan bintang bintang
di air halusinasi di atas bukit orang mati
seperti Pinocchio
main film biru di bawah meja kantor
demi eloquence
di dinding alfabet
bukan batu giok
dalam truk sampah
do you read me?

ada sebuah tangga menuju ke atap
sebuah rumah berjendela hitam
di mana kami mengubur laundry kotormu
biar kami bisa cerita hal hal yang baik saja tentang dirimu
bocah kemaren sore
yang berhenti percaya pada tuhan
yang berkata, “kalau tuhan itu pemabuk
aku tak perlu minum alkohol!”
ayolah

ada sebuah tangga menuju ke atap
di mana burung burung merpati membangun sarangnya
sebelum musim dingin tiba
dengan botol botol susu beku dalam kotak surat
yang sedang diukiri tetanggaku dengan pahat
sambil berkata, “cuka dipakai di jaman Sebelum Masehi
sebagai spermicide-a pessary!”
“caranya, dicelupkan ke dalam,
mungkin menyengat sedikit!”

ada sebuah tangga menuju ke atap
di mana burung burung merpati membangun sarangnya
sebelum musim dingin tiba
ya, musim dingin akan indah tahun ini
dengan televisi televisi bisu membaca
bibirnya sendiri dengan logat Inggris
menghembuskan kesunyian kesunyian panjang
untuk menghangatkan diri
e hoa ma! o sobat
belut perut perak adalah yang terbaik untuk dikeringkan!
jadi waktu pemain sax
membuka lagunya
seperti minum
kita tak punya pilihan lain
kita mesti mengikuti
boneka boneka Gringo
ke mana burung burung merpati membangun sarangnya
waktu arah angin berubah
dan mengikutimu masuk ke dalam kegelapan pikiran
candi penuh ular
candi dewi ular
dewi birahi orang orang pagan
candi 13 warna biru
biru airmata, biru rasa rindu
biru hijau cemburu
biru palung dalam, biru bumi
biru cinta, biru cermin kaca
biru nostalgia, biru bahaya
biru tipu, biru napsu
biru kehilangan, biru kematian

ada sebuah tangga menuju ke atap
di mana matahari jadi lebih berarti
di mana hantu seseorang yang dulu kau cintai
seseorang kepada siapa dulu kau selalu berkata “karenamu
aku selalu kesepian”
berbisik padamu dalam bahasa Morse
“pandanglah aku sekarang. aku kembali untuk menghantuimu!”
Valhalla nampak
begitu jauh
seperti bola bola golf
para businessman bangsa Jepang
yang sedang menghapal percakapan Inggris-Zen
“hi, I’m Richard Taylor
and so are you!”

ada sebuah tangga menuju ke atap
seperti sebuah gantungan baju dari logam
tergantung tanpa baju
sexual pleasure
on empty roads
sebuah daun gugur
Jumat
adalah hari yang paling kejam dalam seminggu
berat
tailor-made
terbuat dari pecahan pecahan kaca halte bis kota
old talk
sebuah café
sebuah pekerjaan tetap

ada sebuah tangga menuju ke atap
di mana dua burung Enggang mengitari tiang totem tua
di mana burung burung merpati membangun sarangnya
seperti sebuah Big Mac
oleh Picasso
datanglah kalian wahai para hantu
yang menjaga pikiran pikiran duniawi
hantu hantu sebuah tangga menuju ke atap
atap perak atap kaca atap burung burung
atap sayap sayap kupu kupu patah
hitam, putih, dan multiwarna
dan beruap seperti onggokan onggokan tahi lembu
di pagi kota Te Puke yang dingin
datanglah kalian wahai para hantu pemilik hak cipta
seni yang palsu, immoral, angkuh, dan penuh tipu
aku tak bertanggung jawab atas sajak ini!

PERINGATAN RAKYAT
KORUPSI DAPAT MENYEBABKAN KANKER,
SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN
GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN.

MARSINAH
            dari luka luka tubuhmu
            tercipta bintang bintang
            setiap bintang adalah sajak
            yang mengabadikan suaramu

perempuan muda yang berani itu
mati terbunuh.
kenapa?

tubuhnya yang indah yang suci
rusak
ternodai -- kematian yang laknat
menghancurkan
beribu doa ibu yang tinggal termangu.
kenapa?

perempuan muda yang berani angkat suara
karena tak adilnya matahari yang menyengat
            muka
perempuan bernama marsinah itu
mati dibunuh

dibunuh seperti kambing hitam yang cuma
            binatang
dibunuh seperti babi hitam yang cuma binatang
dibunuh seperti anjing hitam yang cuma
            binatang
dibunuh seperti cuma seekor binatang!

kenapa lobang tanah yang sempit yang hitam
lebih menerima seorang manusia
            perempuan
dibanding kita makhluk yang lebih tinggi dari
malaikat tuhan?

seorang perempuan muda
mati
hanya karena berani.

terlalu tinggi dia

bagi kita
yang terkutuk hidup
sebagai

pengecut!


CATATAN SUBVERSIF TAHUN 1998
-- disebabkan oleh Wiji Thukul

kau adalah kemarau panjang
yang hanya membawa kematian
kepada daun, bunga, dan
ikan ikan di sungai
kampung tercinta

karena kau adalah kemarau
maka airmata marah kami akan
menggenangi bumi
jadi embun
naik ke langit jadi awan awan
dan dengarlah gemuruh suara kami
sebagai hujan turun

mengusirmu dari sini!
maret 1998

ANATOMI PENYIKSAAN
mata
jangan kau menangis
walau tak henti sepatu sepatu tentara itu
menghajar dada

mulut
jangan kau mengeluh
walau terbakar kulit daging
disundut rokok rokok itu

kaki
jangan kau goyah
walau berjam jam kau berdiri
menahanku terpaksa

perut
bertahanlah
rasa mual yang amis itu
cuma listrik menggigit darah

ah, dada yang malang
jantungmu sudah tak tahan
hampir pecah.

tegarlah, tegarlah
jangan kau sampai berkhianat
itu yang diinginkan mereka!


POTRET SANG ANAK MUDA SEBAGAI PENYAIR PROTES
kota kota menggersang. hari hari jahat. hantu
srigala betina bangkit dari sela reruntuhan
            bangunan.
tak ada lagi damba
hanya
lumut dan bara api
menemani sepanjang hari.
aku disergap dentang kematian
dan aku terbakar hangus
dan aku lari tak tentu arah.
api semarak menghangus bajuku
sepasang tanganku
rambut kusutku. dan sambil berlari
aku menjerit memekik. tapi,
tak ada yang peduli.
aku memandang ke depan dengan kedua
            mataku buta
aku mendengar sekitarku dengan kedua
            kupingku tuli
dan ada suara suara sumbang
buta dan tuli
tak mampu lindungiku
dari suasana hidup yang memilu

mata dan telinga hati
membebani!
1987

SAJAK APARTHEID
botha adalah anak matahari
siang hari matahari kelihatan botha kelihatan
malam hari matahari tak ada botha tak ada
bukankah putih putih karena cahaya?
botha adalah anak matahari
matahari adalah induk botha
di mana ada semut di situ ada gula
di mana ada matahari di situ ada botha
di pantai botha telanjang bersama matahari
di pantai botha jogging bersama matahari
di pantai botha cocktail party bersama matahari
di pantai botha dansa bersama matahari
tapi matahari tak bisa lama lama bersama botha
matahari harus pergi matahari harus pergi
botha tak mau sendiri botha takut sendiri.
matahari takut malam matahari tak suka malam
botha takut malam botha tak suka malam
di pantai botha membuat api
api taku malam api tak suka malam
api harus pergi api harus pergi
botha takut malam botha tak suka malam
di pantai tak ada matahari tak ada api
di pantai botha sendiri botha takut sendiri
malam tak takut matahari tak suka matahari
malam tak takut api tak suka api
malam tak takut botha tak suka botha
di pantai botha telanjang sendiri sendiri sendiri
malam tak takut botha tak suka botha di pantai
telanjang sendiri sendiri sendiri
botha harus pergi!

AKU ADALAH MAYAT
yang terapung di sungai
di samping rumahmu
aku adalah laki laki itu yang kemarin
berpapasan denganmu tapi tak kau hirau
aku adalah laki laki itu yang
melompat masuk ke dalam bis kota
sesak dengan anak anak sekolah dan orang orang
pergi kerja
aku adalah bau busuk di sungai
yang meresahkan cicak cicak kecil di rumahmu
aku duduk di bangku kayu warung pinggir jalan
dan memesan sepiring nasi, sepotong ikan asin,
dan sambal belacan
aku adalah laki laki itu yang berteduh di bawah
pohon di pinggir jalan waktu turun hujan
dan sebuah mercedes mencipratkan air lumpur
ke baju dan celanaku
aku selalu ingin makan di restauran mewah
dengan seorang perempuan muda yang jelita
menemani di meja
aku adalah mayat membusuk yang terapung
tersangkut bambu di sungai dekat rumahmu
aku adalah laki laki itu yang mendayung becak
penuh air laut dalam mimpiku
aku adalah laki laki itu yang berjalan terburu
buru tiap kali polisi memapasiku
aku adalah sepucuk surat yang ditunggu tunggu
tapi tak pernah muncul di kampungku
aku adalah laki laki itu yang melambaikan
tangannya dan tinggal airmata
di pipi ibu tercinta
aku adalah mayat busuk tak berbaju
yang mengapung di sungai pagi itu

aku adalah perempuan muda tak berbaju yang
terapung di sungai di samping rumahmu
aku adalah perempuan itu yang naik bis antar
provinsi ditangisi sawah sawah tak berpadi di
kampungku yang jauh
aku adalah perempuan itu yang duduk termangu
di stasiun bis kotamu sore sore
mau ke mana tak tahu
aku didekati seorang laki laki yang pandai
berkata kata
aku adalah perempuan itu yang cuma punya
sepuluh ribu di sakuku
aku adalah bau busuk yang mengganggu
tidurmu sepanjang malam itu
aku berdiri di trotoar jalan ditutupi malam
menunggumu
aku tidur sepanjang hari di kampung kumuh
dipagari hotel hotel tinggi bernama asing
aku adalah perempuan itu yang bermimpi
sambil merias diri
aku adalah bis antar provinsi penuh debu
yang tak pernah pulang kembali

kami bertemu di atas truk polisi waktu
bulan purnama gemerlapan di air sungai
aku adalah laki laki itu yang memungut
punting rokok dari dekat kakimu
aku adalah perempuan itu yang memungut
pecah belah dari tong sampah depan rumahmu
aku adalah laki laki itu yang tersenyum
tapi tak kau hirau
kami adalah wajah wajah itu yang menatap
kosong waktu rumah tepas kami kau buldozer
kami adalah wajah wajah itu yang tertunduk
di atas truk diangkut seperti sampah busuk
aku adalah laki laki itu yang diusir dari kota
terpisah dari istri tercinta
aku adalah perempuan itu yang diusir dari kota
terpisah dari suami tercinta

aku adalah laki laki itu yang menyusup kembali
ke kota mencari istri tercinta
akua adalah perempuan itu yang menyusup
kembali ke kota mencari suami tercinta
aku adalah laki laki itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu melihat
gedung gedung kota terbakar membara
aku adalah perempuan itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu melihat
gedung gedung kota terbakar membara
aku adalah laki laki itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu …
aku adalah perempuan itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu …
kota terbakar!
kota terbakar!

kami adalah mayat membusuk yang
terapung tanpa baju di sungai
di samping rumahmu
pagi itu!
auckland, oktober 1998

SAMOSIR
menyusuri jalanan batu
di pinggang ramping bukitan batu
angin danau yang panas
bangkitkan amarah purba nenek moyang

anak anak negeri terkutuk!
langit mengirimkan asap beracun
mencekik mimpi mimpi malamu
bau mayat embun debu
berhembus dari dada susut anak anakmu!
tertawalah terus dengan angkuh
tertawalah di tengah padang semak ilalang
yang menarikan tortor kematianmu!

menyusuri jalanan airmata
antara tugu tugu hantu
matahari membakar rambutku satu satu
jadi bukitan tandus
terkelupas hangus
menguap di didih air danau
yang diludahkan para leluhur
dari pusuk buhit dongeng kanak kanakku
21 maret 2002

NYANYIAN ENGGANG
maka beberapa ekor burung enggang yang berparuh gading gajah afrika berteriak teriak parau di pucuk pohon pohon cempaka raksasa di pedalaman rimba raya orang orang dayak yang baru saja selesai mengukiri tengkorak lima orang binatang pencuri kayu dan menghanyutkannya di air sungai mahakam kapuas barito hingga ditelan lautan yang gelisah tak sabar menunggu sambil memukul mukul gong pantai laut cina selatan …

BADAI PENANTIAN
langit sunyi. terbakar
matahari, dan angin mati.
terpaku semua yang hidup di bumi.
menanti.

badai sembunyi di gunung gunung
badai sembunyi di hutan hutan
badai sembunyi di mata air
di danau danau di sungai sungai
badai sembunyi di kampung kampung gersang
di gunung gunung tumbang di hutan hutan arang
di tepi mata air polusi di tepi danau polusi di
tepi sungai polusi
badai sembunyi di pantai pantai di laut sembilu
di kota kota hangus tak lagi dikenal
kota kecil kota besar
kotamu kotaku
badai sembunyi di rumah rumah berdinding
beratap debu
di didih aspal jalanan
di kerikil kerikil tajam mimpimu
dalam lagu lagu bosan anak anakmu
di uban pertama istrimu yang tak mau
lagi ketawa

badai sembunyi di aspal jalanan
kerikil kerikil tajam kampung kampung terlantar
kota kota terbongkar
yang milikmu yang milikku
badai sembunyi di kampus kampus
wesel terlambat
di pabrik pabrik keringat menyengat
di penjara penjara berkakus tumpat
lantai bau pantat
milikmu milikku milik kau dan aku
badai sembunyi di mata mata itu
yang tertunduk mendekap bumi itu
di kaki kaki itu
yang tertunduk menekuk di bumi itu
dan di kuburan pun sembunyi badai
antara nisan nisan berhuruf
merah jingga
dan bunga kemboha rusak daunnya

badai sembunyi di negeri ini
negerimu,
negeriku ini. dan

menanti. menanti.

TENTANG SAUT SITUMORANG
Saut Situmorang lahir 29 Juni 1966 di kota kecil Tebing Tinggi, Sumatera Utara, tapi besar di Medan. Pendidikan terakhir BA (Sastra Inggris) dan MA (Sastra Indonesia) di New Zealand, di mana ia merantau selama 11 tahun. Mengajar bahasa dan sastra Indonesia di almamaternya, Victoria University of Wellington dan Universitas of Auckland di New Zealand. Sejak akhir 2001 menetap di Yogyakarta sebagai penulis full time. Kumpulan puisinya yang lain: Catatan Subversif dan Otobiografi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar